Jumat, 16 Agustus 2019

MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN SNELLIUS II DI PULAU BARANG LOMPO MAKASSAR DALAM KENANGAN.

NusanTaRa.Com
byKariTaLa  LA, 15/05/2019


Tulisan ini saya buat sebagai kenangan saat mengikuti Program Snellius II tahun 1984  ketika masih mahasiswa Perikanan UNHAS Makassar.




  Kedua tangan diatas kepala kemudian kepala menekuk kedalam perairan dengan cepat dan pantat muncul dipermukaan diikuti kedua kaki yang juga masuk kedalam air, tangan diatas kepala yang meluncur kedasar perairan melebar sambil mengibas ke kiri-kanan untuk mempercepat laju menukik ke dasar perairan  “.  Demikian sekilas kejadian daving kami di P barang Lompo Makassar untuk memeriksa jaring  ikan yang terpasang di atas terumbu karang pada kedalaman 20 meter dalam rangka mendukung Program Penelitian Snellius II diakhir tahun 1984.

EKSPEDISI SNELLIUS : Merupakan satu ekspedisi Oseanografi terbesar yang dilaksanakan bersama antara Indonesia – Belanda di perairan Indonesia timur dan selama inii telah diselenggarakan sebanyak dua kali, Ekspedisi Snellius I tahun 1925 dan Ekspeisi Snellius II tahun 1984 - 1985.  Ekspedisi Snellius I dipimpin P.M. van Riel meneliti sejumlah lubuk dan palung, yang mencakup struktur dan gerakan massa air, dan menetapkan Palung Banda sebagai palung terdalam di perairan Nusantara 7,2 km dan  Ekspedisi Snellius II diorganisir LIPI meneliti tentang pergerakan kerak bumi, geokimia, akumulasi minyak, gas lepas pantai dan ventilasi lubuk-lubuk laut dalam, sistem pelagis, terumbu karang, dan dampak sungai terhadap lingkungan laut.

Program Ekspedisi Snellius II Indonesia diorganisir LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Ketuai  Prof. Didin Sastrapradja  dan Belanda oleh Netherlands Council for Oceanic Research  diketuai Rear Admiral (Retired) J.C dengan program kerja dalam tiga tahapan.   Tahap Pertama, Persiapan (Juni 1982 Juni 1984) pemantapan rencana yang diusulkan pihak Belanda dan pihak Indonesia menjadi satu rencana kongkrit, Tahap Kedua, Tahap Pelaksanaan (Juni 1984 Oktober 1985), yang merupakan pelaksanaan ekspedisi yang nyata di lapangan dan Tahap Ketiga elaborasi (Novmber 1985 November 1987), yang mencakup pengolahan data dan penulisan hasilnya, diakhiri dengan penyampaian hasilnya dalam Seminar Snellius II di Jakarta pada akhir November 1985.  

MoU (Memorandum of Understanding) yang memayungi Program  Ekspedisi Snellius II ditandatangani pada tanggal 7 Juni 1983 oleh Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, W. J. Deetman, dan Menteri Riset dan Teknologi Indonesia, Prof. B. J. Habibie,   MoU ini  memuat hal-hal partisipasi, konsekuensi pendanaan, dan tanggung jawab kedua pihak.   Ekspedisi Snellius II ini terdiri atas lima tema penelitian yakni: 1. Geologi dan geofisika,  2. Ventilasi lubuk-lubuk laut-dalam,  3. Sistem pelagis,  4. Terumbu karang dan 5. Dampak sungai terhadap lingkungan laut.

Perairan yang menjadi objek penelitian Snellius II meliputu perairan di Indonesia Timur, yaitu di mulai dari perairan di Pulau Ambon dan Kep. Banda Maluku, Kep. Wakatobi Sultra, P Selayar, Kep. Bonerate dan P. di Luar Makkassar (Barang Lompo, Barang Caddi dan Kepulauan Supermonde Kab. Pangkep) Sulsel, P Bunaken Sulut, Teluk Bima NTB, dan P Komodo dan P Sumb NTT.  Kami tentunya dari kalangan UNHAS (Peneliti, Dosen dan Mahasiswa) yang mendukung Program ini hanya dilibatkan di Kep. Luar kota Makassar, P Selayar dan Kep, Bonerate, sedangkan untuk Stasiun lain dilaksanakan dengan Perguruan tinggi dilokasi tersebut dan IPB.

Dalam EKSPEDISI SNELLIUS II di stasiun  sekitar perairan Luar Kota Makassar yang berlangsung di akhir tahun 1984 (Juli) diikuti  dari kalangan Mahasiswa UNHAS (Perikanan/Pertanian, Biologi/Mifa dan Geologi/Tehnik) yang hanya terlibat pada pendataan dan pengambilan sampel di lapangan selama 2 minggu.  Tim terbagi tiga,  dua tim berangkat ke Kep. Supermonde Kab. Pangkep untuk mendapatkan data perairan Selat Makassar, Keadaan dasar perairan, Pengambilan sampel dasar laut dengan piston-corer dan Box-corer pada 300 titik, sifat fisik, Kimia, perekaman suara di dasar dengan echosounder  dan Biologi perairan dll dan satu tim termasuk berada di Pulau Barang Lompo dan kep. Dekat Makassar.

Sebagai Mahasiswa Biologi Perikanan di Unhas dalam proyek ini
Dwi Listi Rahayu ahli Taksonomi dari Oceanograpi LIPI Jakarta
tentunya saya banyak dilibatkan dalam penengambilan sampel dan pendataan terkait biota dan data perairan di sekitar P Barang Lompo dan Barang Caddi seperti mengunjungi nelayan di kepulauan tersebut untuk mendapat data terkait aktipitasnya, diving untuk mendapatkan data ikan, karang, satwa yang ada dikedalaman sekitar pantai tersebut 100 m dari bibir pantai dan jika ada data yang perlu kajian khusus kami sampel untuk kami kirim kekapal penelitian yang stand bay di Pelabuhan Soekarno Makassar untuk mengkaji lebih jauh.

Dalam penelitian ini kami dapat secara akrab bekerja sama dengan berbagai peserta  yang terlibat seperti Mahasiswa dan Peneliti dari Leiden University Belanda, LIPI Jakarta, LON LIPI AMBON, LON LIPI Jakarta, IPB dll.  Terkadang saya harus turun untuk mentransek kumpulan karang untuk mengetahui spesies yang ada dan besarnya  populasi seperti dengan bola garis atau pola kotak dengan diving kelaut bersama Peneliti seperti ibu  Dwi Listi Rahayu    pakar Taksonomi dari Oceanografi LIPI Jakarta dan Pak Septi dari LON LIPI Ambon.

Sayang sebagai mahasiswa dan keterbatasan penglibatan kami membuat tak bisa mengikuti secara penuh melainkan sebatas di Sulsel, namun bahwa Program ini menemukan banyak hal seputar perairan Indonesia Timur, Menjadi Proyek Penelitian Oceanografi terbesar kerja sama Indonesia-Belanda dan melibatkan sebanyak lima armada.  Lima kapal riset yang dilibat terdiri dari satu kapal riset Belanda, Tyro, dan empat kapal riset Indonesia, masingmasing Jalanidhi (dioperasikan oleh TNI-AL), Samudera (dioperasikan oleh Lembaga Oseanologi Nasional LIPI), Tenggiri (dioperasikan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut), dan Hatiga (dioperasikan oleh Pusat Penelitian Geologi Laut).

Pelaksanaan ekspedisi yang dimulai sejak Juni 1984 dan berakhir pada Oktober 1985 ini menghasilkan sejumlah pengetahuan baru, di antaranya dari aspek geologi dan geofisika, memberikan pemahaman tentang pergerakan kerak bumi, geokimia, dan akumulasi minyak serta gas lepas pantai.   Serta  kajian tentang kegunung apian bawah laut yang salah satunya berfungsi untuk mitigasi bencana,  ventilasi lubuk-lubuk laut dalam, sistem pelagis, terumbu karang, dan dampak sungai terhadap lingkungan laut  berhasil diteliti dan dikaji ulang.


Laut dalam tempat ikan berenang,

Hasil penelitian bagi pembangunan sangat mendukung.

1 komentar:

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...