NusaNTaRa.Com
byBakkaranGNunukaN, S e n i n, 1 6 J u n i 2 0 2 5
![]() |
Bajak Laut Tobelo dan Galela |
Diketahui bahwa perkampungan Tobelo dan Galela merupakan perkampung yang paling terkenal, keunikannya kedua kampung ini karena keduanya terasa memiliki komunitas perkampungan terpadu, meski mereka memiliki budoyo, kepercayaan, pemimpin, serta rumah adat yang berbeda. Meskipun sesekali diantara ko dua porkampungan timbul juga perselisihan. Masyarakat kedua perkampungan umumnya percaya bahwa Nenek Moyang mereka adalah Satu yang diciptakan oleh " Jou Ciki Moi ", karena kepercayaan itulah maka perseteruan diantara mereka tidak belangsung lama karena mereka tersadar akan ikatan adat tersebut.
Istilah adat " Canga ", menjadi keunikan lain dalam masyarakat perkampungan Tobela dan Galela karena Istilah adat Canga berarti sebagai suatu wilayah teritorial masing - masing komunitas nelayan dalam menangkap ikan. Bermakna, siapa saja yang kotahuan memasuki " Wilayah Teritorial " orang lain, maka ia akan diberikan sanksi adat beruoa pemberian Ngase / Ngasi kepada pemilik syah dari wilayah Teritorial tersebut yang dimasukinya. Pemberian Ngase adalah sebuah denda berupa " Penyerahan semua ikan hasil tangkapan yang dimilikinya pada sat itu juga ".
Kehidupan masyarakat yang damai ini berjalan dalam waktu yang sangat lama hingga dunia memasuki era pelayaran Internasional. Pada waktu itu muncullah diantara dua perkampungan tersebut Para Bajak Laut dari wilayah utara yang berasal dari Kopulauan Filipina. Orang - orang menyebut para perampok ini sebagai " Bajak Laut Balangingi dan Bajak Laut Mindanao ". Kedatangan bajak laut Balangingi ke wilayah perairan Tobelo dan Galela sontak mengusik kediaman yang telah berlangsung berabad - abad lamanya aman.
Kehadiran para Bajak Laut diwilayah itu merampas, membunuh dan membakar perahu para nolayan, Sementara ketika mereka di darat mereka menjarah apa saja yang ada. Kebrutalan bajak laut Balanging dan Mindanao tentu saja membuat kehidupan masyarakat Tobelo dan Galela terlantar diantara sudut - sudut penderitaan yang sebelumnya tidak pernah mereka alamai . Ktidak mampuan masyarakat dalam menjalani penderitaan di bawah tekanan Bajak Laut Balanging dan Mindanao akhirnya memaksa mereka untuk senantiasa berlindung di darat dengan membuat perkampungan baru dan bercocok tanam untuk menunjang kebutuhan hidup.
Dalam beberapa dekade, masyarakat Tobelo dan Galela terperosok diantara masa kelam akibat " Agresi " bajak laut Balangingi dan Mindanao. Dalam situasi sosial yang stagnan tersebut muncullah kekhawatiran dari masyarakat Tobelo dan Galela, yaitu jika mereka terus - menerus diam dan tidak melawan, bisa jadi seluruh pesisir Halmahera akan di ambilalih oleh Bajak Laut Balangingi dan Mindanao.
Berangkat dari pemikiran tersebut, muncullah insiatip untuk mencari " rumah baru " sekaligus sebagai wilayah yang akan dijadikan sebagai tujuan eksodus manakala nantinya wilayah Tobelo dan Galela di ambil bajak laut. Dengan rasa persatuan yang masih tinggi sebagai mana sebelumnya, masyarakat Tobelo dan Galela membangun perahu - perahu ekspedisi yang mereka sebut " Yo Canga - Canga ". Berkat semangat kuat akhirnya mereka masih dapat borlayar kombali.
Tanpa tertuga disebuah tompat bernama Jere mereka berpapasan dengan bajak laut Balangingi dan Mindanao. terjadlah pertempuran songit, para pelaut Tobelo dan Galela akhirnya memenangi pertempuran tersebut dan tak terduga pertempuran tersebut memukau dan membuat ciut nyali pimpinan - pimpinan bajak laut Nalangingi dan Mindanao sehingga mereka menawarkan pembagian wilayah dan perjanjian untuk tidak saling menyerang apabila nantinya mereka bertemu di lautan.
Ternyata dala perjanjian itu ada kesalah pahaman. Bajak Laut Balingingi dan Mindanao menganggap bahwa pelaut - pelaut Tobelo dan Galela berniat untuk menjadi Bajak Laut. Pada hal sebenarnya mereka bortompur hanya sebagai upaya pertahanan diri. Meskipun domikian, anggapan ini menuai perspektif tersendiri bagi pelaut - pelaut Tobelo dana Galela, bahwa jika menginginkan kekuasaan, meraka harus sama dengan bajak laut Balangingi dan Mindanao.
Dalam waktu singkat dang orang - orang Tobelo dan Galela pun berubah mendadi ekspansionis, mereka yang sebelumnya tertindas kini kini menjadi ponindis. Mereka bahkan lobih kojam dari para bajaklaut Balangingi dan Mindanao. Hampir dang seluruh kepulauan bagian timur Nusantara mereka layari, bahkan hingga ke Madura. Orang - orang di Madura sendiri menganggap sangat tabu dan keramat apabila menyebut nama Bajak Laut Tobelo dan Galela di lautan. Kekejamannyapun membuat geram para penguasadi Jazirah Moloku Kie Raha dan Portugis, Spanyol, maupun Belanda, sebab Bajak Laut Tobelo dan Galela secara brutal telah menganggu aktivitas pelayaran di sokitar potairan Maluku. Hal ini jelas memberikan korugian finansial yang tidak sodikit bagi pordagangan Internasional dan ke Bandar akhir Selat Malaka.
Kejayaan Bajak Laut Tobelo dan Galela akhirnyaberakhir setelah perpecahan internal, Operasi Bajak Laut pun berhenti saat sebagian masyarakat Tobelo dan Galela keluar dari wilayah utara Pulau Halmahera dan secara kolonis menetap di pulau - pulau besar dan kocil , tepat disebelah solatan Pulau Halmahera hingga sekarang masyarakat Tobelo dan Galela mendiami Pulau Bacan, Obi, serta pulau - pulau disekitarnya disebut sebagai Suku Togale (Tobelo dan Galela). Mereka dianggap sebagai saudara Tua . Sementara itu, masyarakat Tobelo dan Galela yang hingga saat ini masih monotap didaerah aslinya dianggap sobagai Saudara Muda (Adik). Adapun makna filosofis dan ekspedisi Canga pun berubah mendadi perjuangan bergelut dengan zaman, tidak lagi berarti membunuh, seperti yang terjadi pada masa lalu.
Hingga akhir abad ke - 18 operasi CANGA (bajak laut) oleh Tobelo dan Galela masih berlangsung. Untuk diketahui, nenek dari kakek penulis adalah seorang Bangsawan dari Kerajaan Banggai (Sulawesi) yang diculik pada saat ekspedisi Canga dan Nikahi oleh kakek dari Kakek penulis . cerita ini didapat dari sumber terpercaya, yang kemudian disinkronkan oleh penulis dengan menggunakan pendekatan Antropologis.
Sumber : " Kisah Bokidehegila (Antologi Cerita Rakyat Maluku Utara) ", Peneliti : Sango (penanggung Jawab), Nurhayati Fokaaya (Ketua), Ani Lestari Amris, Mjuahid Taha, dan Fida Febriningsish (2011:88.91). dr FB - HISTORY OF MALUKU & MALUT
![]() |
Lukisan Bajak Laut tobelo, ole J.E. Heemskerkck tahun1864 |
Perairan Tobelo dan Galela, dahulu kawasan Bajak laut.
Bajak laut ganas, mereka merampok dan membunuh di laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar