Minggu, 13 Juni 2021

GOWEIS ALONE MENUJU BUKIT PELANGI LAPAS NUNUKAN

NusaNTaRa.Com

byKariTaLa L  A,  M i n g g u, 1 3   J   u   n  i   2  0  2  1  

Di depan Kantor LAPAS Nunukan di belakangnya Taman Bukit Pelangi Lapas.

Salam GoWeiS PerBataSan, Pagi Minggu jam 07.30 saya telah berada di Alun-alun kota Nunukan dengan rencana akan GoweiS Alone ke Bukit Pelangi Lapas Nunukan yang berjarak  52 km dengan rute Alun-alun Nunukan, Jalan TVRI, Jalan Pelabuhan, Jalan Lingkar Pantai Timur dan Jalan Sedadap.  Jalan Sei Jepun Kantor Bupati, Kampung pertanian Sei Jepun, Memasuki kawasan persawahan Mensapa,  Kantor Camat Nunukan Solata  ke  Lapas Nunukan dan berakhir  di  bukit pelangi,   pulangnya hanya beda pada titik  Kampung baru, GOR Dwi Kora selisun  dan alun kota nunukan.

Dengan menggunakan Tas Punggung atau  Anjat Ayaman rotan Dayak,  mulai kukayuh Sepeda Boxer sendiri melintasi jalan TVRI yang berjarak 3 km, sepanjang jalan ini berbaris rumah warga, Ruko Hamid, Ruko H Udin Ola, Hotel Lenflin dan New Sultan  serta beberapa Bank diantaranya Bank Kaltimtara, Bank BRI, Bank Danamon dan Bank Mandiri.  Sengaja kukayuh sepedaku agak kencang mumpung masih segar, di simpang tiga jalan atau tugu SELAMAT DATANG terlihat sepasang patung warga asli Tidung dengan fose selamat datang.

Kemudian perjalanan belok kearah Kiri menyusuri jalan Pelabuhan sekitar 1 km yang dihiasi kantor kepelabuhan seperti Balai Tenaga Kerja (TKI), yang melayani pemberangkatan TKI yang akan mengadu nasib ke Malaysia dan Brunei Khususnya, Imigrasi lama Kantor Kepalabuhan, Karantina, Bea Cukai, Syahbandar.   Disini terdapat beberapa Agen Penjualan tiket kapal, Ruko dan hotel,  hingga didepan pintu masuk terdapat gapura yang diatasnya bertuliskan PELABUHAN TUNON TAKA (Kampung Kita, bhs Tidung) membelok kekanan jalan Lingkar pantai Timur Nunukan yang boraspal.

Taman Bukit Pelangi Lapas Nunukan

Pelabuhan Tunon Taka Nunukan baru diresmikan Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafid SH MM tahun 2019 berupa terminal passenger dua lantai, Land Fort dan tempat parkir sebagai wujut pembangunan Tol laut, tepat disamping dermaga lama.  Dermaga melayani pelayaran antar pulau seperti kapal penumpang Pelni,   Luar negeri Tawau Sabah Malaysia dan Filipina,  pelayaran rakyat antar pulau ke Pare-pare dan Makassar Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur serta Kapal barang.

Sepeda kembali kukayuh meninggalkan  Terminal Passenger Pelabuhan Tunon taka yang mentereng,  melintasi jalan yang 100 % persen di pinggir pantai berbakau  5 km.   Melewati  rumah para buruh pelabuhan suku Bugis Sinjai,  sepanjang jalan ini juga berbaris  pondok Petani Rumput laut yang sibuk dengan aktipitasnya seperti menjemur Rumput laut, mengangkut rumput laut atau membersihkan rumput laut.  Ku hentikan sepedaku ketika beradaa di depan pondok  Pak Jaludding yang sibuk menjemur rumput lautnya dan menjelaskan    Rumput Laut ini oleh para pemborong akan di pasarkan ke Balikpapan, Surabaya dan Makassar,  kemudian di eksport ke luar negeri  “,  Ujar SiDin Jaludding dengan Plabomoranya (hebatnya).

Setelah Kantor Perusahaan Pertambangan Batu Bara PT. Pipit Mutiara jalan agak  mendaki sehingga otot kaki  menegang dan  melintasi dua tanjakan lagi.    Jalan Sedadap ini akan melintasi kawasan perkantoran Pemkab Nunukan seperti Kantor DPRD Nunukan, Kantor Gadis II, Kapolres, Imigrasi baru.  Melintasi kawasan ini kita akan menyaksikan rumah batu atau semi 2-3 lantai yang berlobang-lobang ternyata Peternakan Sarang Burung Walet seperti milik LaUdin  yang ternyata juga petani Rumput laut di Kampung Butun.

Setelah melintasi tiga tanjakan di jalan Sei Jepun akupun menyaksikan Kawasan Gedung Kantor Bupati Nunukan enam lantai dan beberapa kantor lainnya.  Dikampung Sei Jepun sebuah desa Persawahan terlihat beberapa petak sawah terlihat padinya mulai mengeluarkan bulir buah namun  lebih banyak sawah yang tidak dikerjakan untuk musim ini, dan terlihat beberapa sarang Burung Walet  berwarna putih menghiasi sawah yang tidak aktip.  Tak lama, meski lelah aku tetap merasa happy menikmati kayuan sepedaku  melewati Dua kebun Buah Durian masing-masing seluas sekitar 3 ha dan melintasi Perumahan Dinas Angkatan Laut yang tenang.

Karena betis telah lelah,  ketika menuruni bukit sepeda kubiarkan meluncur deras  hingga sampai ke Simpang masuk kampong Mensapa yang sebagian besar warganya petani sawah dan Nelayan Rumput laut.    Sebenarnya kawasan ini Pak, masuk kawasan  pengembangan perikanan yang ditetapkan pemerintah tapi karena waktu pembangunan Pelabuhan perikanan Nusantara terjadi kegagalan bangunan sehingga terbengkalai  dan hingga kini tak dilanjutkan  “,  Ujar SiDin Haji Lanning, dan memang tak jauh dari situ berdiri sekitar 50 rumah Nelayan, Pelabuhan Perikanan yang mangkrak dan Gudang Rumput laut.

Aku mengayuh sepeda dijalan yang tak beraspal, licak melintasi tengah sawah meski lebih banyak yang tak dikerjakan entah mungkin karena menekuni rumput lautnya, sambil mengangkat tangan bila berpapasan petani atau menyaksikan keindahan Sarang Burung Walet 3 tiga lantainya.  Tak lama kemudian kayuan sepedaku telah berada di jalan besar melintasi Kantor Camat Nunukan Selatan yang saat ini dikomandani Camat Baharuddin Sutte  menuju arah Lapas,  hati jadi bersemangat ketika dari jalan ini terlihat di atas puncak bukit 5 pondok Wisata Bukit Pelangi Lapas Nunukan.  

Meski agak tersengal aku harus memaksakan diri menuju pendakian bukit Pelangi yang ada di belakang Lapas.   Dari jalan samping Lapas,  pendakian yang agak tajampun dimulai spring kaki terasa berat meski telah berdiri mengayuh,  namun banyangan istirahat di pondok membuatku jadi kuat.  Tak lama sayapun sudah berbaring di pondok kedua melepaskan penat sambil menyaksikan seputaran Nunukan selatan seperti Pelabuhan Very Sei Jepun, Kantor Camat, Pasar Rakyat Mamolo, Selat Sebatik dan Puncak gunung menangis yang tertinggi di Pulau Sebatik, moment ini tentunya tak saya lupakan dengan berselfi ria alone sambil menghabiskan minuman dan roti yang kubawa.  

Sekitar dua jam menikmati sensasi View Puncak Pelangi Lapas tepatnya jam  10.30 sayapun bergegas turun meninggalkan area yang terindah dengan meluncur sembari menjaga rem agar tak kelajuan, tak lama sayapun sudah meninggalkan Area Lapas Nunukan.  Tiga km kemudian saya berada di jalan menuju dermaga very SeiJepun, sayapun mampir di Warung Sriwedari yang menyajikan Nasi Goreng Aceh dan Mie Goreng Aceh sembari menikmati sebelum lanjut,  asikkk.

Dalam perjalanan pulang  di Kampung Baru saya mampir ke Petani Sarang Burung Walet Pak Hadu yang memiliki dua bangunan 3 lantai sarang burung wallet berada di tengah-tengah kebun salaknya.    Biasanya Pak burung wallet membuat sarangnya untuk tempat berteluar sekitar 3-4 bulan dan saya biasa memanennya sebanyak 2 – 3 kg sekali panen,  lumayan pak buat ongkos kehidupan dan anak  “,   Ujar SiDin Hadu yang baru memanen Salaknya.   Setelah puasa ngobrol dengan Pak Hadu Sepeda kukayuh kembali untuk mengakhiri Touring Goweis ini,   Jam 12.30 sayapun telah berada di Alun-alun kota Nunukan.

Di Kampung Mansapa 

Naik Basikal cakap orang Malaysia cess,

GoWeiS Sehat dan asik menikmati Puncak Pelangi Lapas.

2 komentar:

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...