Sabtu, 02 November 2024

AGROFORESTRI SALAK DI BALI MENERIM PENGAKUAN SEBAGAI SISTEM WARISAN PERTANIAN GIAHS DARI FAO

NusaNTaRa.Com       

byBakuINunukaN,        S   a   b   t   u,    0   2     N  o  v  e  m  b  e  r     2   0   2   4

Budidaya Salak di BALI dapat pengakuan FAO sebagai warisan pertanian Dunia

Sistem agroforestri yang membudidayakan salak di Bal,   sistem budidaya kolam ikan karper di Austria dan sistem agroforestri Kakao di Sao Tome dan Principe, pada 19 September 2024, masuk daftar Sistem Warisan Pertanian Penting Dunia atau Globally Important Agricultural Heritage Systems (GIAHS). Dengan tambahan terbaru ini, maka daftar sistem warisan pertanian global FAO kini terdiri dari 89 sistem di 28 negara di seluruh dunia.    Pada dasarnya  Agroforestry, suatu bentuk pengelolaan sumber daya   memadukan kegiatan pengelolaan Pertanian  atau  hutan  dengan  memadukannya  penanaman tanaman semusim,  peternakan,  perikanan  dan  beberapa jenis tanaman pertanian,  bertujuan  meningkatkan hasil dan keragmanan hasil pangan serta menjaga kelestarian. 

Di bawah program unggulan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO),  situs-situs  yang dipilih memiliki kepentingan global, menunjukkan keamanan pangan dan mata pencaharian, keanekaragaman hayati pertanian, sistem pengetahuan dan praktik berkelanjutan,  nilai  -  nilai  sosial dan warisan budaya,  serta  lanskap yang luar biasa.    Banyak dari situs ini menampilkan praktik-praktik terbaik untuk meningkatkan ketahanan sistem pangan terhadap perubahan iklim   dan  untuk  keanekaragaman hayati serta  ekosistem yang  berkelanjutan dengan  pengelolaan yang lebih  efisien.

Sistem agroforestri di Karangasem  Bali  —  wilayah terkering di pulau Bali  —  mengintegrasikan budidaya buah salak,  yang dikenal juga sebagai snake fruit karena kulitnya yang menyerupai kulit ular, dengan beragam tanaman.   Sistem ini dikembangkan oleh masyarakat adat Bali menggunakan sistem subak tradisional dalam pengelolaan air.   Ini tentunya  akan  meningkatkan keanekaragaman hayati pertanian,  mempertahankan topografi yang ada, membantu mencegah erosi, menghemat air, menyerap karbon,  dan  mendukung keamanan pangan, sekaligus menjaga warisan budaya dan mata pencaharian lokal.

Budidaya Ikan Mas atau Karper di Austria
Sistem ini juga menjadi  kawasan tangkapan air penting dan menyediakan pasokan air untuk hampir seribu hektar sawah  dan  keperluan lain bagi  10 desa di sepanjang Sungai Buhu.   Setiap bagian dari pohon salak dimanfaatkan, menjadikannya tanaman tanpa limbah. Praktik ini meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi sumber daya.    Sementara itu,  sistem ini mengintegrasikan budidaya salak dengan berbagai tanaman lain,  termasuk mangga,  pisang,  dan tanaman obat, menciptakan lanskap pertanian yang kaya dan beragam.   Berakar pada filosofi tradisional Bali seperti   "Tri Hita Karana"   dan   "Tri Mandala",   sistem ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas yang telah terdaftar sebagai Lanskap Budaya UNESCO.

Sedangkan budidaya kolam karper di wilayah Waldviertel,  Austria Bawah,   adalah sistem akuakultur unik yang memiliki sejarah selama 900 tahun,   menggunakan kepadatan penebaran yang rendah dan praktik tradisional,  sistem ini mempertahankan ekosistem kolam yang beragam  yang  terhubung dengan hutan di sekitarnya.   Praktik berkelanjutan ini mendukung keanekaragaman hayati, menghemat air, dan melestarikan warisan budaya melalui produksi karper berkualitas tinggi dan produk ikan inovatif. Sistem ini juga mendukung ekonomi lokal tidak hanya melalui penjualan karper, tetapi juga dengan mempromosikan agrowisata dan penggunaan inovatif kulit karper untuk membuat aksesori.

Kolam - kolam ini selain memproduksi Pangan dalam hal ini Ikan ia  juga memberikan layanan ekologis seperti  retensi air,  pengendalian banjir,  dan penyerapan karbon,  yang membantu mengatur iklim mikro lokal.   Kolam-kolam ini juga menjadi habitat penting bagi berbagai spesies,  termasuk burung,  serangga,  dan kehidupan air,  yang berkontribusi pada keanekaragaman hayati regional.   Pemeliharaan ekosistem  yang  beragam ini  juga membantu menjaga  keanekaragaman genetik karper  dan  spesies lainnya,  yang penting untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan di masa depan.

Sistem Agroforestri Kakao di Sao Tome  dan  Principe dikenal karena kualitas kakao Amelonado  yang tinggi.  Sistem ini menggabungkan pertanian tradisional  dengan  beragam tanaman untuk meningkatkan keamanan pangan,  memperkuat mata pencaharian keluarga petani,  melestarikan warisan budaya,  dan menjaga keanekaragaman hayati.   Meskipun memiliki sejarah perbudakan,  ketidaksetaraan,  dan konflik,  sistem ini menunjukkan ketahanan rakyatnya dalam  komitmen  mereka untuk  membangun praktik berkelanjutan dan pembangunan.    Kakao  adalah sumber utama pendapatan ekspor,  tetapi integrasi berbagai tanaman  seperti  pisang,  sukun,  dan  talas menyediakan  sumber  makanan tambahan dan aliran pendapatan lainnya, meningkatkan ketahanan terhadap fluktuasi pasar dan tekanan lingkungan.

Prioritas  Konservasi   Global  adalah Hutan tropis Sao Tome dan Principe,  dan  menempati peringkat kedua tertinggi untuk konservasi  burung  dan  fauna di antara 75 hutan Afrika.   Negara ini mendadi  pemimpin dalam pertanian organik,  dengan lebih dari  25  persen lahan pertanian bersertifikat untuk produksi  organik.   Koperasi lokal juga fokus pada produk berkualitas tinggi dan perdagangan yang adil,   melibatkan baik perempuan maupun laki-laki,   mempromosikan inklusi gender,   dan  meningkatkan mata pencaharian petani.

Petani Salak di  Bali

Agroforestry Tanaman salak Bali dapat pengakuan  FAO.

Agroforestry pengelolaan dengan memadukan paktor lainnyo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UNIVERSITAS INDONESIA SATU - SATUNYA MASUK DALAM 1.000 UNIVERSITAS DUNIA TERBAIK VERSI THE WUR 2025

NusaNTaRa.Com           byJoneDPringgoNDandI,        S   e   l   a    s   a,    1   2     N  o  v  e  m  b  e  r     2   0   2   4 Kampus Un...