Sabtu, 04 Juli 2020

SUKU LAINONG DI MYANMAR DENGAN TRADISI BERTATO SETELAH BERHASIL MENEBAS KEPALA.


NusanTaRa.Com
byPakeLEE,  04/04/2020

Betapa riuhnya masyarakat desa ketika melihat ketibaan ayah dan kakeknya dengan membawa kepala manusia digenggaman setelah memenangkan satu pertempuran,  kenang Ngon Pok yang berusia sekitar 80 tahun.   Hal itu terjadi disebuah desa yang dihuni suku LaInong dibagian ujung utara  dari negara Myanmar dan suku LaInong merupakan satu dari 27 suku yang dikenal sebagai masyarakat Naga.

Setelah itu tubuh mereka dirajah dengan berbagai Tato sebagai bukti kemenagan mereka,   Duri digunakan untuk menusuk – nusuk tubuh mereka kemudian diberikan pewarna yang terbuat dari getah tumbuhan.   Biasanya bukan hanya prajurit saja yang akan ditato, tetapi juga keluarga mereka sebagaimana yang dirasakan Ngon Pok, karena ia mesti merasakan sendiri sakitnya ditato sejak masih sangat belia. 

Ia menjelaskan,  pada masa pentatoan itu ia berusia sekitar enam tahun,  Ngon Pok adalah salah satu anggota suku Lainong yang bermukim di zona semi-otonom, dekat perbatasan India.   "  Orang-orang harus menangkap dan menahan saya  ", Ujar SiDin  Ngon Pok sambil melepas jumpernya dan  menunjukkan dadanya yang dihiasi tato berbentuk garis-garis vertikal dan paralel, serta dua sosok prajurit.

Suku-suku dan desa-desa yang ada di kawasan tempat ia bermukim sering  berperang karena masalah wilayah,  para pejuang yang ikut berperang akan memotong kepala musuh-musuh mereka untuk mendapatkan penghargaan tersebut  dan menjadi penanda  akan kehebatan sang prajurit kala berperang dan menebas kepala musuh..   Kejadin  tersebut menjadi sebuah tradisi dan masih ditemukan berlangsung hingga akhir 1960-an.

Khamyo Pon Nyun, istri dari Ngon Pok yang berusia 75 tahun pun sama  memiliki tato berbentuk desain geometris di lengan, kaki, dan wajahnya,  Ia mendapatkan tato tersebut saat masih remaja,   "  Sakit sekali  ", Ujar SiGaluh Khamyo Pon Nyun sembari mengingat-ingat.   Tak lama kemudian, ia mengangkat sedikit roknya untuk memperlihatkan kakinya yang ditato itu.

Diera kolonial  Inggris, eksploitasi secara komersil dataran rendah masyarakat Naga yang turut memanipulasi demografi mereka seperti   pembagian  wilayah,  seperempat bagian untuk mereka menetap, dan sisanya di bawah yurisdiksi kerajaan.   Kehadiran Inggris di perbukitan tempat tinggal masyarakat Naga turut merubah kehidupan masyarakat setempat dan Inggris mengambil kedaulatan mereka dan hingga kini  tak punya negara.

Lars Krutak,  penulis Amerika  adalah salah satu orang yang telah mempelajari tato suku-suku di dunia, termasuk masyarakat Naga,     Keragaman pola tato Naga adalah keunikan bagi saya  ", Ujar SiDin Lars Krutak.   Ada lebih dari 20 suku bertato di kedua sisi perbatasan  dengan  identitas masing-masing, ritual peralihan kedewasaan, bahasa, hingga dialek yang berbeda. 

Bagi mereka  tengkorak manusia memiliki kekuatan gaib tersendiri yang  mampu memberikan berkah bagi klan suku, tanaman, dan hewan.   Nokying Wangnao misalnya, dia bangga akan masa lalunya,  ketika para lelaki muda berpawai di sekitar desa setelah berhasil mengalahkan musuh, para warga menyembelih Kerbau untuk dimakan,  para wanita akan menawarkan minuman alkohol dari beras dan  Tengkorak hasil tebasan itu kemudian diletakkan di atas batu datar, di luar rumah kepala desa.  Besoknya, wajah dan dada Wangnao ditato sebagai penanda. 

Beda Wangnao beda pula Houn Ngo Kaw,  yang mengaku  telah berhenti melakukan tradisi berdarah di desanya setelah menerima agama Kristen pada 1978. Ia pun kini merasa jadi lebih baik.   Generasi muda masyarakat Naga juga kini jarang memakai tato tradisional yang khusus diberikan setelah memburu kepala manusia. Walau begitu, tak sedikit warga yang menyesal kalau nantinya tradisi tersebut akan hilang selamanya.   "  Saya ingin menjadi salah satu prajurit bertato terakhir  ", Ujar SiDin  Houn Ngo Kaw, sambil tersenyum lebar.

Naga terdiri dari puluhan suku di suatu daerah  terpencil dengan keragaman budaya yang banyak.  Tersebar antara India dan Myanmar yang dianggap sebagian besar orang sebagai perbatasan buatan, rasa nasionalisme menyatukan suku-suku Naga yang berbeda.   Desa  suku-suku Naga adalah salah satu contoh sudut termiskin di Myanmar, di mana orang harus berjalan berhari-hari untuk mencapai kota terdekat,  hanya sedikit  anak yang mengenyam pendidikan sekolah dasar  dan hanya 40 persen desa yang memiliki aliran listrik.


Kepala ditangan berhadiah tato,  

Suku LaInong Myanmar dengan budaya tato.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...