Selasa, 06 Juni 2023

PROGRAM AMBISI FADIL IMRAN MENJADIKAN POLISI RW PRORAM NASIONAL TIDAK REALISTIS

NusaNTaRa.Com

byDannYAsmorO,     R   a   b   u,     1   7       M    e    i       2   0   2   3

Polisi RW yang akan dijadikan Program Nasional 

Rencana Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Fadil Imran yang  menjadikan program Polisi RW secara nasional dinilai terlalu bombastis dan tidak realistis  karena  Penerapan program tersebut dianggap bisa makin membebani anggaran negara.   Awal pekan ini, Fadil meluncurkan program Polisi RW untuk bertugas di wilayah hukum Polda Jawa Barat. Ia mengatakan program Polisi RW diadakan untuk mengatasi permasalahan keamanan yang berpotensi muncul dari basis komunitas terendah, yakni lingkungan rukun warga (RW).

Polisi RW  ditempatkan di setiap wilayah dan diharapkan dapat mencegah gangguan keamanan dan Kantibmas  dan bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat,   "  Sebenarnya Polisi RW itu tugasnya  bagaimana mewujudkan RW yang sejuk dan aman dengan security assessment, polisi akan lakukan itu dengan ketua RW setempat dan elemen masyarakat  ",  Ujar SiDim Fadil Imran,  Senin   (15/05/2023).  Program Polisi RW juga mewujudkan polisi sebagai pengayom bagi masyarakat karena Polisi RW  perlu memahami permasalahan masyarakat di tingkat RW mulai dari soal ekonomi masyarakat hingga kasus stunting,   "  Bukan mengutamakan penegakan hukum, tapi mencegah itu lebih murah, lebih efektif. Kalau RW aman, kelurahan aman, dan seterusnya juga bakal aman  ",  Ujar Fadil Imran.

Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai rencana program Polisi RW untuk diterapkan hingga tingkat nasional terlalu bombastis dan tidak realistis.   Pembentukan program itu berkaitan dengan peningkatan jumlah personel. Menurutnya, anggaran negara tidak akan mampu memenuhi kebutuhan peningkatan personel kepolisian terus menerus,   "  Tidak realistis bila melihat anggaran negara yang sudah sangat besar untuk kepolisian  ",   Ujar SiDin Bambang   dengan Soppenger (Jumawanya),  Rabu   (17/05/2023).

Bambang  Rukminto pesimis program itu bisa terlaksana  because  program sebelumnya yang menjadi prioritas, yakni satu desa satu bhabinkamtibmas hingga kini sulit terealisasi,   "  Satu desa satu bhabinkamtibmas sampai sekarang belum terpenuhi, apalagi untuk memenuhi satu RW satu polisi  ",  Ujar Bambang R.   Fadil I, kata Bambang, seharusnya tidak menjadikan kondisi di Polda Metro Jaya sebagai landasan program nasional sehingga  sebelum merencanakan program sebaiknya keliling terlebih dahulu ke berbagai polsek di daerah-daerah terpencil.

"  Polisi RW itu bisa saja efektif bila dilakukan di perkotaan dengan rasio penduduk yang sangat tinggi. Tapi untuk jadi program nasional masih akan sulit  ",  Ujar  Bambang R.   Menurutnya, Fadil lebih baik mengoptimalkan program pemolisian komunitas (community of policing) atau pemolisian masyarakat serta meningkatkan kinerja bhabinkamtibmas,   "  Kabaharkam lebih baik membuat program-program yang lebih membumi, menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini maupun membuat pondasi yang kuat terkait pembangunan partisipasi publik di bidang keamanan  ",  Ucap Fadil Imran menjelaskan.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai program Polisi RW untuk melakukan pantauan keamanan dalam lingkup terkecil tak perlu karena menurut Ahmad Sajali fungsi keberadaan Polisi RW tersebut bisa digantikan dengan teknologi seperti CCTV.   "   Sebenarnya kalo sampe satuan RW mah enggak perlu ya, kalo emang alasannya jangkauan kan harusnya udah bisa masifin penggunaan teknologi kayak CCTV   ",  Ujar SiDim  Ahmad Sajali Anggota Div Pemantauan Kontras, Senin  (15/05/2023).

"  Sebenarnya kalo sampe satuan RW mah enggak perlu ya, kalo emang alasannya jangkauan kan harusnya udah bisa masifin penggunaan teknologi kayak CCTV  ",  Ujar Ahmad Sajali,  Senin   (15/05/2023).    Apalagi, kata Sajali, sudah ada Pos Polisi sub Sektor (Polsub Sektor) di setiap kecamatan yang bisa memantau sampai tingkatan terkecil,   "  Toh existing sekarang, polisi juga udah ada di satuan yang lebih kecil dari kecamatan jadinya Polsubsek  ",   Ujar Ahmad Sajali dengan Soppengernya (Jumawanya).

Sementara itu, Ketua Indonesian Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menilai program Polisi RW bisa jadi solusi agar kehadiran polisi sebagai pelindung, pelayan  dan pengayom masyarakat terlaksana dengan baik.   Menurutnya, rasio ideal untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut  yaitu 1:400. Artinya, ada satu personel untuk tiap 400 warga. Namun, kata dia, rasio saat ini yaitu 1:1.300,   "  Dengan rasio sekarang 1:1.300, maka linyanyom belum dapat dicover dengan baik  ",  Cakap SUGENG Teguh S. 

Namun, Sugeng menegaskan konsep Polisi RW akan berimplikasi pada tambahan anggaran kepolisian. Sebab, dibutuhkan lebih banyak personel serta peningkatan profesionalisme.    "  Konsep ini membutuhkan penambahan personel yang berimplikasi pada anggaran dan juga peningkatan profesionalisme, agar keberadaan polisi di tengah masyarakat efektif dan diterima masyarakat  "  dan   "  Bisa diakali dengan personel yang ada, tanpa penambahan personel, tetapi beban kerja makin berat. Nah, apakah akan rela anggota Polri tambah beban kerja ?   Kemudian secara bertahap ada penambahan personel dan tambahan anggaran  ",  Ucap Sugeng Teguh S tegas.

Komjen Padil Imran meresmikan Polisi RW UTK wilayah Jabar

 

Peningkatan kapasitas Polisi untuk efektipitas tugas.

Rencana pembentukan Polisi RW  terasa tidak Realistis.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...