Senin, 30 Oktober 2017

TANTOWI DAN LILIYANA UNGKAP SYUKUR, KEDUA KALINYA JUARA FRENCH OPEN

NusanTaRa.Com
byFarhaMTukirmaN


Tantowi Ahmad dan Liliyana Natsir Langsung mengucapkan syukur dilapangan setelah berhasil mencecar point 21 yang bermakna berhasil memenangkan set kedua setelah sebelumnya diset pertama menang dengan 22-20 atas pasangan  Zheng Siwei/Chen Qingchen sekaligus me juara French Open Super Series 2017 untuk Ganda Campuran,  Tantowi Ahmad langsung sujut syukur dilapangan sedang Liliyana Natsir dengan membuat tulisan saliib di tubuhnya (29/10/2017).     Sehari sebelumnya 28/10/2017 pertandingan semi final di Stade Pierre de Coubertin, Paris, Tontowi/Liliyana unggulan keempat super series ini mengalahkan unggulan 6 asal China, Zhang Nan/Li Yinhui 21-18, 21-8.

Di  final yang berlangsung di Stade Pierre de Coubertin, Paris, Tontowi/Liliyana terlihat tampil lebih percaya diri sehingga permainan lebih baik dan mampu mengalahkan pasangan nomor satu dikejuaran ini tahun sebelumnya Zheng Siwei/Chen Qingchen dalam dua set.    Dalam pertandingan tersebut Tontowi/Liliyana sang Juara Dunia dan Juara Olimpiade sejak awal terus unggul  bermain jauh lebih percaya diri  Juara dunia dan juara Olimpiade sejak awal gim terus unggul sejak  awal  meski perolehan poin berlangsung ketat akhirnya mereka mampu mengakhirrinya dengan 22-20,  Set kedua permainaan lebih mereka kuasai sehingga  sejak kedudukan 12-12, mereka terus unggul dan menutup gim kedua dengan 21-15.

Kemenangan yang diraih Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir ini memupuskan satu-satunya harapan Tiongkok untuk membawa pulang gelar dari French Open Super Series 2017 setelah mengandaskan perlawanan Zheng Siwei/Chen Qingchen, dengan skor 22-20, 21-15.   Ambisi pasangan rangking satu dunia China tersebut  untuk membayar kekalahannya di Final World Championships 2017 saat mereka bertarung menjadi kandas alias tertunda.

Kejayaan yang diraih pasangan  Tontowi/Liliyana sekaligus merupakan gelar kedua bagi Indonesia di kejuaraan French Open Super Series 2017 karna di partai sebelumnya  pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga berhasil merebut gelar dengan mengalahkan Lee So Hee/Shin Seung Chan (Korea) dengan skor 21-17, 21-15.   Greysia/Apriyani merebut gelar juara  setelah di final melewati satu pertarungan yang ketat dan berhasil mengalahkan ganda kuat Korea Selatan Lee So Hee/Shin Sheung Chan,  di gim pertama lewat permainan yang cerdik  mereka melakukan permainan variatif dengan  bola panjang ke belakang maupun di depan net yang merepotkan pemain Korea hingga meraih set pertama 21-17,  dan di gim kedua Greysia/Apriyani  tetap  memaksa lawannya bermain ketat hingga meraih set kedua dengan 21-15.

Meski sempat ketinggalan angka 3-9 tak membuat semangat Tontowi/Liliyana menjadi padam,    ketenangan dan kesabaran di lapangan membuat pasangan peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ini justru membuat Zheng/Chen kerepotan serta Penempatan bola Liliyana dan smash Tontowi seringkali gagal dikembalikan dengan baik.     Kunci kemenangan kami memang bermain tenang, kami bisa menikmati permainan dan merasa rileks. Kami tidak mau memikirkan menang atau kalah, coba yang terbaik saja dulu. Kami tahu mereka mau balas kekalahan, jadi kami tetap fokus terus. Zheng/Chen adalah pasangan yang bagus, kami tidak mau memberi kesempatan kepada mereka  ”,  Ujar SiDin Tontowi usai laga.

   Kami sudah sering bertemu Zheng/Chen dan dalam dua pertemuan terakhir kami bisa menang. Ini menjadi modal buat kami, membuat kami percaya diri. Gelar-gelar penting sudah kami dapatkan, seharusnya kami tampil rileks di turnamen level super series  ”,  Ujar SiGaluh Liliyana sebagai dikutip NusanTaRa.Com.   Ketika ditanya soal permainan mereka yang kerap menyulitkan pemain-pemain Tiongkok yang terkenal sulit dikalahkan, “  Saya dan Tontowi sudah lama sekali berpasangan dan pengalaman kami cukup banyak. Yang penting komunikasi dijaga terus dan tenang. Terima kasih buat pelatih saya, teman terbaik saya, Vita Marissa, yang sudah mendampingi saya dan Owi selama bertanding di Denmark dan Paris  ”,  Ujar SiGaluh Liliyana sambil tersenyum.

Bagi Tontowi/Liliyana kemenangan mereka kali ini mengulang sukses tahun 2014 dimana kala itu mereka juga menjadi jawara sementara buat Liliyana ini merupakan gelar ketiganya di Paris karna  tahun 2009 Liliyana juga menjadi juara bersama Nova Widianto.    Saya suka bertanding di Paris, supporternya luar biasa antusias. Kotanya juga indah, jadi saya merasa senang berada di sini, suka sama situasinya  ”,  Ujar SiGaluh  Liliyana.

Berikut perjalanan Tontowi/Liliyana:

Babak Pertama
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (4/INA) vs Pranaav Jerry Chopra/Sikki Reddy (IND) 21-15, 21-12

Babak Kedua
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (4/INA) vs Ivan Sozonov/Evgeniya Kosetskaya (RUS) 21-16, 17-21, 21-16

Perempat Final
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (4/INA) vs Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (8/MAS) 19-21, 21-14, 21-12

Semifinal
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (4/INA) vs Zhang Nan/Li Yinhui (6/CHN) 21-18, 21-8

Final
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (4/INA) vs Zheng Siwei/Chen Qingchen (1/CHN) 22-20, 21-15


Main Bulutangkis di Salju,
Tantowi/Liliyana Pebulutangkis Juara Satu.

Selasa, 24 Oktober 2017

PENGADILAN INTERNASIONAL, MYANMAR BERSALAH DALAM GENOSIDA TERHADAP ROHINGYA



NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 4Oktober2017
Hasil gambar untuk Gambar pengadilan Internasional Rohingya 2017

Pengadilan Internasional yang diselenggarakan di Kuala Lumpur Malaysia selama lima hari 18 - 22 September 2017,  akhirnya mengeluarkan keputusan bahwa pemerintah Myanmar dalam hal kasus etnis Rohngya dan  minoritas Muslim lainnya di Myanmar sebagai bersalah karena telah melakukan genosida terhadap komunitas tersebut.  Ketujuh anggota panel pengadilan Internasional tersebut meminta otoritas Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap minoritas Muslim yang ada di Myanmar dan masih mempertimbangkan akan menerjunkan 20 ribu pasukan keamanan.

Pengadilan Internasional yang diselenggarakan Pengadilan Rakyat Permanen diselenggarakan di Kuala Lumpur ibukota Malaysia selama lima hari, dengan berpegang dan mempertimbangkan berbagai dokumenter, bukti ahli dan kesaksian dari sekitar 200 korban kekejaman yang dilakukan terhadap kelompok minoritas Rohingya, Kachin dan kelompok minoritas Muslim lainnya.  "  Pengadilan memutuskan bahwa Myanmar bersalah melakukan genosida terhadap orang-orang Kachin dan kelompok-kelompok Muslim di sana  ",  Ujar SiDin Daniel Feirstein (ketua Pengadilan Rakyat Permanen atau Permanent Peoples Tribunal) sebagaimana di kutip NusanTaRa.Com, Sabtu (23/9/2017).

Akibat lain dari putusan tersebut bahwa Pemerintah Myanmar harus mengubah Konstitusi dan menghapuskan undang-undang yang sangat diskriminatip bagi warga minoritas dan memberikan meberikan mereka hak dan kewarganegaraan yang lebih baik kepada minoritas yang tertindas.   "  Visa dan akses gratis harus diberikan kepada tim pencari fakta PBB untuk menyelidiki kekejaman yang dilakukan terhadap Rohingya, Kachin dan kelompok lainnya di Myanmar  ", Ujar putusan pengadilan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Pengadilan Rakyat Permanen suatu lembaga peradilan dunia yang  didirikan di Italia pada tahun 1979 yang beranggotakan 66 anggota Internasional.   Sejak berdirinya, pengadilan tersebut telah menyelenggarakan 43 sesi pengadilan mengenai berbagai kasus yang melibatkan hak asasi manusia dan genosida.   Guna meringankan kehidupan bagi para warga Pengungsi Pengadilan tersebut juga meminta masyarakat internasional untuk memberikan bantuan keuangan ke negara-negara seperti Bangladesh dan Malaysia yang menjadi tuan rumah masuknya pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan tersebut.

Menurut PBB Operasi keamanan yang dijalankan pihak militer Myanmar sejak 25 Agustus 2017 serta operasi Gerombolan Buddha yang membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya,  mengakibatkan sekitar 429 ribu Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Myanmar di Rakhine ke Bangladesh.   Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dalam tindakan kekerasan tersebut.    Sementara  serangan Oktober  oleh pasukan Militan Rohingya tahun lalu  terhadap pos-pos perbatasan di distrik Maungdaw Rakhine, kemudian mendapat balasan oleh pasukan keamanan Myanmar dengan  melancarkan tindakan kekerasan selama lima bulan di mana, menurut kelompok Rohingya, sekitar 400 orang terbunuh.

Akibat tindakan diskriminatip pemerintah Myanmar tersebut,  Warga Rohingya  digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia  dan  telah menghadapi ketakutan yang semakin meningkat atas serangan tersebut sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.     Malaysia saat ini menjadi tuan rumah salah satu populasi pengungsi perkotaan terbesar di dunia. Pada tahun 2014, sekitar 146.020 pengungsi dan pencari suaka telah terdaftar di UNHCR di Malaysia, dimana sebagian besar atau sekitar 135.000 berasal dari Myanmar.
                    

Rohingya mengungsi ke Bangladesh,
Pengadilan Internasional menyalahkan  Genosoid oleh Myanmar.

PETUALANGAN PERAHU BOROBUDUR 2003 HINGGA CAPE TOWN, DALAM EKSPEDISI JAKARTA – GHANA AFRIKA

NusaNTaRa.Com byLaDollaHBantA,            S   a   b   t   u,    2    7         A    p    r    i    l        2    0    2    4           P...