Sabtu, 30 Mei 2020

HASIL TANGKAPAN NELAYAN TELUK SEMANTIN SEMAKIN MENURUN KARENA ULAH KAPAL TRAWL .


NusanTaRa.Com
byLaDollaHBantA,    10/03/2020.


Penduduk Teluk Semanting, Kalimantan Timur menggunakan dua jenis perahu tradisional untuk melaut,  yakni perahu panjang dan perahu pendek (dompeng).  Hasil para nelayan berupa tangkapan  ikan bawal, ikan merah, ikan kakap, ikan Senangin, ikan bandeng laut, dan lainnya yang kemudian dijual ke penampungan di teluk dan sebagiannya dijadikan produk olahan kerupuk oleh kelompok ibu-ibu.

Selama melaut, para nelayan seringkali berhadapan dengan beberapa risiko seperti mesin rusak dan ombak badai.   Meski begitu, menurut Fajrul Ibrahim, Relawan Photovoices International, yang menjadi ancaman besar bagi para nelayan adalah trawl yang memiliki daya tangkap tinggi dan selektipitas rendah sehingga  menyebabkan penurunan hasil tangkapan laut para nelayan pantai.

Trawl atau pukat harimau mengundang banyak protes nelayan tradisional karena sifatnya yang merusak potensi sumberdaya perairan.  Apalagi, sifatnya yang memiliki daya selektifitas tangkap rendah mulai dari ikan kecil hingga besar yang ada didepan mulut jaring diembatnya semua bahkan karang-karang didasar perairanpun disikatnya.   Dengan kata lain bahwa alat ini banyak menangkap ikan yang bukan menjadi target tangkapannya, sehingga tangkapan yang lain dalaam jumlah banyak akan dibuang begitu saja, keadaan ini membuat populasi ikan diteluk Semanting terkuras dan berkurang.

  Saat ini terjadi penurunan hasil tangkapan. Dulu, nelayan bisa dapat 100 kilogram dalam satu trip, tapi sejak ada trawl paling banyak 30 kilogram. Trawl sering digunakan di tempat yang sama dengan kami, karena itu hasil tangkapan berkurang  , Ujar SiDin Fajrul di Gedung Mufakat Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur (5/03/2020).   Menanggapi ancaman nelayan trawl, Wakil Bupati Berau, Agus Tamtomo menyayangkan bahwa hal itu mungkin terjadi karena ada kesalahan dalam mengatasi keberadaan nelayan trawl.

  Pendekatan yang selama ini dilakukan kepada nelayan trawl ini represif dan kucing-kucingan, harus pake patroli, ancaman, dan lain-lain. Ini jika diperpanjang tidak bagus. Jauh lebih baik dengan edukasi  ,  Ujar SiDinn Agus dalam acara kerjasama Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan Photovoices International di Berau, Kalimantan Timur (5/03/2020).

Pada masa mendatang, Agus berjanji akan memelihara populasi ikan tangkapan dengan zona no taking (Kawasan tidak boleh menangkap).     Saya akan membuat zona no taking, kita jaga tidak boleh sama sekali penangkapan di sana. Baik yang ramah lingkungan atau illegal  ,  Ujar SiDin  Agus.

Menurut Fathur Rizal (26) warga nelayan Semanting, mengatakan kenyataan lapangan sangat berbeda  bahwa mengatasi nelayan trawl tidak bisa dengan cara baik-baik.     Lebih efektif ditangkap, kalau diomongin baik-baik ya namanya kita sama-sama cari nafkah. Yang ada malah tensi naik  ,  Ujar SiDin Rizal kepada NusanTaRa.Com  di Teluk Semanting, Kalimantan Timur (6/03/2020).

Situasi pasang surut laut sangat menentukan rutinitas nelayan Teluk Semanting, bagi mereka  waktu terbaik disebut sebagai   air hidup ” dan waktu terburuk disebut sebagai   air mati ,  dalam satu bulan terdapat 2 kali masa   air hidup .   Rizal sendiri sudah melaut sejak berumur 13 tahun, baginya dahulu  para nelayan tidak perlu mencari spot ikan karena populasinya bertumpah ruah di kawasan laut Teluk Semanting tapi sekarang hanya berada di spot tertentu yang jaraknya berkilo-kilo meter ke tengah laut. 

   
Tangkapan stabil suistenable terjamin,
Kapal trawl merugikan Nelayan teluk semantin.






NusanTaRa.Com
melayani pemasangan iklan
Sila Dail Talian 08125856599

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...