Selasa, 14 September 2021

INTEGRASI SISTEM KEPELABUHANAN PT PELINDO KENDARI KELANCARAN PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA

NusaNTaRa.Com

byLaKariTaLa  L A,    S  e  l  a  s  a,    2  4     A  g  u  s  t  u  s     2  0  2  1

PELABUHAN MODERN – Terminal Kendari New Port tampak dari udara. Pelabuhan milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV yang sudah dilengkapi berbagai peralatan modern ini siap melayani ekspor langsung (direct export) ke seluruh negara di dunia. 

Untuk menunjang kelancaran perekonomian di Sulawesi tenggara,  telah beroperasi terminal pelabuhan berstandar internasional Kendari New Port (KNP) di Kota Kendari, ibu kota provinsi Sultra.   Sebagai daerah kepulauan, pelabuhan jadi gerbang utama jalur distribusi masuknya barang maupun yang diangkut ke luar wilayah ini.  Pelabuhan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV itu rampung pembangunannya sejak triwulan pertama 2019 lalu,   dapat melayani kapal sebesar post panamax yang kapasitasnya 6.600 twenty-foot equivalent unit (TEUs).

Terminal tersebut memiliki lapangan seluas kurang lebih 8,3 hektare serta memiliki dermaga sepanjang 300 meter dengan kedalaman perairan 18 low water springs (LWS).  Fasilitas terminal peti kemas Kendari New Port ini hampir serupa dengan pelabuhan-pelabuhan terbesar di Jawa.  Tampak 2 unit derek peti kemas (container crane), 4 unit alat penyusun/penumpuk peti kemas (rubber tyred gantry crane), dan peralatan lainnya yang sudah modern.

General Manager (GM) Pelindo IV Cabang Kendari Capt. Suparman M.Mar
Terminal dengan nilai aset Rp1,2 triliun itu siap untuk melakukan ekspor langsung (direct export) ke seluruh negara di dunia dan sebentar lagi akan terintegrasi dengan terminal peti kemas lainnya milik Pelindo I, II, dan III. Integrasi itu tak lain karena adanya penggabungan atau merger yang akan dilakukan pada akhir tahun 2021 ini. Lalu seperti apa dampak positifnya bagi kawasan timur Indonesia, khususnya Sultra dan seperti apa masalah yang ada?

Suparman,  General Manager (GM) Pelindo IV Cab.  Kendari  menjelaskan tujuan penggabungan Pelindo I hingga IV   untuk mewujudkan konektivitas kerja  nasional dan jaringan ekosistem logistik yang lebih kuat. Hal ini akan memberi dampak positif dibanding ketika masih terpecah-pecah, salah satunya adalah memberi efek berganda (multiplier effect) bagi kemajuan perekonomian di setiap wilayah operasi Pelindo, termasuk wilayah Sultra.   Selain Pelindo akan memiliki kendali strategis pada sistem operasional pelabuhan, integrasi Pelindo I hingga IV juga akan meningkatkan efisiensi operasional dan belanja modal (capex).

Pelayanan pelabuhan yang  berstandar dan terintegrasi  akan berdampak pada efisiensi biaya logistik dan peningkatan kepuasan pelanggan,  semisal   salah satu persiapan adalah infrastruktur sistem teknologi informasi (IT) yang akan saling terhubung dan lebih terpusat.   Sehingga  pelanggan akan lebih mudah memantau perjalanan barangnya di setiap rute,  mirip ketika belanja online yang mana posisi barang bisa dilacak kapan saja sehingga pelanggan dapat menjadwalkan penjemputan barang di pelabuhan dengan efektif.

Penggabungan Pelindo akan  mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri di kawasan timur Indonesia, seperti Kawasan Industri Konawe di Provinsi Sultra, Kawasan Industri Bantaeng di Sulawesi Selatan  serta Kawasan Industri Morowali dan Palu di Sulawesi Tengah.  Semua kawasan ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menurut Suparman  sudah semestinya mendapat dukungan dengan adanya pelabuhan Pelindo terintegrasi.    Terminal peti kemas Kendari New Port yang terhubung dengan Kawasan Industri Konawe,  Bila kawasan industri ini sudah beroperasi secara penuh maka konektivitas kerja dengan Kendari New Port keduanya akan mudah menjalin satu kerjasama yang saling mendukung.

Adanya dukungan terhadap aktipitas  industri dan perniagaan maka produksi daerah akan menjadi lebih  berharga dan sistem pemasaran akan lebih lancer,  karena proses waktu pengangkutan lebih singkat dan kepastian jaminan akan keamanan produk lebih terjaga.    Suparman memastikan akan terjadi penurunan biaya logistik yang berdampak pada penurunan harga barang dan ujungnya adalah dapat menekan inflasi.   Adanya efisiensi biaya logistik juga akan semakin meningkatkan kemampuan para pengusaha untuk meningkatkan volume barang yang diperdagangkan ke luar wilayah Sultra.

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Logistik dan  Forwarder Indonesia (ALFI)  mencatat sekitar  75 persen kontainer yang masuk ke Provinsi Sultra berisi sembako,  selebihnya berupa bahan bangunan dan jenis barang lainnya.   Ketua DPW ALFI Sultra, Abraham Untung menyebut pengangkutan barang lewat kontainer saat ini lancar-lancar saja. Namun volume barang yang masuk memang tidak sebanding dengan barang yang keluar sehingga terjadi ketakseimbangan kargo. Bila ada 300 kontainer (berisi) yang datang dari Surabaya maka ketika kembali paling tinggi hanya 50 kontainer terisi.

Abraham mengungkap saat ini Sultra belum dikenal sebagai daerah pengekspor. Barang biasanya dibawa ke Makassar dan Surabaya lalu diekspor ke luar negeri. Hal ini disebabkan sedikitnya jumlah barang yang diangkut ke luar provinsi ini, sementara untuk ekspor secara langsung harus dalam jumlah besar sekaligus.     Hasilnya kita jambu mete, kopra-kopra putih. Kopra putih itu dikirim dari sini ke Surabaya, lalu dikirim ke India. Jadi yang dikenal adalah Surabaya padahal barang itu dari Kendari. Itupun kopra juga sedikit. Sekarang kalau kapal ekspor masuk ke sini, ndak mungkin sedikit, pasti hanya mau angkut kalau banyak  ”,   Ujar SiDin Abraham melalui telepon, 31 Juli 2021.

Senada dengan ALFI, pihak Persatuan Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional Indonesia atau Indonesian National Shipowners Association (INSA) Cabang Kendari juga menyambut baik adanya penggabungan Pelindo. Organisasi ini berharap Pelindo dapat diperkuat dan lebih kompetitif sehingga bisa memberi dampak positif terhadap masalah yang ada saat ini.     Pelindo inikan badan usaha pelabuhan yang bergerak sendiri-sendiri Pelindo I, II, III, dan IV. Tentunya dengan penggabungan ini maka konektivitas antar pelabuhan ini bisa lebih cepat, pasti pelaku usaha di dunia pelayaran mendapat benefit (keuntungan). Yah semoga Pelindo itu bisa bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan kelas dunia  ”,   Ujar  SiDin Sapril Ketua INSA Cabang Kendari, 18 Agustus 2021.

Direktur Eksekutif The National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi menjelaskan dampak penggabungan Pelindo akan terasa setelah satu atau dua tahun merger, bahkan bisa saja nanti lima tahun kemudian. Dengan begitu, salah satu dampak yang diharapkan berupa penurunan ongkos logistik nasional dipastikan tidak akan langsung terjadi.   Perlu diketahui, ongkos logistik adalah kumpulan dari berbagai macam kegiatan yang bukan saja pelabuhan dan pelayaran tapi ada truk, pergudangan, perizinan/dokumentasi dan lain sebagainya. Dalam ongkos logistik ini, porsi maritim (pelabuhan dan pelayaran) hanya 2,8 persen dari 23 persen ongkos logistik nasional.

Selain itu, jumlah pelabuhan yang dioperasikan Pelindo I, II, III, dan IV tidak sampai seratus, sementara yang dioperasikan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sekitar 2 ribuan. Kemudian ada pelabuhan BUMN lain seperti Pertamina dan PLN, lalu pelabuhan lainnya adalah milik perusahaan swasta berupa terminal khusus (tersus).   Semua pelabuhan tersebut mempengaruhi ongkos logistik nasional dan saling terhubung, termasuk dengan pelabuhan yang dikelola Pelindo. Menurut dia, kalaupun Pelindo efisien seiring dengan integrasi tapi bila pelabuhan Kemenhub atau pelabuhan lain tidak efisien maka tidak ada artinya.

Siswanto mencontohkan pelabuhan di Indonesia timur banyak berada di bawah Kemenhub yang dikelola Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) dengan sarana prasarana terbatas. Bila kapal memuat barang dari pelabuhan Pelindo di Surabaya dapat selesai dalam waktu satu hari, maka begitu sampai di salah satu pelabuhan UPP wilayah Indonesia timur proses penurunan barangnya butuh waktu lama, bisa sampai seminggu.     Bagaimana mau efisien kalau alat tidak punya. Dimuatnya di Surabaya pakai alat-alat mekanis tapi sampai di Indonesia timur dibongkar pakai tenaga manusia, kan tidak efisien. Nah itu bukan porsinya Pelindo untuk menyelesaikan itu, itu porsinya Kementerian Perhubungan  ”,  Ujar SiDin Siwanto dengan Plabomoranya (hebatnya).

Dermaga area keluar masuknya produk daerah, 

Terintegrasinya Pelindo Kendari dukung produk daerah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...