Kamis, 30 September 2021

KAMPUNG RUMPUT LAUT MAMOLO NUNUKAN DI PERBATASAN, PRODUKSI RUMPUT LAUT 3.500 Ton/Bln.

NusaNTaRa.Com

byLaDollaHBantA,    J  u  m ‘ a  t,     1   3      A  g  u  s  t  u  s      2  0  2  1

Penjemuran Rumput Laut di Mamolo

Memasuki Mamolo Kel. Tanjung Harapan Nunukan sentra produksi Rumput Laut yang berada disepanjang jeramba di pesisir pantai,  berawal  dengan  melewati satu gapura yang bertuliskan   “ SELAMAT DATANG DI KAMPUNG RUMPUT LAUT MAMOLO “  yang berada di depan Jeramba (jembatan)  pemukiman.   Di bagian depan terlihat beberapa  took-toko kecil ,   beberapa gudang yang dipenuhi karung plastik yang berisi Rumput laut yang telah di keringkan  berwarna kecoklatan   dan keluar masuknya beberapa truck yang memuat karung Rumput Laut untuk di bawah  kepelabuhan besar Nunukan TUNON TAKA.

Memasuki perkampungan Mamolo kita akan melintasi Jeramba  kayu yang telah di semenisasi dibagian atasnya sepanjang sekitar 300 meter menjorok kelaut dan beberapa cabang kearah samping,  disisi Jeramba inilah akan terlihat rumah-rumah para Nelayan Rumput Laut berdiri rapat yang terbuat dari kayu.    Buntalan tali plastik  tempat mengikat rumput laut dan botol plastik Pengapung  sarana budidaya rumput laut terlihat berserakan dibeberapa rumah nelayan serta motor-motor yang parkir membuat keadaan jeramba tersebut menjadi sempit.

Melewati   Jeramba utama selebar 2,5 meter,  20 meter kemudian  belok kiri menuju Tempat penjemuran Rumput laut yang terdiri dari beberapa petakan  yang  berlantaikan kayu seluas  40 – 20 meter porsogi.  Dipetakan terlihat banyak rumput laut yang dalam proses penjemuran  baik    Penjemuran Gantung  dan  maupun dihamparan lantai,  serta bebarapa nelayan yang membolak balik jemurannya,  La Bendol salah satu nelayan tersebut berkata    Penjemuran ini harus dilakukan dengan baik agar diperoleh hasil baik yaitu 15 % kandungan airnya.  Hasil yang baik akan berharga baik saat ini sekitar  Rp 16.000 per kg pak  “. 

Bersama Pak LaBendol  kami kembali menuju Jeramba Utama menuju ujung pemukiman Mamolo, sambil mendengarkan ocehan Pak LaBendol kami melewati perumahan di sisi Jeramba  yang terkadang berhias jualan kecil dan kesiapan para nelayan untuk bekerja.      Masa Budidaya Rumput laut yang banyak di sini Euchema cattoni sp  sekitar  1,8 bulan hingga 2,7 bulan  “,   Ujar SiDing LaBendol dengan Soppengernya (Jumawanya) sambil kami bercanda dengan beberapa nelayan yang kami temui dalam perjanan termasuk pak Kamaruddin Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan.

Setiap bulannya, sentra produksi rumput laut Kampung Mamolo di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara bisa memproduksi hingga 3.500 ton rumput laut,  sayangnya dengan produksi sebanyak itu pemasaran khusus  untuk ekspor  sentra produksi rumput laut ini masih mengandalkan kota lain.     Saat ini, rumput laut dari Kampung Malomo masih mengirim produk rumput laut hasil panennya ke kota lain seperi Pare-pare, Makassar  hingga Surabaya,  kemudian  baru rumput laut itu diekspor ke berbagai negara khususnya Singapura dan China.

"  Harapannya kami, Kabupaten Nunukan ini bisa langsung ekspor sendiri. Jadi kami panen, baik mentah atau diolah jadi produk setengah jadi, langsung diekspor. Jadi nggak perlu dikirim lagi ke Makassar atau Surabaya  ",  Ujar SiDin Kamarudin  Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan.   Ia melanjutkan, budidaya rumput laut jadi unggulan para petani di Demplot Budidaya Rumput Laut Kelompok Makmur Binaan Kodim 0911/Nunukan itu. Sentra produksi ini melibatkan sedikitnya  4.000 orang yang secara resmi terdaftar di kelompok tani rumput laut tersebut. 

Diujung Jembatan yang bercat Putih terlihat beberapa pondok Penjemuran yang saling berhubungan dengan berbagai kesibukan ada yang menjemur dan ada yang membersihkan hasil panen sambil bersenda membuat kondisi ini menjadi asik buat rekreasi,  terlebih didekat sini ada Caffee kecil yang menyajikan minuman segar dan tempat berfoto Selfi.      Di kawasan pemukiman Jeramba Mamolo ini terdapat  sekitar 400 rumah  dan sekitar  80 pondok penjemuran  “,   Ujar SiDin  LaBendol sambil berlari menuju kesatu tempat yang bertuliskan     SELAMAT  DATANG DI SENTRAL RUMPUT LAUT  MAMOLO  “ disamping Caffee  dan minta dipoto, kkliiiikkkk.

Di ujung Jeramba ini terdapat  Koperasi para nelayan yang melayani kebutuhan para anggota untuk usahanya dan kebutuhan sehari-hari dan sebuah Rumah Kaca berbentuk semi lingkaran bantuan Kementerian Pekerjaan Umum dan P Rakyat RI.   Dari ujung jembatan ini juga kita dapat menyaksikan hamparan bentangan budidaya Rumput Laut dengan botol-botol pastik mengapung sepanjang  25-30 meter  setiap petak terisi  30 – 60 bentangan.   Satu bentangan dapat menghasilkan sekitar 25 kg rumput laut basah atau 3-4 kg rumput laut kering  tambah  LaBendol sambil mengusap basah mulutnya sambil menunjuk pulau didepan jembatan P Sebatik yang berbatasan Malaysia.

Menyaksikan panorama ini saya berpikir di hati,  Indonesia  yang berada di tiga karang (coral triangle) dunia,   memiliki  550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi.  Termasuk,  diantaranya  adalah jenis rumput laut bernilai tinggi, Eucheuma cottoni dan Gracilaria spp  yang diperkirakan nilai total potensinya di Indonesia mencapai USD10 miliar per tahun.    Berdasarkan data  Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2019 dengan nilai mencapai USD324,34 juta, Indonesia menjadi produsen nomor satu di dunia untuk rumput kaut jenis Eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80 persen pasokan untuk dunia, semoga kita dapat bersyukur  dan enjaganya dengan baik,  aminnn.

Tanaman diikat di tabur di laut,

Kampung  Mamolo jadi percontohan Nelayan Rumput Laut.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...