Sabtu, 18 September 2021

APEC SAHKAN DUA USULAN PROYEK 2021, MIKROPLASTIK DAN SAMPAH LAUT

NusaNTaRa.Com

byLaDollaHBantA,   M  i  n  g  g  u,   2   2     A  g  u  s  t  u  s     2  0  2  1

Nelayan beraktivitas di atas tumpukan sampah rumah tangga Pantai Sukaraja, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (15/6/2021). Warga dan nelayan sekitar wilayah tersebut mengelu
 

Sekretariat APEC dalam laporannya menyampaikan,  dua proyek Indonesia yang  disusun Pusat Riset Perikanan BRSDM, telah disahkan sebagai salah satu hasil APEC Project Session 1 tahun 2021.  Meliputi proyek penentuan distribusi mikroplastik dalam sistem budidaya pesisir, serta pengembangan rencana mitigasi menuju keamanan makanan laut.   Mikroplastik umumnya didefinisikan sebagai plastik  berukuran kurang dari 5 mm dan berada di lingkungan air laut dan air tawar.   Peningkatan jumlah produksi plastik dan manajemen yang buruk dalam mengendalikan penyebaran limbah plastik (termasuk mikroplastik) telah menjadi permasalahan serius dalam permasalahan lingkungan, khususnya lingkungan perairan.

Sedangkan,  proyek peningkatan kapasitas pada inovasi kapal untuk memerangi sampah laut yang disusun Pusat Riset Kelautan BRSDM, disahkan sebagai salah satu hasil APEC Project Session 2 tahun 2021.     Ini kabar gembira, karena dua pengembangan proyek yang dikerjakan Indonesia terkait mitigasi mikroplastik untuk keamanan pangan laut dan penanggulangan sampah laut diterima dalam forum APEC  ”,   Ujar SiDin Antam Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Antam Novambar dalam keterangan resminya, Jumat (20/08/2021).

Microplastik mengotori lauk

Pengumuman itu didapat saat KKP mengikuti pertemuan APEC Ocean and Fisheries Working Group (OFWG) ke-17  yang berlangsung  secara daring  pada 17-18 Agustus 2021.  Pada kesempatan tersebut anggota ekonomi APEC, termasuk Indonesia, melaporkan perkembangan usulan-usulan proyek serta implementasi APEC Roadmap on Combating IUU Fishing dan APEC Roadmap on Marine Debris.   Mengingat, proyek tersebut merupakan bentuk implementasi konkrit dari tujuan utama Roadmap on Marine Debris, yaitu fostering research and innovation for the development and refinement of new methodologies and solutions for monitoring, preventing, and reducing marine debris.

  Hasil proyek diharapkan dapat memperkuat pengambilan kebijakan keamanan pangan laut dan tindakan pembersihan sampah laut yang hemat biaya, serta mendukung perlindungan lingkungan laut  ”,  Ujar SiDim Antam menyambung.    Antam mengaku, kedua proyek usulan Indonesia mendapatkan sorotan khusus oleh delegasi Amerika Serikat.  Negara tersebut adalah lead economy dalam penyusunan APEC Roadmap on Marine Debris.

Indonesia sendiri saat ini sedang mengembangkan teknologi dan inovasi baru seperti prototipe pengelolaan sampah plastik; jaring penangkap sampah; perahu bertenaga surya;  mesin sortasi; mesin pemotong; serta kapal yang membawa sampah laut, pengumpul, dan insinerator.     Indonesia juga sedang mengembangkan pendekatan untuk mengubah sampah plastik menjadi sumber energi alternative  ”,  Ujar SiDim Antam.

Indonesia juga mulai mengembangkan plastik ramah lingkungan berbahan dasar rumput laut atau bioplastik.  Saat ini Indonesia sedang mengembangkan teknologi marine debris drifter bekerja sama dengan organisasi internasional lainnya seperti World Bank dan Pemerintah Prancis dalam memonitor dan memodelkan sirkulasi marine debris di perairan Indonesia.

Sementara itu, Chile selaku Lead Shepherd APEC OFWG tahun ini, mengusulkan isu sustainable aquaculture and small-scale fisheries sebagai prioritas baru di forum APEC OFWG.  dengan target mulai dikembangkannya Roadmap on Small-Scale Fisheries and Aquaculture pada 2022.  Thailand sebagai the next host economy untuk tahun 2022 juga telah menyampaikan dukungannya untuk terus menyuarakan dan membahas isu tersebut.

Kepala Biro Humas dan KLN KKP, Agung Tri Prasetyo pun menyampaikan bahwa Indonesia mendukung proposal peta jalan perikanan dan budidaya skala kecil tersebut. Sebab, selaras dengan program KKP 2021-2024, serta kondisi perikanan Indonesia yang didominasi oleh perikanan skala kecil.     Indonesia menyarankan agar forum APEC mulai membahas dan mengembangkan voluntary guidelines on small-scale aquaculture (SSA). Mengingat publikasi resmi Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menunjukkan SSA belum dikembangkan meskipun 70-80% pelaku perikanan budidaya dunia adalah skala kecil  ”,  Ujar SiDim Agung  Ketua Delegasi dalam intervensi Indonesia menjelaskan.

Sebagai informasi, OFWG ke-17 ini diikuti oleh 18 anggota ekonomi APEC. Meliputi Australia, Kanada, Chile, China, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam.   Pertemuan tersebut juga menghadirkan narapidana  tamu dari Global Ghost Gear Initiative, FAO, TNC Tiongkok, dan Stanford Centre for Ocean Solution.

Sampah laut ganggu kestabilan lingkungan laut, 

2 usulan proyek APEC 2021 Mikroplastik dan Sampah Laut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...