Selasa, 14 September 2021

KKP MENJAJAKI AJANG WISATA PAUS TERDAMPAR DAN BUDAYA DI RAJA

NusaNTaRa.Com

byLaSikUAgaY,   S  e  n  i  n,    0  6     S  e  p  t  e  m  b  e  r     2  0  2  1

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kawasan Konservasi Daerah Raja Ampat menjajaki wisata budaya paus sperma.   Pegembangan ini bertujuan untuk  edukasi dan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Kampung Arborek, karena seringnya mamalia laut terdampar di wilayah ini.

Belum lama ini, KKP mengaku telah menangani mamalia laut terdampar dari jenis paus sperma di depan Pulau Gam. Arus membuat paus sperma bergeser hingga ke perairan Pulau Arborek, yang merupakan Kawasan Konservasi Daerah (KKD) Raja Ampat,   “Setelah menangani mamalia laut bersama aparat setempat dan warga Kampung Arborek, muncul keinginan untuk memanfaatkan bangkai paus sebagai sarana edukasi dan memberikan daya tarik bagi wisatawan,” ujar Kepala LPSPL Sorong Santoso Budi Widiarto dalam rilis KKP, Minggu (5/9).

Berbeda dengan penanganan mamalia lainnya, LPSPL Sorong bersama pemerintah daerah setempat memilih untuk merelokasi bangkai paus di satu lokasi dan membiarkannya membusuk secara alami kemudian tulang paus tersebut akan digunakan untuk kepentingan wisata budaya.     Setelah menangani mamalia laut tersebut bersama aparat setempat dan warga Kampung Arborek, muncul keinginan untuk memanfaatkan bangkai paus tersebut sebagai sarana edukasi dan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kampung Arborek  ”,   Ujar SiDin Santoso Budi Widiarto Kepala LPSPL Sorong.

Selain tingginya kasus alami ini terjadi sehingga memungkin menjadi satu sajian siap tersaji,  Santoso juga mengungkapkan pemilihan lokasi dilakukan dengan mempertimbangkan keselamatan warga sehingga pihaknya memilih lokasi yang jauh dari pemukiman dan aktivitas warga, sehingga paus akan terurai dalam waktu sekitar 8 bulan.   Belum lama ini, KKP mengaku telah menangani mamalia laut terdampar dari jenis paus sperma di depan Pulau Gam. Arus membuat paus sperma bergeser hingga ke perairan Pulau Arborek, yang merupakan Kawasan Konservasi Daerah (KKD) Raja Ampat,  

Santoso juga menambahkan LPSPL Sorong telah melakukan penanganan terhadap mamalia laut terdampar sebanyak 40 kasus selama masa pandemi Covid-19 atau sejak dua tahun terakhir,   sedangkan di wilayah Papua Barat sendiri terjadi sebanyak 11 kasus mamalia laut terdampar.   Dari kasus-kasus tersebut 16 kasus ditangani secara langsung oleh LPSPL Sorong, sementara 24 kasus ditangani dengan melibatkan pemerintah daerah, pengelola kawasan konservasi, mitra pemerintah dan masyarakat secara langsung.

Kegiatan ini diharapkan akan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar dalam mendukung penyelamatan Paus terdampar baik dengan segera mengarahkan Paus tersesat kembali kelaut jika masih hidup maupun menjaganya ketika masih berada di lokasi.     Meningkatnya keterlibatan masyarakat secara langsung merupakan hasil penyadartahuan, sosialisasi dan pelatihan menangani mamalia laut terdampar kepada masyarakat. Dalam 5 tahun terakhir, lebih dari 700 orang dilatih di wilayah kerja LPSPL Sorong bekerja sama dengan pemerintah daerah dan mitra pemerintah melalui program Sea Project  ”,  Ujar SiDin  Santoso Budi Widiarto dengan Plabomoranya (hebatnya).

Plt. Dirjen Pengelolan Ruang Laut Pamuji Lestari menegaskan, kecepatan dan kesigapan pemerintah bersama masyarakat sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam pengelolaan kawasan dan jenis ikan. Menteri Trenggono menekankan agar KKP dan masyarakat bersinergi dalam memberikan respon yang cepat dan tepat khususnya dalam menangani mamalia laut terdampar. Hal ini penting mengingat luasnya wilayah perairan Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar.

  Kebijakan ini telah diatur melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Periode 2018 – 2022, yang di dalamnya tertuang mengenai penanganan mamalia laut terdampar  ”,   Ujar SiGaluH Pamuji Lestari or Tari.   Menanggapi keinginan tersebut, Sekretaris Kampung Arborek sangat mendukung pemanfaatan bangkai paus untuk kepentingan wisata budaya. Warga berterimakah kepada Pemerintah yang bersama dengan masyarakat  mengelola bangkai paus ini dalam mewujutkan kehidupan alami yang sehat dan warga peduli.

Tari pun menjelaskan keberhasilan kawasan konservasi diukur melalui efektivitas pengelolaan kawasan yang dinilai setiap satu tahun. Respon cepat penanganan terhadap mamalia laut terdampar termasuk dalam penilaian efektivitas pengelolaan kawasan.  Salah satu kriterianya adalah penilaian terhadap pemantauan sumber daya kawasan dan kemitraan sehingga kolaborasi antara KKP dengan UPTD BLUD Raja Ampat akan memberikan pengelolaan kawasan yang efektif bagi KKD Raja Ampat.

   Kami selalu siap melakukan pendampingan melakukan technical assistance (dukungan teknis) terhadap pengelolaannya  ”,  Ujar SiGaluH Pamuji Lestari Laji.

Sepasang Paus Sperma berenang di tengah laut,

Paus Sperma terdampar jadi objek wisata Raja Ampat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...