Selasa, 22 Juni 2021

GoWeiS, MENUJU BUKIT PELANGI LAPAS NUNUKAN DAN MENGENAL PETERNAKAN SARANG BURUNG WALLET

NusaNTaRa.Com

byKariTaLa  L  A,    M  i  n  g  g  u,  2 0      J    u    n    i      2  0  2  1

Salam GoWeiS PerBataSan, Minggu   13juni2021 tepat jam 07.30 Wite saya telah berada di Arena Alun-alun kota Nunukan lengkap dengan Sepeda BOXERku,  dengan Rencana akan menuju Bukit Pelangi Lapas Nunukan sembari menikmati kehidupan Petani Sawah,  Nelayan Rumput Laut dan Peternak Sarang Burung Wallet yang ada disepanjang jalan yang akan saya lewati nanti.   Pengalaman ini tentunya akan memberikan pengetahuan baru serta sukur-sukur  jika dapat share dengan warga Indonesia  dan menjadi pegangan hidup mereka, karena manusia yang  baik adalah mereka yang banyak memberi manfaat kepada sesama  manusia.

Burung walet (Collocalia vestita) merupakan burung dengan sayap meruncing, berekor panjang, berwarna hitam dengan bagian bawah tubuhnya berwarna coklat,  banyak hidup di daerah pantai,  daerah permukiman,   penghuni gua atau ruang besar seperti bubungan kosong.  Burung Wallet memiliki kaki pendek  tidak dapat berdiri sehingga banyak ditemui  menempel pada dinding tembok atau atap serta dengan bantuan Ekolokasi  ampu terbang ditempat gelap.    Burung ini memiliki sarang yang sangat mahal karna dapat dibuat Sup dan bahan obat-obatan,  yang terbuat  dari air liurnya  dan  secara berkelompok.

Star GoWeiS pagi inipun saya mulai dengan melalui rute jalan Pattimura, TVRI dan Pelabuhan yang banyak dihiasi Ruko dan Café tertutup di sepanjang jalan,  suasana terkesan masih tenang  serta warga yang sibuk berolah raga pagi Boxer kukayuh terus sehingga meluncur santai.  Ketika melewati beberapa titik dijalan tadi suasan tenang kadang dihiasi dengan Gemuruh  suara  Citcit -  Cicit burung wallet disekitar bubungan masuk bangunan batu tiga lantai sebagai sarangnya yang berlobang dan tak kurang saya menemukan dibawahnya merupakan tempat  usaha dan kediaman sipemilik.

Diujung jalan Pelabuhan membelok kekiri terlihat area Pelabuhan Nunukan dengan Terminal Passengger yang mewah  dua lantai dan digapura masuk bertulis  “PORT OF TUNON TAKA NUNUKAN” dan ini termasuk salah satu Program  “GERBANG TOL LAUT NUSANTARA”  yang peresmiannya secara nasional dilakukan Presiden Jokowi.    Pedal sepeda ku kayuh lagi menyusuri Ring Road Pantai Timur Nunukan sejauh 5 km, sepanjang dihiasi bakau,  perumahan Warga dan petani Rumput laut, disinipun saya menemukan beberapa bangunan Sarang Burung Wallet.   Kayuan GoWeiSkupun kuhentikan ketika bertemu dengan seorang nelatan yang sibuk menjemur Rumput Laut sembari mendengar kisahnya,      Rumput Laut ini oleh para pemborong akan di pasarkan ke Balikpapan, Surabaya dan Makassar,  kemudian di eksport ke luar negeri  “,  Ujar SiDin Jaludding dengan Plabomoranya (hebatnya).

Pak Jamure dengan Sarang Burung Waletnya

Tak terasa sayapun telah meluncur di Jalan Ujang Dewa kawasan yang banyak terdapat Perkantoran Daerah Kabupaten Nunukan seperti Kantor DPRD Kab. Nunukan,  Kantor Gadis II,  Dinas Lingkungan Hidup, Kapolres, Imigrasi  serta perumahan warga.  Dikawasan inipun saya menemukan Peternak Sarang Burung Wallet seperti  Laudin Lamara di kampung Butun, karena agak cape setelah melintasi jalan tadi dengan 4 jalan berbukit tajam saya pun singgah dan mengobrol dengan pak LaUdin.    Harga jual dalam tiga bulan terakhir sudah jauh lebih stabil Pak,  harga jual sempat menurun hingga 25 persen di awal tahun 2020. Seperti jenis mangkok hanya seharga Rp 9 juta menjadi  jenis mangkok seharga Rp7 juta dan jenis patahan seharga Rp5 juta  “,  Ujar SiDin LaUdin LaMara.

Kepala Bapenda Kabupaten Nunukan, Sabri SSos MAgb mengatakan,    Dengan rinciannya di Pulau Nunukan sebanyak 306 unit, kemudian di Pulau Sebatik sebanyak 357 unit, lalu di Kecamatan Sebuku, Tulin Onsoi, Sembakung dan Lumbis sebanyak 434 unit, sedangkan di Krayan hanya ada empat rumah burung wallet.  Untuk rumah burung walet yang sudah produktif ,  yang ada datanya baru di Pulau Nunukan sebanyak 66 dari 306 rumah burung wallet  “,  Ujar SiDin Sabri MAgb,    Meskipun jumlah rumah burung wallet sangat banyak, namun untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih sangat minim dari target tahun ini sebesar Rp 100 juta  “,  Ujar SiDin menambahkan, dikutip dari Koran Kaltara.

Kayuan sepeda harus ku kayuh teratur karena kaki terasa mulai pegal dan didepan ada dua tanjakan lumayan sebelum sampai di Kantor Bupati, tapi sebelumnya saya telah melewati sungai Sedadap dan melintasi  tiga Sarang Burung Wallet diantaranya milik Pak Rusdiansyah sekaligus pemilik warung Banjar Indah.      Pertama  adalah membuat sarang dari wallet itu sendiri  dengan  sebuah ruangan kosong dengan pencahayaan yang minim agar wallet mudah beradaptasi.    Buatlah di daerah yang minim akan kebisingan dan terpencil dengan suhu sekitar 24-26 derajat celcius dengan kelembapan udara 80-95 persen.   Buatlah bangunan  berwarna cerah akan mudah mengundang wallet untuk masuk kedalam sarang tersebut.   Setelah itu memberi makan alami seperti Rayap, Kumbang,  Semut dan serangga lainnya  “,   Ujar SiDin Rusdiansyah menjelaskan.

Setiba di Kampung Sei Jepun   yang berhiaskan sawah dengan padinya yang mulai mengeluarkan bulir padi sayapun berhenti pas dekat Sarang Burung wallet berwarna putih ditutupi jaring kasa, beristirahat karena telah melewati tanjakan didepan Kantor Bupati.   Sambil beristirahat kuperhatikan kawasan persawahan yang ternyata masih banyak yang tidak di garap katanya pemiliknya lagi mengerjakan rumput laut yang tak jauh dari situ (2 km).   Setelah melewati Perumahan Dinas Angkatan laut yang tenang Boxerkupun telah berada di turunan tajam sehingga kubiarkan saja meluncur bebas hingga memasuki Kampung Pertanian Mensapa dengan area sawah yang lebih luas.

Melewati Kampung Mensapa terlihat sawah-sawah yang baru ditanami (3 minggu) dan area yang baru digarap dengan irigasi yang memadai,  disinipun saya menemukan Rumah batu 3 lantai berwana putih 3 buah sebagai Sarang burung wallet di tengah persawahan.   Pak H Lanning dan Jamure adalah warga disini serta pemilik salah satu Sarang Burung Wallet,    Sebenarnya kawasan ini Pak, masuk kawasan  pengembangan perikanan yang ditetapkan pemerintah tapi karena waktu pembangunan Pelabuhan perikanan Nusantara terjadi kegagalan bangunan sehingga terbengkalai  dan hingga kini tak dilanjutkan  “,  Ujar SiDin Haji Lanning.

Warga disini memiliki mata pencaharian sebagai Petani Sawah, Perkebunan, Nelayan Rumput laut, Nelayan ikan dan Peternak Sarang Burung Wallet,  bahkan diantaranya ada yang menekuni sampai tiga aktipitas tersebut.   Pak Jamure yang juga memiliki Sarang Burung Wallet beranggapan dengan alternatip usaha ia yakin akan lebih memudahka kehidupan keluarganya.     Biasanya burung ini akan berkembang biak ketika menginjak usia 4 tahun dengan  bertelur dua atau tiga butir dalam interval tiga hari. Inkubasi dimulai dari telur pertama, dan berlangsung hingga 19-20 hari.   Setelah itu akan memasuki tahapan yang terakhir, yaitu panen sarang burung wallet.   Sarang burung walet terbentuk tiga kali setahun.  Sarang wallet terbuat dari air liur atau saliva burung wallet yang lengket   “,  Ujar SiDin Jamure.

Sambil StandUp di sepeda kukuatkan mengayuh  melewati jalan mendaki tajam dan sempit di belakang Lapas Nunukan alias Bukit Pelangi Lapas Nunukan dengan empat pondok istirahat,  jam 11.45 sayapun telah beristirahat di pondok ke tiga sambil minum menghapus dahaga dan menikmati roti yang saya bawa.   Dari sini saya lebih mengenal kebesaran Allah dengan menikmati View dari puncak  Bukit Pelangi Lapas seperti   pelabuhan Very Sei Jepun, Kantor Camat, Pasar Rakyat Mamolo, Selat Sebatik dan Puncak gunung menangis yang tertinggi di Pulau Sebatik, moment ini tentunya tak saya lupakan dengan berselfi ria alone.

Setelah menikmati keindahan puncak bukit dan istirahat cukup,   sayapun  lanjut  meninggalkan Area Lapas untuk kembali dengan melewati Kantor Camat Nunukan Solata yang dikomandani Burhanuddin Sutte dan tak lupa mampir di Warung Sriwedari menikmati  “ Mie Goreng Aceh “.   Dua jam kemudian saya sudah berada di kampong Baru Selissong di Rumah Pak Hadu Manda seorang Petani buah Salak dan Pemilik Sarang Burung Wallet, menurutnya peternakan sarang burung tambahan baru usahanya,   Biasanya Pak burung wallet membuat sarangnya untuk tempat berteluar sekitar 3-4 bulan dan saya biasa memanen 1-2 kali setahun sebanyak   2 – 3 kg sekali panen,  lumayan pak buat ongkos kehidupan dan anak  “,   Ujar SiDin Hadu Manda dengan Plabomoranya (hebatnya).   Setelah puas ngobrol dengan Pak Hadu Manda Sepeda kukayuh kembali untuk mengakhiri Touring Goweis ini,   Jam 12.30 sayapun telah berada di Alun-alun kota Nunukan.

Sarang Burung Wallet berkhasiat tinggi,

GoWeiS menikmati  Sarang Burung Wallet menambah energi.



1 komentar:

  1. Asik banget tu bung pulang GoWeiS langsung menikmati Soup sarang Wallet .......... Cappottaaa drhbb

    BalasHapus

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...