Senin, 28 Oktober 2013

WARGA KUPANG MEMILIH JADI WARGA TIMOR LESTE ?





Sejak Timor Leste memisahkan diri dari Republik Indonesia 20 mei 2002 melalui Referendum yang dilaksanakan PBB, berbagai problem yang timbul disepanjang perbatasan kedua Negara belum terselesaikan secara tuntas hingga kini,  yang  berujung ketidak pastian hukum bagi warga yang berada ditapal bartas tersebut dan status dinamika yang tidak jelas diperbatasan.  Seperti status warga Negara bagi masyarakat yang berada ditengah perbatasan atau Zona bebas, Kepemilikan lahan yang terbelah oleh garis perbatasan, status hukum adat yang berada di daerah tersebut, serta aturan kehidupan masyarakat yang  masih berkeluarga diperbatasan serta banyak persoalan lain.

Kasus yang cukup mencengangkan kita di oktober 2013 manakala sebanyak 26 KKwarga yang menetap disekitar Zona netral  perbatasan menetapkan pilihan menjadi warga Timor leste (RDTL) sebanyak  terlebih bila ditilik lebih seksama bahwa mereka ini menetap sedikit lebih masuk ke wilayah Desa Naktuka Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) yang otomatis mereka warga Kupang.

Pertanyaan mengapa saudara kita masih ada yang memilih menjadi warga Timor Leste pada hal bila dilihat kekerabatannya masih dekat dengan warga Indonesia,  Apa hanya karena mereka menghuni Zona Netral sehingga bebas untuk memilih mau jadi warga Negara mana ?.   Bupati Kupang AYUB TITU EKI “ Mereka itu asal usulnya adalah orang kita yang sebagian dari Kabupaten Kupang dan Sebagian lagi dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), namun karena selama ini mereka tinggal di zona bebas sehingga belum bisa menentukan Negara mana yang akan mereka pilih “.

Kejadian ini seharusnya menjadi pelajaran bagi Pemerintah Indonesia dalam pembinaan teritorialnya khususnya di daerah perbatasan yang umumnya masih jauh dari semestinya sehingga banyak pembangunan di daerah ini  tidak terlaksana sebagaimana di daerah perkotaan dan ini tentunya akan berdampak pada rendahnya kwalitas pendukung pembangunan, perekonomian,  kesejahteraan dan Nasionalisme bangsa dan lebih berdampak positipnya bagi mereka pembangunan Negara tetangga yang tentunya akan lebih menggoda,  seperti yang di ungkapkan Bapak Ayub TE bahwa  penyebab utama mereka memilih menjadi warga Timor Leste diduga kuat karena akses transportasi ke wilayah Timor Leste jauh lebih maju. Selain itu, lambatnya penyelesaian sengketa batas wilayah antara kedua negara. 



Pembangunan Kawasan Perbatasan harus benar-benar digalakkan agar warga didaerah tersebut akan merasa bangga sebagai bangsa Indonesia sebagaimana warga lainnya, sebagaimana pasca jajak pendapat dahulu banyak warga loyalis Indonesia yang rela meninggal kampung halamannya untuk jadi warga Indonesia karna mereka yakin jadi bangsa Indonesia akan lebih menjanjikan kehidupan yang sesuai dengan hati nurani yang bermartabat.  Semua ini tentunya tidak akan sulit kalau saja setiap Pemda di daerah perbatasan benar-benar memperhatikan kepentingan mereka dan pembangunan disana.

Di daerah Perbatasan lain di Indonesia hal seperti ini sudah pernah terjadi bahkan beberapa daerah terpencil di Perbatasan seperti di Papua, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Sulawesi Utara, sering berdemontrasi atau menyatakan pendapat secara terang-terangan bahwa mereka akan mengibarkan bendera Negara tetangga mereka kalau pemerintah tidak melaksanakan pembangunan sebagai mana mestinya di daerah mereka atau mereka mengatakan akan menjadi warga Negara tetangga bila Pemeruntah tidak melaksnakan Pembangunan Peningkatan Kesejahteraan hidup mereka agar layak sebagai mana warga tetanga mereka.






Meski Hujan Batu tetap Cinta Negeri Sendiri,
Kalau Warga jadi Warga negara tetangga saat introspeksi diri.

ARKEOLOGI : SRIWIJAYA MENJAJAH HINGGA MADAGASKAR





               Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, menyebut pelaut Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjelajah hingga mencapai Madagaskar di timur Benua Afrika sekitar abad ke-6 atau ke-7. “Ini terjadi saat kerajaan Sriwijaya berjaya di Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia,” kata Daud dalam seminar membahas Kemampuan Maritim Nusantara, Sabtu, 19 Oktober 2013. Ini merupakan rangkaian acara Borobudur Writers and Cultural Festival di Hotel Manohara, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 17-20 Oktober 2013.



               Menurut Daud, bahasa Malagis di Madagaskar menjadi bukti dampak kolonialisasi pelaut Austronesia. Ia mengatakan Austronesia merujuk pada peradaban maritim wilayah nusantara atau mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa Austronesia. Secara geografis ini berada di belahan bumi mulai dari Taiwan dan Hawai di bagian utara hingga Selandia Baru di selatan. Pada bagian barat Austronesia menjangkau hingga Madagaskar. Sedangkan, di bagian timur meliputi hingga Pulau Paskah di selatan Samudera Pasifik, masuk wilayah Chili.



               Bahasa Malagis mirip dengan Bahasa di sekitar Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Bukti lain adalah hasil penelitian arkeolog Kamerun di Benua Afrika menemukan fitolit pisang atau unsur silika seperti kaca dalam tanaman. Fitolit itu ditemukan sekitar 2.500 tahun lalu. Selain pisang, padi juga mengandung fitolit.



               Daud menyebut fitolit yang arkeolog temukan di Kamerun memiliki banyak kemiripan dengan tanaman yang tumbuh di nusantara. Ada juga persamaan bentuk alat musik, yakni kecapi dan seruling. Bukti itu, kata Daud menggambarkan peran pelaut Austronesia dalam penjelajahan Samudera Hindia sejak awal zaman logam atau akhir masa Neolitik. Pelaut Austronesia melakukan perjalanan jarak jauh karena perahu atau kapal mereka cukup tangguh mengarungi lautan.



               Daud mengatakan kolonialisasi Sriwijaya terhadap Madagaskar terjadi karena banyak pendatang dari nusantara terutama yang kini sebagian besar wilayah Indonesia, membangun pos penguasaan wilayah. Mereka jumlahnya semakin berkembang dan membawa pengaruh peradaban terhadap Madagaskar. Kolonilasi Sriwijaya terhadap Madagaskar bukan dalam pengertian penjajahan seperti yang dilakukan Belanda ke Indonesia. Kolonialisasi yang Daud maksud lebih merujuk pada kuatnya pengaruh orang-orang Sriwijaya terhadap peradaban Madagaskar.
SHINTA MAHARANI
Tempo.com, Sabtu 19 oktober 2013.



Madagaskar jauh diseberang Samudera,
Armada Nusantara Jauh melabuhkan Sauh menyebarkan budaya.

Sabtu, 19 Oktober 2013

MENGIKUTI KEJURPROV BASKET BALL KALTIM-TARA DI SAMARINDA




       Kejurprov tingkat Kalimantan Timur – Utara berlangsung mulai 08 – 13 oktober 2013 di Samarinda dengan berbagai cabang olah Raga.   Kontingen Kejurprov Basket Ball Kabupaten Nunukan yang kami wakili tiba di Samarinda 07 oktober 2013 yang terdiri dari Tim Putra dan Tim Putri, masing-masing Tim Putra Amal, Stanley, Asrul, Rian, Madan, Yusrie, Gonni, Aswar, Neksen dan Imran dan Tim Putri terdiri Sumy, Azriah, Nabila, Oktri, Zhila, Shima, Dhewi dan Miyank dan Coach Abe, Ashar dan Asril.

       Kompetisi Basket ball untuk Tim Putra terdiri dari dua Pull, yaitu Pull A  1. Kab. Kukar  2. Kab. Kutim  3. Kota Bontang, 4.  Kab. Nunukan dan 5.  Kab. Bulungan.  Untuk Pull B  1. Kota Tarakan (Juara Bertahan), 2.  Kab. Kubar, 3.  Kota Samarinda, 4.  Kab. Berau dan 5. Kota Balikpapan, seluruh pertandingan berlangsung di GOR Serba Guna Stadion Sempaja Samarinda. Sistem pertandingan semi kompetisi jadi setiap Tim akan bermain sebanyak 4 kali untuk memetik poin tertinggi dan dua dari setiap Pull A dan B berhak melangkah ke semi pinal.    Untuk Putra Pull A yang lolos Kab. Kutim juara Pull disusul Kota Bontang Runner up dan untuk Pull B Tim Kota Tarakan keluar sebagai  Juara  Pull disusul Kota Samarinda sebagai Runner Up.

       Untuk Tim Putri yang terdiri dari dua Pull yaitu Pull A  1.  Kab. Kutim,  2.  Kab. Malinau  3. Kab. Berau  4. Kab. Nunukan dan  5. Kota Tarakan  dan Pull B  1. Kota Samarinda,  2. Kab. Kukar,  3. Ka. Bontang, dan  4. Kota Balikpapan.  Keluar sebagai  Juara dan Runner Up masing-masing Pull adalah Pull A Kota Tarakan dan Kab Berau dan Pull B Kota  Samarinda dan Kota Balikpapan

       Pinal berlangsung  Minggu 13 oktober 2013,  Putra : Tim Samarinda berhasil mengalahkan Tim Basket Tarakan sebagai  juara bertahan  dengan skore 65 – 52, pada hal pada babak penyisihan Tim Samarinda dikalahkan oleh Tarakan.  Juara Ketika Tim Basket  Kab. Kutai Timur (Kutim) setelah mengalahkan Kota Bontang dengan skore 71-61.

       Putri  :  Tim Putri Samarinda keluar sebagai juara setelah dalam duel Pinal menewaskan Kota Balikpapan 50 -38, dalam edisi ini terjadi satu kekacauan hingga pertandingan ditunda hingga dua jam.  Dan sebagai jura ke tiga Tim Kota Tarakan setelah mengalahkan Kab. Berau dengan skore 46 –31.

       Tim Basket Ball Putra Nunukan selama edisi kompetisi ini hanya  memainkan  empat kali pertandingan dan hanya sekali menang ketika laga pertama kami melawan Kab. Kukar.   Kondisi persaingan cukup ketat dan Jadwal yang padat sehingga banyak pemain yang merasa lelah, seperti  laga kami di Hari Kamis, 11 oktober 2013 bermain pagi  dikalahkan Bontang dan malam harinya kami ditewaskan oleh bulungan. Rabu, 10 oktober 2013 tim kami dipecundangi tim Kab. Kutim.
by  Rian Syahputra







Main Basket bola dilempar kedalam Jaring lingkaran,
Stamina baik menunjang vitalitas dalam  meraih kesuksesan

Sabtu, 12 Oktober 2013

LOMBA OLAH RAGA TRADISIONAL di NUNUKAN IRAU ARTS 2013

=DENGAN " GERBANG EMAS " KITA CIPTAKAN MASYARAKAT SEJAHTERA DAN MANDIRI=




       Serangkain kegiatan dalam NUNUKAN  IRAU ARTS  FESTIVAL TAHUN 2013, Diantaranya pelaksanaan Pertandingan olah raga tradisional Perahu Naga,  Sumpit, Gasing,  Enggrang dll.   Penyelenggaraan Perahu Naga  dapat berlangsung dengan baik di Pantai Dermaga LANAL Nunukan (Iching)  diikuti sekitar 35 peserta dari seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan, Organisasi  dan dari Luar Daerah, disaksikan ratusan warga Nunukan yang berdiri disepanjang pantai sejak pagi hari hingga usai. 

       Perlombaan Perahu Naga yang berlangsung  hari Jum’at  tanggal 11 Oktober 2013,  menempatkan Club Dayung  Perahu Naga Dinas Pariwisata Kabupaten Bulungan sebagai  Juara pertama disusul Perahu Naga dari Kecamatan Lumbis Ogong kedua dan Club dayung Perahu Naga Sei Fatimah di urutan ke tiga.

       Perlombaan yang dibuka oleh Bapak Petrus Kanisius  Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga diikuti 34 peserta.   Satu Tim Perahu Naga terdiri dari 21 orang penabuh deram, juru mudi, pimpinan dan sisinya pendayung yang duduk saling bersebelahan dan bersilang,  menempuh jarak 200 meter sekali lari diikuti 5 peserta dan peserta yang menang akan mengikuti babak selanjutnya hingga ke Final.

       Sabtu 12 oktober  2013 bertempat di Pasar Liem Hie Jung Tanah merah berlangsung perlomba Olah Raga tradisional Sumpit yang di ikuti 37 peserta dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Nunukan yang juga disaksikan Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Nunukan.

       Pertandingan ini menggunakan supit tradsional dari Kayu Ulin berlobang sepanjang  2 meter, bagian ujungnya  bermata  tombak besi dan memiliki pembidik.  Setiap peserta diberikan anak sumpit yang terbuat dari buluh bambu yang tajam sebanyak 10 dengan saran tembak berJarak 15 meter berupa sepuluh lingkaran sasaran.

       Penyelenggaraan Olah Raga Sumpit dilaksanakan setelah Upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Nunukan yang dilaksanakan di Lapangan Upacara Kantor Bupati Nunukan  dengan Wakil Bupati Nunukan Ibu Hj. Asmah Gani sebagai  Pembina  upacara,  jam 08.00 Sabtu  12 oktober 2013, sementara Pertandingan Sumpit dilaksanakan jam 15.00, namun kegiatan registrasi ulang dan pengenalan alat oleh panitia telah berlangsung sejak jam 13.10.






Perahu Naga diKayuh laju di atas Air,
Sekali menyingsingkan lengan Baju tugas beratpun Kelar.

Selasa, 08 Oktober 2013

1. KAPAL POS APUNG DALAM TELESKOP


(Kisah ini merupakan kumpulan Tajuk  " Anak-anak PerBatasan " khususnya di kawasan Nunukan yang berbatasan dengan Sabah Malaysia tahun 1964-1968 yang saat itu bersitegang dalam konfrontasi Dwi Kora.  Tulisan ini buat Ultah Kab. Nunukan yang ke 14)




Hampir setiap hari kapal patroli kecil Malaysia yang sering kami sebut sebagai Kapal Posapung (sekrg=kapal patroli kecil) Nangkring di perairan depan desa bisa sampai dua kapal berjarak 1 mil dari Pulau  Nunukan dan sering jadi tontonan kami saat bermain di pantai berlumpur sambil menangkap udang, ikan kecil bahkan tempakul kalau – kalau ada yang tersangkut di genangan air saat telah surut, meski sekali kala aku merasa cemas kalau saja kapal Musuh itu melepaskan tembakannya  maka tammatlah riwayat kami yang sedang bermain dan beberapa warga yang berada disekitar sasaran tembakan.

Kegentingan seperti itu bukanlah hal yang mustahil karna saat itu sekitar tahun 1966 an Negara Indonesia tidak menyetujui Kemerdekaan Malaysia dari Penjajah Inggris dan lepas dari Negara Kesatuan RI, peperangan antara dua Negara tidak dapat dihindarkan yang lebih dikenal dengan sebutan Konfrontasi atau Dwi Kora dengan slogan yang cukup  terkenal saat itu GANYANG MALAYSIA GANYANG TUN RAZAK.   Slogan tersebut sudah menjadi nyayian semangat bangsa Indonesia terlebih bagi kami anak-anak perbatasan yang acapkali meneriakkan Yel yel tersebut bila berpapasan dengan tentara atau Sukarelawan yang lagi bertugas.

Karena keseringan bermain di pantai maklum desa kami waktu itu bila dibandingkan dengan kota sekarang tidak lebih besar dari suatu kampung, sehingga tempat bermain sangat terbatas, keadaan ini membuat kami tidak asing dengan Satu bangunan khusus dibagian terdepan Pantai yang dilengkapi dengan teropong pengintai dan tentara satuan  KKO yaitu Pos Jaga.   Sekali waktu aku bersama sahabatku Karim, Sikuluk, Sitambun dan Baco biasanya bermain di Pos jaga terutama bila keadaan tenang dan yang bertugas kami kenal seperti Mas Bambang kalau tidak salah pangkatnya Dua Balok merah.   Di Pos jaga ini kami bermain menggunakan  teropong yang terpasang statip ditempatnya tentu setelah di ajarin Mas Bambang.  Dengan teropong (teleskop) kami dapat melihat kapal Posapung agak lebih besar dibanding  melihatnya dengan mata telanjang, mengapung di laut zona perairan negara Malaysia berwarna putih dengan lambung Biru kehitaman dan berlatar hutan bakau karena dibelakang sekitar 300 m ada pulau berbakau view terlihat lebih beauty, Sering juga terlihat awak kapal mondar mandir dikapal sekali-kali mengeker kearah kami dengan teropong yang selalu menggantung di lehernya,  kalau kalau ada pergerakan yang perlu dilaporkan kemarkas mereka pikirku.

Tak Cukup hanya bermain Teropong di Pos jaga kami juga dapat bermain Senjata yang selalu standby disamping di teropong dan moncong mengarah kelaut dititik  kapal Posapung tersebut,  bagi kami saat mengarahkan bidikan laras senapan ke kapal posapung tersebut seolah-olah  kami sanggup merontokkan kapal musuh kalau saja kami tentara saat itu.   Aku lupa nama senjata itu tapi cirinya dibagian depan ada tripot tempat bersandar senjata, ada semacam Box besi terkunci dan bila terbuka akan keluar semacam rantai besi berisi peluru yang dapat dihubungkan kebagian senjata kalau di aktipkan.

Di Pos Jaga tersebut Selain terdapat Teropong dan senjata  terdapat juga dua meja lengkap kursinya, ada senjata tangan milik petugas jaga yang bergagang Kayu dan didinding tertempel telpon engkol berwarna hitam serta dua Teropong gantung yang biasa juga kami mainkan selalu tersedia di almari.   Untuk bermain disini tentunya kami tidak bisa berlama lama karna itu adalah hal terlarang kalau kami bermain itu tak lebih karena Mas Bambang yang manggil untuk menghilangkan kejenuhan paling lama juga beberapa jam sebagaimana waktu jaga seorang petugas.  Dibelakang Pos jaga terdapat 3 bangunan barak militer salah satunya merupakan tempat kediaman Komandan yang mengepalai operasional Perbatasan se Pulau Nunukan.  

Hal yang sangat menyenangkan saat bermain di Pos Jaga adalah ketika akan Pulang, biasnya kami akan di bekali Gabin Ramsung Tentara satu orang satu bungkus bagi anak desa itu terasa sangat enak sehingga sahabatku Kuluk dan Tambun berkata : “ Gabinnya enak ya Bakri dan Mas Bambang  baik, besok kita main lagi yuk ?” dan aku biasanya menjawab : “ Wah nda bisa setiap hari nanti kita dimarah kecuali dipanggil kaya tadi kalau tidak kita bisa ditembak ”.

by Bakri Supian




Si Tambun anak PerBatasan di kawasan utara,
Meski masih kecil anak PerBatasan memiliki semangat Indonesia.

PETUALANGAN PERAHU BOROBUDUR 2003 HINGGA CAPE TOWN, DALAM EKSPEDISI JAKARTA – GHANA AFRIKA

NusaNTaRa.Com byLaDollaHBantA,            S   a   b   t   u,    2    7         A    p    r    i    l        2    0    2    4           P...