Selasa, 15 Desember 2020

DILEMA MEMPERTAHANKAN MASKAPAI PENERBANGAN DIMASA PANDEMI COVID-19

 NusaNTaRa.Com                                                                                         byIrkaBPiranhA,            Sabtu,   12     D e s e m b e r    2020  

 

Sejak Pandemi Covid-19 merebak dimerata dunia sekitar setahun lalu, banyak dampak kesehatan, social, ekonomi yang dirasakan manusia, termasuk dalam dunia Penerbangan Komersil yang mengalami penurunan drastis.   Menurut majalah mingguan internasional torbitan Inggris “ The Economist “, terdapat sekitar  4,5 miliar  melakukan ponorbangan dan tidak kurang dari 100.000 penerbangan komersial berlangsung dalam sohari pada tahun 2019.

Saudara apa yang terjadi setahun kemudia kala wabah Pandemi Covid-19 merebak hingga di akhir tahun 2020 ?,  capaiaan tersebut menurun secara drastic, sebuah angka penurunan yang tak pernah terjadi dan bahkan tidak pernah diramalkan orang sebelumnya sepanjang sejarah dunia ponorbangan.  Kehebohan ini tentunya membuat Willie Walsh pimpinan IAG (International Airlines Group) mengatakan, maskapai penerbangan di Eropa telah turun kapasitasnya sebesar 75 persen belakangan ini. Tidak ada jaminan maskapai penerbangan Eropa akan sanggup bertahan dalam beberapa bulan ke depan.

Kajian CAPA (Centre for Asia-Pacific Aviation), lembaga konsultan dan analisis penerbangan yang berbasis di Sydney Australia, menjelaskan, tanpa bantuan yang diberikan pemerintah, lebih separuh dari 800 maskapai penerbangan di seluruh dunia akan mengalami kebangkrutan.     Airlines around the world are facing the most severe crisis in aviation history. Some airlines have already collapsed, and some are on their way to bankruptcy  ”,  Laporan  CAPA,   kondisi ini lebih hebat dari dampak serangan teroris pada tragedi 911 di tahun 2001.

Era maskapai penerbangan sebagai sebuah bisnis yang menarik mungkin akan segera berakhir,  CAPA menyebut proyeksi keuntungan bisnis penerbangan di masa pandemi ini adalah yang terburuk sepanjang sejarah penerbangan dunian.   Di Amerika Serikat (AS), pengamat industri penerbangan Mike Boyd mengatakan, kucuran stimulus tunai dari pemerintah AS sebesar Rp 50 miliar dolar AS tidak akan cukup untuk dapat menyelamatkan industri penerbangan yang mengalami kerugian besar akibat Covid-19.

Sementara IATA (International Air Transport Association) mengatakan, “  Aviaton needs incentives balanced with control measure  ”,  bahkan   beberapa analis  mengatakan bahwa,    Aviation world will experience setback more than 30 years  ”.

Buruknya kondisi penerbangan sekarang tergambar  dari jumlah Airline yang bangkrut sampai Oktober 2020 tercatat 43 airline diantaranya,   Thai Airways, Avianca, Air Mauritius, Virgin Australia, Flybe, City Jet, Atlas Global dan Air Italy.   Di Eropa, dari 740 bandara yang beroperasi sebanyak 193 di antaranya telah bangkrut dan tutup,  puluhan ribu tenaga kerja di industri penerbangan dunia tengah dalam proses pemutusan hubungan kerja.

Kondisi ini membuat  dunia  berada dalam situasi sulit dan tidak menentu,   kalaupun masa sulit ini berhasil dilewati, wajah dunia pun akan berubah bentuk selamanya, termasuk wajah industri penerbangan.   Beberapa penyebab terpuruknya industri penerbangan adalah protokol kesehatan, pembatasan perjalanan karena kebijakan lockdown sejumlah kota dan negara, turunnya angka perjalanan wisatawan, pelambatan ekonomi, perilaku hidup baru dalam bentuk virtual seperti rapat, pertemuan, seminar, worshop, hingga konferensi internasional.

Gambaran situasi penerbangan Indonesia tak berbeda dengan industri penerbangan dunian yaitu sebelum pandemi  ada 1.000 sampai 1.100 penerbangan dalam sehari di bandara Soekarno-Hatta dan penerbangan Nasional tercatat 5.000 hingga 6.000 penerbangan setelah Pandemi Covid-19  tercatat  hanya 400 hingga 500 penerbangan di Soekarno-Hatta dan secara Nasional tercatat 1.500 sampai 2.000 penerbangan.  Sementara, lalu lintas udara di atas Indonesia atau over flying sebelum pandemi tercatat 300 sampai 400 penerbangan per hari. Sekarang hanya 50 hingga 75 penerbangan.

Penurunan kapasitas lalu lintas udara secara nasional sangat tajam berdampak pada eksistensi maskapai penerbangan,  sehingga sebagai bisnis maskapai penerbangan di tengah pademi sama sekali tidak menjanjikan keuntungan.   Di tengah situasi yang tidak menentu ini, ada sebuah pertanyaan besar: Maskapai penerbangan di Indonesia umum  justru menjual tiket dengan harga murah,  sementara kapasitas penumpang hanya dibatasi maksimal 70 persen dari kapasitas,  ini menjadi cara  maskapai untuk memperoleh dana kes demi modal survival so ini mustahi dapat bertahan lama.

Semu itu membuktikan bahwa ditengah Pandemi, bisnis Maskapai penerbangan sangat rentan dan amat bergantung kepada peran besar bantuan pemerintah.  Kapital besar, keuntungan sangat tipis dan rawan bangkrut membuat maskapai penerbangan pada posisi sulit.   Richard Branson founder dari Virgin Group yang antara lain mengelola Virgin Australia mengatakan dengan gamblang bahwa Virgin Atlantic membutuhkan bantuan pemerintah untuk kelangsungan hidupnya. Tanpa bantuan pemerintah, mustahil Virgin Atlantic dapat bertahan hidup.

Pentingnya jaring perhungan nasional bagi eksitens Negara, membuat sebesar apapun anggaran yang dibutuhkan pemerinah tetap akan mengupayakannya karena jejaring perhubungan udara sebaga satu ujung tombak dalam pombangunan.  Tapi hal ini torbalik dengan maskapai penerbangan swasta yang sangat berafiliasi pada keuntngan usaha sebagai penggerak utama dalam menhidupkan bisnis.

Kematangan dunia penerbangan saat ini sulit diprediksiikan secara pasti yang pasti pemulihan harus berjalan,  meski lambat,  mustahil dapat berrjalan tanpa turun tangan pihak Romorentah, kepercayaan penumpang akan keamanan mereka dan pemulihan ini  akan sangat ditentukan oleh perkembangan virus dan pembuatan vaksin.   Para analis penerbangan melihat, tidak ada harapan jumlah penumpang akan pulih seperti 2019. Sulit pula meramalkan kapan situasi ini akan berlalu. Bisa jadi situasi ini akan berlangsung hingga 2025.


Penerbangan terpuruk ketika Covid-19 kambuh,

Maskapai Udara di Pandemi Covid-19 butuh bantuan pemerintah.  

 

 NusaNTaRa.Com  Adverstesment                                                                                Melayani pemasangan Iklan                                                                                                   Sila Dail  Talian  0812 5856 599    

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...