Rabu, 18 Juli 2018

PASUKAN GURKHA DARI NEPAL JADI PENGAMAN UTAMA PERTEMUAN TRUMP-KIM DI SINGAPURA

NusanTaRa.Com
byJoneDPringgoNDandI, 16/7/2018


Dalam penyelenggaraan pertemuan akbar dua presiden  yang cukup  menarik perhatian dunia Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong-Un di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, kemarin (12/6/2018),  pemerintah Singapura  harus mengalokasikan dana yang  sangat besar.    Kedua pemimpin tersebut  saat ini menjadi pust perhatian dunia karena sering mengeluarkan pernyataan yang  terbilang kontroversi dan dari Negara yang menarik perhatian dunia Negara super  dan  Negara yang banyak kasus HAM dan   sepanjang usianya penuh dengan perseteruan militer disemenajung Korea. 

Untuk dapat menyelenggarakan pertemuan tersebut  dengan aman,  Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong menyebut anggaran yang dikeluarkan negaranya mencapai S $20 juta atau sekitar Rp209,08 miliar, membiayai  pasilitas dan  pengelolaan penyelenggaraan pertemuan menggunakan standar yang benar dapat menjamin keamanan.   Penyelenggaraan tersebut menggunakan fasilitas yang mahal,  seperti menyewakan kamar di hotel bintang lima, penyelenggaraan pusat informasi, pasukan keamanan,  Konsumsi dan sebagainya untuk dua pemimpin kontroversial itu. 

Meski menjadi satu pertemuan penting   bahkan yang terhebat di muka bumi saat ini namun disayangkan bahwa pertemun ini tidak mengagendakan masalah HAM yang banyak terjadi Korea Selatan.   Korea Utara sejak lama dikenal sebagai negara pelanggar Hak asasi manusia dan  Human Rights Watch (HRW) melabelinya  "  salah satu negara otoriter paling represif  ",  sayang, isu hak asasi manusia (HAM) absen dalam pertemuan bersejarah  tersebut  di Singapura, (12/6/2018).

Harapan terhadap pembahasan isu HAM dalam ajang "US North Korea Summit" (Pertemuan AS-Korea Utara) setidaknya disampaikan Yeonmi Park, aktivis HAM warga negara Korea Selatan asal Korut, dalam laporan Foreign Policy (11/6).    Yeonmi yang jadi salah satu penyintas bencana kelaparan Korea Utara terparah pada kurun 1994 hingga 1998, terpaksa menelan kekecewaan. Hingga pertemuan berlangsung hari ini (12/6), isu HAM tersebut tak jua muncul.   Isi perjanjian yang ditandatangani Trump dan pemimpin Korut, Kim Jong-un, tak menyinggung persoalan HAM. Isinya hanya seputar denuklirisasi. 

Sebagaimana terlihat pernyataan yang ditanda tangani kedua kepala Negara tersebut  diakhir pertemuan, sebagai "  dokumen komprehensif  " yang  memuat empat butir kesepakatann umum  Amerika Serikat dan Korea Utara menyatakan 1.  Berkomitmen untuk membangun hubungan yang baru sesuai dengan keinginan rakyatnya demi perdamaian dan kemakmuran,   2.   Akan   "  menggabungkan upaya bersama untuk membangun rezim perdamaian abadi dan stabil di Semenanjung Korea  ",  3.   Korea Utara juga menegaskan komitmen "   untuk bekerja menuju denuklirisasi lengkap  "  dan  4.  Kedua negara sepakat untuk mengembalikan tahanan perang maupun mereka yang hilang dalam tugas, "  termasuk pemulangan segera, setelah diidentifikasi  ".

Semisal harga satu kamar  presidential suite Di Shangri-La Hotel  bisa mencapai  $10.000 atau sekitar Rp104 juta per malamnya, harga ini tak  jauh berbeda dengan  tipe kamar yang  sama di Hotel St. Regis, Singapura.   Pendirian Pusat informasi  di Gedung F1 Pit untuk melayani sekitar  2.500  jurnalis dari seluruh dunia yang turut meliput momen bersejarah hari itu ditaksir mencapai sekitar S $5 juta (Rp52,27 T media The Strait Times.  

Keamanan di perketat meliputi seluruh  wilayah negeri Pulau tersebut,  mulai dari hotel tempat menginap, area jalan sekitarnya, tempat umum,  lokasi pertemuan, hingga di perbatasan laut, udara, dan daratan,  "  Kita tidak bisa membuat kesalahan sedikit pun  ", Ujar SiDin Lee Hsien Loong.  Pasukan Gurkha  menjadi pilar utama  yang  sangat penting dalam menjaga keamanan selama penyelenggaraan pertemuan ini,  pasukan ini diketahui sebagai  pasukan keamanan  yang  sangat jarang muncul di muka public sehingga  dikenal  sebagai pasukan "  tak terlihat  ", namun diyakini menjadi salah satu yang kelompok paling kuat di dunia.   

Pemerintah Singapura  sejak 1949 telah  merekrut pasukan keamanan Gurkha langsung dari sebuah perbukitan di pelosok Nepal,  mereka dilengkapi persenjataan yang paling terkini dan terlengkap, mulai dari senapan tempur FN SCAR buatan Belgia, hingga sepasang pistol yang menempel di sarung kaki mereka.    Namun dalam keadaan genting mereka tidak akan berkelahi menggunakan perlengkapan itu, melainkan dengan senjata tradisional mereka, khukri/kukri/khukuri, yaitu sebuah pisau dengan panjang sekitar 45 sentimeter yang memiliki ukiran khas suku Gorkha. 

Gurkha berasal dari sebuah kota perbukitan Gorkha menurut catatan sejarah menjadi  lokasi awal  berdirinya  Kerajaan kerajaan di Nepal.  Gurkha didominasi oleh empat suku, Gurung dan Magars dari Nepal Tengah, serta Rais dan Limbus dari Nepal Timur.    Keberadaan pasukan Gurkha di Singapura berawal dari pasukan dari kolonial Inggris  yang menggunkan mereka  sehinggalah terus melekat dalam setiap kepemimpinan di Negeri Singa hingga kini.

Pasukan Inggris pertama kali melihat potensi Gurkha  sebagai lascar tempur terbaik,  ketika mereka  berperang melawan pasukan tersebut dalam Perang Anglo-Nepal (1814-1816).   Meski kalah lantaran jumlah pasukan yang tak seimbang, jiwa patriotisme dan kestariaan yang dimiliki pasukan Gurkha berhasil mencuri perhatian Inggris.   Pasukan Gurkha semakin lengket dengan Renger Inggris sejak Pemerintah Inggeris  aktip menginvasi wilayah-wilayah di  Asia yang kemudian membawa pasukan Gurkha masuk ke Singapura.    Memiliki  sikap tidak netral dan kesetiaannya, saat ini sebanyak 2.000 prajurit Gurkha menjadi bagian dari institusi kepolisian Singapura. 

Setiap tahunnya, sekitar 60 prajurit Gurkha muda dengan rentang usia 18 hingga 19 tahun direkrut melalui kompetisi yang sangat sengit di Nepal,  mereka yang terpilih akan dipindahkan ke sebuah kamp di Gunung Vernon, sebuah lokasi terpencil yang khusus dijadikan tempat tinggal prajurit Gurkha dan keluarganya di Singapura.   Lokasi itu tertutup untuk masyarakat umum yang bukan keturunan Gurkha. Para prajurit Gurkha juga dilarang untuk menikah dengan orang lokal Singapura. Namun, anak-anak mereka diizinkan untuk menempuh pendidikan di sekolah lokal.


Donald Trump dan Kim Jong-Un dua Presiden Kontroversi,
Dikawal  Gurkha pertemuan menghasilkan 4 poin deklarasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANDI RENDI RUSTANDI ANAK BURUH DAN PENJUAL GORENGAN SERING TERUSIR BEKERJA DI LEMBAGA RISET BESAR JEPANG

NusaNTaRa.Com byAsnISamandaK,             S    a    b    t    u,      3     0        M     a     r     e     t        2     0     2     4   ...