Sabtu, 31 Agustus 2019

ASN JAKARTA TOLAK PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA DAN TAK MUTLAK SEMUA ASN HARUS PINDAH.

NusanTaRa.Com
byMuhammaDBakkaranG, 30/08/2019



Pada tahap pertama,  pemerintah merencanakan memindahkan sekitar 200 ribu kepala Keluarg (KK) Aparatur Sipil Negara (ASN), pernyataan ini dikeluarkan pasca merilis gambaran desain ibu kota baru sehubungan rencana pemindahan ibu kota Negara Jakarta ke Kalimantan yang dalam tahap pembahasan.   Sebagaimana diungkapkan  Ketua Tim Kajian Pemindahan Ibu Kota Negara, Imron Bulkin  mengenai target pemindahan ASN ke Kalimantan dan ini diperkirakan akan diikuti sekitar 1,5 juta pendatang di kota tersebut.

Target pemindahan ASN ke ibukota Negara RI yang baru di Kalimantan sebanyak 200 ribu KK serta 1,5 jiwa  non ASN, maka Indonesia Development Monitoring (IDM) menjalankan survey dikalangan ASN Jakarta terkait rencana ini.  Hasilnya Mayoritas Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) menolak rencana pemerintah memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Pulau Kalimantan yang berdampak  pada kepindahan mereka. 
Desain Ibu kota negra Baru di Semboja jar.
Harly Prasetyo direktur Eksekutif IDM  dalam keterangannya menyebutkan, survei dalam bentuk tanya jawab dilakukan terhadap 1.225 responden ASN   mewakili 800 ribu PNS yang bertugas di pemerintahan pusat.  Survei IDM yang digelar  7 hingga 20 Agustus 2019 lalu, terkait pemindahan pusat pemerintahan dan ibu kota Negara ke Kalimantan,  terungkap  94,7 persen ASN menolak ibu kota dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kalimantan.   “ Hasilnya sebanyak 94,7 persen ASN menolak ibu kota dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kalimantan. Sebanyak 3,9 persen setuju, sisanya abstain ”, Ujar SiDin Harly.

Alasan penolakan responden diantaranya  93,7 persen menyatakan khawatir dengan fasilitas kesehatan dan pendidikan anak yang kurang bermutu,  Sebab sarana yang berkualitas banyak di DKI Jakarta.   “ Sebanyak 92,6 persen ASN menyatakan gaji dan pendapatan mereka tidak akan mencukupi biaya hidup mereka di ibu kota baru  ”, Ujar SiDin Harly.   Sebanyak 78,3 persen akan mengajukan pension dini dari tugas, 19,8 persen akan ikut pindah dan sisanya menjawab tidak tahu.

Menanggapi kemungkinan banyaknya ASN  Jakarta yang keberatan untuk dipindahkan ibukota Negara baru di Kalimantan (Samboja jar),  Ketua Tim Kajian Pemindahan Ibu Kota Negara, Imron Bulkin menyatakan pemberian insentif awal  dan pembangunan   rumah vertikal alias apartemen yang berstatus pinjaman kepada ASN yang pindah.     Perumahan dinas, dipinjamkan, sampai tugas dinasnya selesai  ”, Ujar SiDin Imran. 

Untuk lebih memudahkan mengantsipasi kesulitan pemindahan ASN dari Jakarta tersebut, Badan Kepegawaian Negara (BKN) meminta pemerintah menentukan kementerian mana yang akan dipindahkan ke ibu kota baru,   Saat ini ada sekitar 4,3 juta Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menanti keputusan apakah akan terkena transmigrasi atau tidak sehingga memudahkan dalam perhitungan sikap.     Jadi, ini bukan masalah kotanya. Misalnya pindah, itu kementerian mana saja yang wajib pindah, mana yang tidak wajib pindah  ”, Ujar SiDin Haria Wibisana Kepala BKN  di Jakarta, Senin (19/8/2019).

  Kami sih sudah mencoba mengantisipasi, kira-kira yang ini harus pindah, yang ini bisa di daerah. Tapi, nanti dalam jabatan seperti apa, kalau semuanya satu direktorat ke sana, atau bisa sebagian saja, dan sebagian lain bisa terkoneksi dengan internet, secara digital, itu masih dalam pertimbangan  ”, Ujar SiDin Bima Haria.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men PAN-RB) Syafruddin menuturkan, pihaknya sudah mengantongi perkiraan awal data terkait dengan pemindahan ASN itu yang diperkirakan sekitar 800 ribu orang.    Tinggal ibu kotanya di mana, tinggal pindah  ”,  Ujar  SiDin Syafruddin.   Semua ASN yang akan bertugas ke Kalimantan (Semboja jar) harus sipa pindah karena ini tugas, meski diperkirakan ada beberapa ASN tidak pindah karena  bertugas untuk urusan layanan publik  di Jakarta ujar Bima Haria.

  
Tari Condet  di gelar di Semboja,

Banyak ASN keberatan ibu kota pindah dari Jakarta.

Jumat, 30 Agustus 2019

LAUNCHING GERAKAN MENUJU NUNUKAN BEBAS SAMPAH 2025 DILAKUKAN HJ. ASMIN LAURA HAFIED MH DI PASAR LIEM HIE DJUNG.

NusanTaRa.Com
byKariTaLa LA, 29/08/2019

Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafied MH

“ Dengan rahmat Allah yang mahakuasa,  Launching Gerakan Nunukan Bersih menuju Nunukan Bebas Sampah 2025 dan Gerakan Kampung Ilklim "  saya resmikan, semoga Nunukan Bersih, Sehat dan Indah dapat terwujut dalam kehidupan masyarakat Nunukan sebagai satu kesatuan dengan gerakan bebas sampah Nasional 2025 yang telah dicanangkan Presiden Jokowi “, Ujar SiGaluh Hj Asmin Laura Hafid MH, Bupati Nunukan Kamis, 29/08/2019.    Pembukaan ini sebagai satu bentuk realisasi dari Pemerintah  Kabupaten Nunukan atas perda Kabupaten Nunukan tentang Gerakan Bebas sampah Nunukan tahun 2025 yang baru digelontorkan tahun 2019 tadi.


Acara “ Launching Gerakan Nunukan Bersih menuju Nunukan Bebas Sampah 2025 “ diselenggarakn di Pasar Rakyat Liem Hie Djung Nunukan dihadiri Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafid MH,  Ketua DPRD Kabupaten Nunukan Hj. Rahma Leppa,  Anggota DPRD Adama, Sekretaris Daerah Kabupaten Nunukan Servianus SH, Kepala SKPD Sa Kab. Nunukan,  Perusahaan terkait,  Siswa-siswa, Pengusaha,  Tokoh masyarakat dll.   Pasar Rakyat Merupakan satu lokasi Titik Pantau Adipura Kab. Nunukan 2019 dan penyelenggaraan diharapkan dapat mendukung capaian Piala Adipura 2020.

Pencanangan Gerakan Nunukan Bebas Sampah 2025 ini merupakan wujut kuat Pemerintah Daerah Nunukan untuk mendukung Program pemerintah pusat   “ Mewujutkan Indonesia bebas sampah 2025 “  serta mewujutkan lingkungan yang hijau dalam pencapai piala Adipura 2020 nanti.  Kabid Pengawasan  Syafar Musahak SP, selaku panitia penyelenggara, mengatakan sebelumnya pemerintah telah melahirkan beberapa kebijakan melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupten Nunukan seperti pelaksanaan Eco Office yang diselenggarakan di empat SKPD  yaitu Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perhubungan, Dinas Informatika dan Dinas Lingkungan Hidup dan telah melahirkan Jastrada satu kebijakan strategis dasar pemerintaah Nunukan dalam penanganan dan Pengelolaan sampah daerah. 

Menurut catatan badan dunia tentang sampah, Indonesia tercatata sebagai Negara penyumbang sampah terbesar kedua setelah China dan diperkirakan bahwa sampah yang dihasilkan di seluruh  bumi telah mampu menutupi 1/2  permukaan laut  yang ada dipermukaan bumi.    Bencana Sampah ini tidak saja menjadi persoalan besar di daratan dengan problem kebersihan, kesehatan, keindahan dsbg tapi akhir-akhir telah menjadi satu masalah besar di perairan karena sampah yang merambah hingga kelaut telah menjadi ancaman bagi kehidupan biota di laut dan merusak habitat perairan laut, sebagaimana ujar SiGaluh Hj. Asmin Laura Hafied MH Bupati Nunukan, Kamis 29/08/2019.

Bahkan menanggapi kondisi sampah di laut yang cukup tinggi ini Susy Pudjiastuty Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia mengadakan kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI terkait penangan sampah di laut sehingga terwujut Laut bersih dan Produktip bagi produk perikanan.   Gerakan Indonesia Bebas Sampah 2025 merupakan satu program Nasional yang telah dicanangkan Presiden Jokowi melelui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, sehingga ini otomatis menjadi tanggung jawab daerah di daerahnya untuk mensukseskannya.  Hari ini Pemkab Nunukan merealisasikan program tersebut dengan Melaunching  Gerakan  Nunukan Bersih Menuju Nunukan Bebas  Sampah  2025, yang menjadi ajang sinergitas Pemerintah, Rakyat dan Stake holder untuk mewujutkan Nunukan bersih tersebut.

Kebijakan penanganan Sampah Nasional mencakup pengurangan dan pengelolaan Sampah yang diwujutkan dalam Istilah 3 R yaitu Reuse = Pemanfaatan,  Recycle =  Daur ulang , dan Reduse = Pengurangan sampah, diharapkan ini  mampu mewujutkan Nunukan bersih ditambah dengan Pengelolaan sampah yang lebih baik seperti penyiapan armada kebersihan, Petugas kebersihan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk turut menjaga bumi ini dari berbagai serakan sampah, sebagaiman Ujar SiGaluh Asmin Laura dalam sambutannya.


Penanaman bibit Pohon Trambesi

Direktur utama PT. Sago Prima Pratama selaku perusahaan yang Care akan sampah dan penyelenggara utama acara ini, menyampaikan bahwa keterlibatan ini semata tanggung jawab perusahaan terhadap Negara dan masyarakat dalam mewujutkan Indonesia bersih dan mereka yakin dengan ini perusahaan akan lebih mendapatkan manfaat yang lebih baik.  Di kegiatan ini Perusahaan berpartisipasi berupa penyediaan  dana, Acara dan mereka menyumbangkan Mesin pengelola Sampah yang dapat menghasilkan Listrik Biolistrik  dilokasi pasar yang kemudian resmikan Bupati juga.

Acara Launching ini juga diramaikan dengan 6 buah stand Pameran dari SDN, SMA dan Kelompok peduli Sampah,  umumnya memamerkan produk olahan bahan bekas dalam berbagai kreasi dan gambaran tentang Kebersihan seperti Pembuatan Papim dari bahan bekas, Kompor biogas dari Briket terbuat dari sampah organic dan lainnya.   Diakhir sambutan Bupti meminta para undangan untuk meninjau stand Pameran dan tak lupa menyarankan agar setiap pengunjung dapat membeli sekurangnya satu cinderamata dari produk daur ulang tersebut.

Diakhir acara Ibu Hj Asmin Laura Hafid MH melaksanakan peletakan batu pertaama pembangunan Mesin pengelola sampah penghasil Biolistri diseputar Pasar Liem Hie Djung diikuti beberpa pejabat seperti Ketua DPRD Kab. Nunukan Ibu Hj. Rahman Leppa dan Sekretaris Kabupaten Nunukan Servianus SH.   Peresmian Nunukan Bebas Sampah 2025 juga diisi dengan acara Penanaman pohon di depan pasar berupa Pohon Trambesi oleh bupati dan pejabat daerah painnya,  lokasi ini juga menjadi satu titik pantau dalam Penilaian Adipura 2020.




Laura Hafied udah Bupati Cantik lagi,

Capaian Gerakan Nunukan Bebas Sampah tahun 2025.

Rabu, 28 Agustus 2019

EDMUND HILLARY PADA 29 Mei 1953 MENJADI MANUSIA PERTAMA MENCAPAI PUNCAK MOUNT EVEREST.

NusanTaRa.Com
byDannYAsmorO, 17/06/2019   



Puncak tertinggi dunia atau Atap dunia Mount Everest setinggi 8.848 meter  pertama kali berhasil ditaklukkan oleh pendaki  Edmund Hillary “,  pendaki asal Selandia Baru dan pemandunya  “ Tenzung Norgay Y asal suku Sherpa di Nepal  serta  menjadi manusia pertama yang mencapai Gunung Everest pada 29 Mei 1953.  Kabar ini merebak ke penjuru dunia pada 2 Juni di tahun yang sama, persis dengan waktu penobatan Ratu Elizabeth II sebagai Ratu Inggris.   Kedua kejadian bersejarah dirayakaan bersama karena, Bangsa Inggris (Selandia Baru merupakan persemakmuran Inggris) merayakan keberhasilan Hillary dan Norgay, menganggapnya sebagai pertanda baik kepemimpinan ratu baru mereka.

Usaha  yang  dilakukan dengan susah payah karena malam sebelum mencapai puncak, keduanya mendirikan camp di ketinggian 8.500 meter sebelun esoknya mereka menancapkan bendera kejayaan mereka di puncak.   Ketinggian dan suhu dingin ekstrem membuat keduanya gagal memejamkan mata malam itu. Dengan kondisi lelah, duet pendaki ini tetap berhasil mencapai Puncak Selatan Everest pada pukul 09.00 pagi. Beberapa jam kemudian, tepatnya pada 11.30 menuju tengah hari, keduanya menginjak puncak Everest  bermatlamat mereka  menjadi  manusia pertama penginjak lokasi yang disebut Atap Dunia.

Kabar ini kemudian disampaikan lewat pos radio di Namche Bazar untuk diteruskan ke London. Ratu Elizabeth mengetahui kabar ini malam sebelum penobatannya. Di akhir tahun, Hillary menerima gelar Kesatria dari Elizabeth yang sudah resmi menjadi Ratu. Sedangkan Norgay, karena bukan warga Inggris, menerima medali British Empire. 

Asmujiono penakluk  Mount Everest pertama dari Indonesia

Keberhasilan keduanya memicu pendaki lainnya untuk melakukan hal sama. Pada tahun 1960, ekspedisi dari China berhasil menaklukkan gunung ini dari sisi Tibet.  Dilanjutkan dengan James Whittaker di tahun 1963 sebagai warga Amerika Serikat pertama yang menginjakkan kaki di puncak Everest.   Sementara   para pendaki  Indonesia  mulai  menjelajahi wilayah Everest sejak tahun 1978, upaya para pendaki  Indonesia  baru berhasil  menggapai puncak tertinggi dan menancapkan bendera merah puti di puncak mount Everest pada 1997 yang dilakukan oleh Asmujiono.

Keberhasilan berikutnya diukir Tabei Junko dari Jepang di tahun 1975.  Junko bahkan mencetak rekor tersendiri karena menjadi perempuan pertama di Atap Dunia. Berselang tiga tahun, dua pendaki nekat Reinhold Messner (Italia) Peter Habeler (Austria) bahkan melakukan sesuatu yang nyaris mustahil: mendaki Everest tanpa menggunakan oksigen.



Bagaimana dengan kisah pendaki Indonesia di atap dunia ini? Upaya jalan-jalan ke wilayah Everest dilakukan pertama kali oleh Don Hasman dan rekannya di Mapala UI pada 1978. Keduanya berhasil mencapai base camp Everest. Berbagai upaya lainnya terus dilakukan untuk mencapai titik tertinggi Sagarmatha. Tahun 1994, Gunawan Achmad, atau kerap disapa Ogun, dari Wanadri mencoba meraihnya dengan bergabung tim pendaki internasional. Sayangnya, upaya pendakian rame-rame itu harus kandas. Ogun pun kembali ke Tanah Air dengan kegagalan.

Kontroversi pun mencuat saat Clara Sumarwati mengumumkan keberhasilannya sebagai perempuan pertama Indonesia (bahkan pendaki gunung Asia Tenggara) yang mampu meraih tripod alumunium Everest pada 1996. Namun yang disayangkan oleh berbagai pihak, perempuan yang pernah menggapai puncak Aconcagua (6.959 meter) di pegunungan Andes, Amerika Selatan pada 1993 itu tak berhasil menunjukkan bukti-bukti (terutama foto) saat ia berada di puncak Everest. Rekan pendakiannya, Gibang Basuki, pun tak mampu berbuat banyak untuk membantu Clara (yang pernah mencoba mencapai puncak Everest pada 1994 bersama PPGAD—Persatuan Pendaki Gunung Angkatan Darat).

Kabar gembira akhirnya mengalir dari Ekspedisi Indonesia Everest 1997. Pendakian sipil-militer itu mengantarkan Asmujiono dari Kopassus menjadi orang pertama Indonesia yang mencapai titik tertinggi Everest. Bahkan, saking gembiranya, ia membuka masker oksigen dan googles saat berada di puncak (akibatnya, ia harus menanggung derita hingga saat ini). Sejarah juga mencatat, Asmujiono menjadi orang pertama se-Asia Tenggara yang menjejak puncak Everest tanggal 27 April 1997.

Upaya pendakian ke Everest oleh para pendaki sipil Indonesia terus dilakukan—setelah keberhasilan Asmujiono itu. Akhirnya, tahun 2011, Indonesia masuk dalam jajaran elit pendaki Everest. Tak tanggung-tanggung, empat nama disumbang dalam daftar tersebut: Sofyan Arief Fesa (29), Xaverius Frans (25), Broery Andrew Sihombing (23), dan Janatan Ginting (23) dari organisasi Pecinta Alam Mahitala Universitas Parahyangan. Mereka mencapai puncak Everest tepat pada hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2011. Ekspedisi mereka ke Everest merupakan bagian dari pendakian tujuh puncak dunia (Seven Summiters).

Meski keberhasilan pendakian Mount Everest setiap tahun lahir dari berbagai penjuru dunia, namun semua itu memberi arti bahwa ia mudah untuk ditakklukkan oleh semua orang.    Sejarah pendkian ini sudah memakan 300 korban jiwa,  salah satu tragedi besar terjadi di tahun 1996 ketika delapan pendaki dari berbagai negara tewas setelah terjebak badai salju.  Dan terakhir tragedi  Rabu, 23 mei 2019 ketika puluhan turis ke Everest meninggal karena terjebak antrian panjang ratusan wisatawan  yang macet di Kamp 4 ketinggian 8 ribuan meter.


Edmund Hillary & Tenzung Norgay Y Penakluk everest pertama 1953
Mendaki gunung  menatap Dunia,

Edmund Hillary menjadi penakluk Mount Everest Pertama.

Kamis, 22 Agustus 2019

EKSPEDISI NUSA MANGGALA LIPI DI 8 PULAU TERLUAR, HASILKAN DATA DAN FILM DOKUMENTERNYA.

NusanTaRa.Com
byAsnISamandaK,  17/08 2019

Segenap Tim peneliti Ekspedisi Nusa Manggala dgn KM. Baruna

Demi pengenalan terhadap kawasan perbatasan dan pengukuhan sebagai NKRI,  Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan  ekspedisi Nusa Manggala ke 8 pulau terluar Nusantara, kemudian selama dalam penjelajahan itu diabadikan dalam film dokumenter berisi informasi ilmiah tentang potensi sumber daya alamnya di pulau-pulau itu.   8 pulau-pulau terluar yang menjadi tujuan ekspedisi ini adalah Yiew, Budd, Fani, Brass-Fanildo, Liki, Bepondi, dan Meossu serta satu gugusan kepulauan Ayau di kawasan Raja Ampat, Papua.

Dalam Ekspedisi Nusa Menggala, Pulau Brass-Fanildo menjadi salah satu pulau yang dikunjungi tim ekspedisi pada leg pertama,   kata Hafizt, di sana ditemukan kima atau jenis kerang raksasa yang sangat jarang ditemukan di tempat lain.   “ Ada satu lokasi di mana kima yang sebagian besar sudah susah ditemukan, jumlahnya komplit di Pulau Brass-Fanildo ”, Ujar SiDin Hafizt dalam acara peluncuran film dokumenter dan buku Ekspedisi Nusa Manggala: Kisah 8 Pulau Terluar di Pacific Place, Jakarta, Rabu (14/8/2019).

Peran Hafizt dalam ekspedisi yang memakan biaya Rp 9 miliar yang terdiri dari tiga leg  cukup penting.  Ia didapuk sebagai koordinator ekspedisi leg ketiga yang berlangsung tanggal 5 sampai 16 Desember 2018.   Namun begitu, pria kelahiran Pekanbaru itu sudah diterjunkan sebagai salah satu peneliti dalam leg pertama ekspedisi yang dimulai sejak 24 Oktober 2018 lalu.    I Wayan Eka Darmawan  koordinator leg kedua Ekspedisi Nusa Manggala, mengungkapkan di atol tersebut hidup 8 spesies kerang raksasa, menjadi atol dengan speies Kima terlengkap di Indonesia,  “ Di setiap penelitian kita hanya ketemu 2,3, atau 4, tapi di sana ada semua ”.
Pemukiman Pulau Dohrekar di Distrik Ayau Kab. Raja Ampat
" Di Kepulauan Mapia tepatnya di pulau Brass-Fanildo terdapat salah satu attol yang terbesar di Indonesia dengan luasan area lebih dari 3000 hektar ", Ujar SiDin Udhi laji.    Attol tersebut menjadi habitat unik bagi beragam biota laut seperti karang hias Lobophyllia, Physogyra, dan Cynarina lacrimalis,  Bahkan  semua jenis kerang kima yang ada di Indonesia berjumlah tujuh jenis dapat ditemukan di kepulauan ini ditambah catatan sebaran baru kehadiran jenis di Indonesia yaitu Tridacna noae.

Selama kurang lebih 60 hari, 55 peneliti Indonesia dari bidang ekologi, daya dukung lingkungan, sosial kemanusiaan serta geomorfologi ikut andil dalam ekspedisi yang menjelajah lebih dari 6000 km perjalanan.   Temuan serta dokumentasi dari ekspedisi berlangsung selama Oktober sampai Desember 2018 lalu.   Udhi Eko Hernawan yang juga peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengatakan,  keluaran dari Ekspedisi Nusa Manggala adalah daftar isu strategis terkait pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar yang tertuang dalam naskah kebijakan.  " Selain itu juga output dari penelitian juga berupa film dan buku mengenai kegiatan tersebut kepada pembuat kebijakan dan masyarakat ", Ujar SiDin Udhi.
" Ekspedisi Nusa Manggala merupakan salah satu bukti kehadiran negara di pulau-pulau terluar melalui aktivitas riset yang dilakukan LIPI ", Ujar SiDin Laksana Tri Handoko Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, , Rabu, 14 Agustus 2019.   Keberadaan pulau terluar mempunyai peran yang penting. Selain menyediakan ekosistem alam yang produktif dan menunjang sektor pangan, perikanan dan wisata, keberadaannya merupakan penanda kedaulatan negara, mengingat kawasan pulau-pulau tersebut merupakan bagian dari 111 pulau kecil terluar yang menjadi batas langsung dengan negara tetangga.
Hafizt Peneliti yang memimpin Ekspedisi Manggala Leg keTiga
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Zainal Arifin menyatakan, Ekspedisi Nusa Manggala adalah kegiatan penelitian untuk menggali data dan informasi sumber daya alam hayati dan non hayati di kawasan pesisir pulau-pulau kecil terluar (PPKT) Indonesia.  " Kegiatan ini bertujuan mengidentifikasi pandangan, konsep pengelolaan dan best practices pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar. Tujuannya untuk memberikan rekomendasi pengelolaan pulau-pulau terluar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta karakteristik sumber daya alamnya ", Ujar SiDin Zainal.

Sementara Dirhamsyah peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI,  menerangkan keluaran dari Ekspedisi Nusa Manggala adalah daftar isu strategis terkait pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar yang tertuang dalam naskah kebijakan.  “ Selain itu juga output dari penelitian juga berupa film dan buku mengenai kegiatan tersebut kepada pembuat kebijakan dan masyarakat ”, terangnya.     Sebanyak 55 peneliti dan ilmuwan yang tergabung dalam pusat penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Coral Reef Rehabilitation and Management Program - Coral Triangle Initiative (Coremap-CTI) menemukan potensi alam delapan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) di Indonesia.

                       

Indonesia negeri Bahari yang kaya,

Ekspedisi Nusa Manggala di 8 pulau terluar Nusantara.

PETUALANGAN PERAHU BOROBUDUR 2003 HINGGA CAPE TOWN, DALAM EKSPEDISI JAKARTA – GHANA AFRIKA

NusaNTaRa.Com byLaDollaHBantA,            S   a   b   t   u,    2    7         A    p    r    i    l        2    0    2    4           P...