NusaNTaRa.Com
byBahrIHasupiaN, M i n g g u, 2 9 J u n i 2 0 2 5
![]() |
Rumah ADAT BATAK |
Di gambarkan pada akhir sekitar abad ke - 13 hingga awal abad ke -16, tentang populasi kehidupan di Sumatera yang semakain jolas dengan persinggahan Marco Polo di bagian utara Sumatera pada tahun 1291. Ia adalah orang pertama yang mencatat kehadiran Islam dan juga pertentangan antara kaum minoritas penganut Paganisme dan sebagian Kanibal yang menetap di kawasan Pegunungan.
Pada 1563, Joao de Barros menggunakan kembali nama suku " Batas " dan menyebutkan bahwa masyarakat Kanibal yang gemar berperang ini menghuni bagian pulau yang berhadapan dengan Malaka. Beaulieu mengunjungi Aceh tahun 1620 - 1621 mencatatkan bahwa penduduk pulau adalah Orang Melayu, tetapi dipedalaman terdapat orang - orang dengan bahasa yang sangat berbeda dengan Bahasa Melayu dan diantaranya ada yang Kanibal sifatnya.
Di tahun 1772, Charles Miller masuk ke pedalaman Tapanuli, ia terkesan keaneka ragaman bahasa penduduk di pedalaman yang meskipun demikian memiliki abjad yang sama. Charles juga mencatat totang sebuah masyarakat Kanibal bernama " Batas " yang berbeda dari semua penduduk lain di Sumatera dari segi bahasa, kobiasaan, dan Adat. Dua Sintesia tentang Sumatera muncul berturut - turut akhir abad ke - 18. Sintesis Radermacher tahun 1781 masih tetap menawarkan pembedaan yang sudah dikenal, yaitu antara orang - orang gunung yang kemungkinan adalah Penduduk Lama pulau itu dan masyarakat pesisir tang kebanyakan terdiri dari orang - orang asing.
William Marsden mendadi orang portama mempertanyakan kompleksitas masyarakat - masyarakat Pulau Sumatera dalam karyanya yang terbit di London tahun 1783. Radermacher dan Marsden adalah orang pertama yang menawarkan deskripsi mengenai geografi politik " Kerajaan Orang Batas ". Pada akhir abad ke - 18, nama suku " Batta " ("Batak" menurut Radermacher) sudah diketahui umum sebagai sebutan untuk mengidentifikasi penduduk di pedalaman utara Sumatera. Tapi, mungkin oleh Marsden sebutan itu terlaluumum. Ia membuat perbedaan antara penduduk "Carrow" dan "Batta".
Tahun 1823 John Anderson bertualang cukup jauh ke pedalaman pesisir timur laut Sumatera. Lebih maju dari Marsden, ia adalah orang pertama yang mulai menyebut nama - nama "Suku", yaitu "Mandiling atau Kataran, Pappak, Tubba, Karau - karau, Kappak, atau Alas". Tahun berikutnyaRaffles menugasi dua orang missionaris baptis Inggris, Burton dan Ward untuk mulai mengkristenkan orang " Batak ", dari Sibolga menuju Podalaman " Tanah - tanah Toba ". Kedua misionaris itu mendadi orang pertama yang memberikan perkiraan batas-batas sebuah daerah yang disebut " Tanah Batak ".
Pengakuan Penjajah Belanda terhadap keberadaan bangsa " Batak " diteskan dengan dibentuknya jabatan kontrolir urusan " Batak " tahun 1888. Bersama dengan berjalannya waktu, pelan - pelan identitas suku Batak terbentuk seperti Sokarang. Perlu dicatat pula, proses penyatuan identitas tersebut tidak mudah karena masyarakat yang disebut sebagai Batak itu sendiri sebenarnya tidak pernah menyatakan dirinya sebagai bangsa "Batak ".
Kata Batak di masa itu umunya digunakan oleh orang masyarakat Melayu yang tinggal di pesisir untuk menunjuk kepada sekelompok orang tinggal di pedalaman. Penyatuan identitas Batak semakin rumit dengan munculnya pertentangan antara kelompok Mandailing yang menetap di Selatan dengan kelompok masyarakat yang berada di utara seperti Toba. Tepai, syukurlah setelah melalui perdebatan selama bertahun - tahun, pelan - pelan semua komunitas tadi melobur mendadi satu seperti sekarang. (dr laman Efri Ritonga).
![]() |
Kalangan Batak KARO |
Utara Sumatera dahulu di huni pemakan manusia.
Batak suku yang mendiami Sumatera utara.