Minggu, 02 Desember 2018

LAMAFA PEMBURU " PAUS " DI LAMALERA YANG BERANI

NusanTaRa.Com
byDimaSJayaSRanA, 12/10/2018



LEFA atau  semacam upacara adat pemberkatan untuk memulai musim penangkapan baleo  “ paus “  agar diberi perlindungan dan berkah oleh yang maha kuasa dalam penangkapan ikan tersebut,  kegiaatn ini dihelat setiap tahun oleh masyarakat pantai Lamalera, NTT.    Ketika upacara adat ini dihelat oleh kepala adat atau dukun yang dipertuakan masyarakat nelayan di sana biasanya akan diikuti oleh seluruh nelayan Paus dengan membawa berbagai keperluan dalam acara ersebut seperti sesajen dan persyaratan lain serta seluruh masyarakat Lamalera.

Begitu ada teriakan Baleoo dari arah pantai,  seketika  masyarakat Desa Lamalera akan turun ke pantai  tanpa dikomando, Para awak Paledang menjadi satu  tim dalam satu kapal Peledang pemburu paus akan bertugas sesuai peran masing-masing meenuju gerombolan ikan Paus di laut.  Lamafa atau Juru Tikam adalah peran paling utama dalam setiap perburuan ikan paus,   seorang Lamafa haruslah orang yang bersih hati dan jiwanya, baik budi pekertinya dan tidak mempunyai reputasi yang tercela.    Seorang Lamafa juga harus memiliki keahlian untuk melompat ke laut dan melakukan tikaman mematikan kearah hewan buruan dengan menggunakan Tempuling, tombak khusus untuk berburu paus atau hewan laut berukuran besar lainnya seperti Orca atau lumba-lumba.

Pada bulan Mei hingga Oktober Setiap tahun,   menjadi musim bagi ikan  paus Sperma atau Koteklema dalam bahasa setempat bermigrasi antara samudera Hindia dan samudera Pasifik.   Ketika mereka melewati laut Sawu di kawasan Selatan pulau Lembata, itulah saatnya para pemburu dari Lamalera turun kelaut dan melakukan perburuan secara bersama-sama.

Nelayan Lamalera  selain  berburu Koteklema mereka juga  juga memburu Orca yang dalam bahasa setempat disebut Seguni, dan juga lumba-lumba  serta  apapun hewan laut berukuran besar yang akan bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat, akan menjadi target buruan mereka.   Proses selanjutnya membagi hasil buruan mereka satu momen berharga untuk kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat desa Lamalera, semua warga yang ada di pantai saat itu akan mendapat pmbagian. 


Penangkapan Baleo bagi masyarakat nelayan Lamalera sudah menjadi tradisi sejak dahulu sehingga mereka dengan pola tradisionalpun cukup berhasil.   Keadaan perairannya yang memiliki arus perputaran dari Samudera  Hindia ke Samudera Pasifik dan suhu perairan yang baik memberikan keadaan peraira saat itu  mengandung kaya  hara makanan dan suhu yang sesuai membuat perairan Lamalera menjadi satu alur pintas Ikan Baleo “Paus” pada musim-musim tertentu dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik sebagai satu model sirkulasi migrasi setiap tahun ikan Paus.

Menggunakan metode tradisional baik dari sisi alat tangkap, keterampilan para nelayan, musim penangkkapan dan area penangkapan  dari masyarakat Lamalera yang dikenal sebagai penangkap paus yang handal sejak zaman nenek moyang mereka.   Meski begitu, tidak berarti mereka selalu berhasil menangkap sang ikan raksasa saat gerombolannya berpindah dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia ataupun sebaliknya karena ombak yang besar dan  gerombolan telah memintas di perairan mereka.

Rabu, 22 Juni 2016, Warga Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur,   berhasil menangkap tiga ekor ikan paus di perairan Laut Sawu,  "  Ada tiga ekor ikan paus yang ditangkap nelayan Lamalera  ", Ujar SiDin Yos Diaz  warga Lamalera, Yoz Diaz pada NusanTaRa.Com.  Ketiga paus tersebut ditangkap sekitar pukul 11.00 Wita pada Selasa petang. Ketiga ekor paus ditangkap oleh peledang atau perahu Baka Tene milik suku Tufaona, peledang Dolu Tene dari suku Sulaona dan ketiga oleh peledang Kelulus dari suku Beding.

Tinggal di pesisir dengan hamparan Laut Sawu sebagai pekarangannya dan hanya terbatasi oleh cakrawala di batas ujung laut nun disana,  membuat masyarakat Lamalera dekat dengan tradisi maritime semisal pelayaran dan pemanfaatan hasil laut.  Penangkapan baleo merupakan  satu wujud syukur memaknai pemberian Tuhan Yang Maha Esa yang disediakan untuk mereka, dengan memanfaatkan hasil laut Baleo sebagai satu pemenuhan kehidupan mereka baik untuk dimakan maupun untuk dijual..

Pilihan aktipitas tradisional masyarakat Lamalera ini tidak berjalan begitu saja karna banyak menuai kritik dari masyarakat pencinta lingkungan atau dalam menjaga keberlangsungan hidup Baleo yang memintas di perairan laut Sawu. Dampak lain kegiatan ini Utamanya terkait soal keberlanjutan pengelolaan kekayaan maritime kawasan tersebut.  Laku mereka dianggap biadab dan usang oleh para pengkritik yang pasti abai membedakan perilaku tradisional dan industrial, yang terlalu pongah untuk bertanya apakah masyarakat Lamalera punya konsep keberlanjutan, dan yang lengah menangkap makna kerja bersama yang hasilnya pun dinikmati semua.

Menangkap baleo adalah sebuah tradisi yang jika dihilangkan akan menghapus jati diri masyarakat yang telah lekat mempraktikkannya sejak berabad-abad lamanya, menghilangkan keberdayaan mereka dalam suatu  komunitas yang swasembada dan pada gilirannya akan kemapanan mandirri jiwa dan raga mereka sebagai manusia dan meakan menuju pada masyarkat penghamba, namun kearifan akan hal ini harus lebih dicermati mengingat keterbatasan populasi dankeberlangsungan suatu tradisi budaya hidup mereka.  
drDimaSJayaSRanAFB

Om Domi menatap laut,   
Baleo berbaris dilaut nelayanpun melaut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...