Selasa, 14 September 2021

WONG INDONESIA YANG MATI DALAM KAMP TAHANAN NAZI

NusaNTaRa.Com

ByIrkaBPiranhA,                S  e  l  a  s  a     1  5        J    u     n     i          2  0  2  1

 

Ternyata Perang Dunia ke – II  yang di mulai di Eropah,  diprakarsai Jerman yang ingin memperhebat Hegomininya telah membawa korban jiwa bagi bangsa Indonesia  seperti  Sidartawan, Moen Soendaroe, Irawan Surjono.    Berawal ketika Jerman ekspansi ke Belanda pada 10 Mei 1940 sehingga  Mahasiswa Indonesia  Belanda  dalam Perhimpunan Indonesia ikut melakukan verzet atau perlawanan,   beberapa dari mereka tertangkap bahkan mati di kamp konsentrasi Nazi  seperti Sidartawan dan Moen Soendaroe ,  Sedangkan Irawan Surjono tewas ditembak Nazi ketika berusaha melarikan diri dari razia.

Soendaroe turut tertangkap  setelah   Stijntje  " Stennie "  Gret, kekasih Djajeng Pratomo   lebih dahulu tertangkap di Rotterdam  dan  Polisi politik Nazi (Sicherheitsdienst) pun mengetahui alamat Djajeng Pratomo di Den Haag.     Tanggal 18 Januari 1943 Sicherheitsdienst melancarkan penggerebekan. Djajeng dan teman sekamarnya, Moen Soendaroe ditahan  ”,  Ujar SiDin Harry A. Poeze dalam tulisannya Di Negeri Penjajah.  

Djajeng dan Soendaroe  dalam  menjalani  integorasi  yang lama dan berat tapi tak mengungkapkan apapun tentang kegiatannya dan Perhimpunan Indonesia.   Mereka kemudian dimasukkan ke Kamp Vught di Belanda.   Djajeng kuliah kedokteran sedangkan Soendaroe studi di Sekolah Tinggi Tekstil di Enschede sejak tahun 1939,   dalam penggeledahan ditemukan sejumlah majalah illegal, dijadikan alasan  kuat untuk menahan kedua mahasiswa itu.  Dua orang buruh Indonesia, Kajat dan Hamid, yang sedang bertamu juga ikut ditahan,  Kemudian kedua buruh yang tak tahu apa-apa itu  dilepaskan kembali.

Pada Maret 1943, Djajeng lewat kurir illegal  menyampaikan informasi tentang interogasi  yang dijalaninya kepada kawan-kawannya di Perhimpunan Indonesia di Rotterdam dan Den Haag.   Kegiatan  mereka ditangguhkan  dan pemimpinya bersembunyi namun  Djajeng berhasil menenangkan mereka dengan menyatakan bahwa orang Jerman tak tahu apapun tentang kegiatan Perhimpunan Indonesia.   Djajeng dan adiknya, Gondo Pratomo yang belajar di Sekolah Tinggi Dagang, kemudian dikirim ke Kamp Dachau,  Stennie ke Kamp Ravenbruck, dan Soendaroe ke Kamp Neuengamme,     Djajeng Pratomo berhasil bertahan hidup di Dachau dan bebas dari sana, sedang Moen Soendaroe meninggal di Neuengamme   ”,  Ujar  tulisan Harry A Poeze.

Kamp Neuengamme merupakan bagian dari jaringan kamp konsentrasi Nazi, yang terdiri dari kamp utama dan lebih dari 85 subkamp.   Didirikan pada 1938 di dekat Desa Neuengamme, Bergedorf, Hamburg,  Kamp Neuengamme menjadi kamp konsentrasi terbesar di Jerman Barat Laut.   Lebih dari 100.000 tahanan di kamp utama Neuengamme dan subkamp, 24 subkamp di antaranya untuk tahanan perempuan.  Korban tewas yang terverifikasi adalah 42.900 : 14.000 di kamp utama Neuengamme, 12.800 di subkamp  dan 16.100 karena pemboman selama minggu-minggu terakhir Perang Dunia II.

Data kematian Soendaroe tercatat di kz-gedenkstaette-neuengamme.de  dengan  nomor tahanannya 59167, lahir di Surabaya pada 17 Maret 1919, dan meninggal di kamp utama Neuengamme pada 22 Januari 1945.   Di Kamp tahanan Dachau, Djajeng  selalu melihat tumpukan mayat  dan orang  digantung setiap hari,  dia pekerja paksakan  di pabrik pesawat terbang Messerschmitt,  setiap ada peluang  dia  mencoba menyelamatkan tawanan.

Di Kamp Ravenbruck, Stennie berusaha menyelamatkan tahanan perempuan dengan mencat hitam rambut mereka agar tampak muda. Sebab tahanan jompo akan dibinasakan.   Djajeng, Gondo, dan Stennie dapat bertahan dari penderitaan di kamp konsentrasi sampai dibebaskan Sekutu. Djajeng dan Stennie baru bertemu kembali pada September 1945, kemudian menikah pada Februari 1946. Stennie meninggal pada 2010 sedangkan Djajeng meninggal di usia 104 tahun pada 2018.

Warga Indonesia  yang gugur di zaman Nazi Jerman di Belanda   yang  lainnya Rawindra Notosuroto, anak dari tokoh Indonesia, Raden Mas Notosuroto  yang  ditangkap oleh tentara Nazi  Jerman pada 1941 dan  kemudian  ditahan di Kamp Konsentrasi Buchenwald.    Ia tewas 2,5 tahun setelah Perang Dunia II berakhir tahun 1945, karena kesehatannya yang  semakin  memburuk sejak ia  dimasukkan  kamp tahanan Nazi di Belanda  tahun  1942.

Adolf Hitler dengan Kumisnya,

Warga Indonesia mati dalam Kamp tahanan Nazi di Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...