Rabu, 04 September 2019

MASYARAKAT INDONESIA TAK RELA PAPUA LEPAS DARI NKRI DAN PAPUA BAGIAN DARI INDONESIA

NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 01/09/2019  


Baru  saja berlalu aksi demonstrasi masyarakat Papua menuntut perlakuan adil atas mereka, yang terkait dugaan Perlakuan Rasis oleh masyarakat lainnya terutama terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan di Malang dengan perlakuan yang kurang adil dan sebuah ucapan menghinakan yaitu “ Papua Monyet “.   Kejadian ini memicu serentetan aksi massa dibeberapa kota terutama kota-kota di Papua dan Jakarta serta yang tak kala serunya berbagai  openi bemunculan di dunia maya baik masalah Rasis tersebut, kehidupan masyarakat  Papua hingga kepersoalan Referendum atau kemerdekaan Papua.

Polemik ini tentunya berbuntut hingga ke perjanjian New York Agreement 15 Agustus 1962,  dimana pihak tokoh Papua seperti Benny Wenda menyalahkan  Pihak Amerika Serikat sbg penyelenggara pertemuan tersebut yang diserahkan PBB karena menurutnya bahwa penyerahan tugas itu harus berujung pada penentuan nasib sendiri rakyat Papua (Referendum),  tapi konferensi tersebut justru berujung bahwa Papua masuk bagian dari Negara Republik Indonesia.   Berbagai tanggapan masyarakat Papua yang beranggapan bahwa banyak perlakuan yang kurang menguntungkan bagi masyarakat Papua selama ini sehingga kurang dapat memajukan Orang Papua, namun  Kekayaan alam bumi papua tetap terkeruk habis.

Tak kalah serunya dari masyarakat Papua yang melakukan demonstrasi  sangat keras dibeberapa kota di Papua seperti Jayapura, Manokwari, Merauke, Nduga, Fakfak dll bahkan hingga di Surabaya, Yogyakarta dan pengibaran bintang kejora di depan Istana Negara Cendana,  yang berujung pada pengrusakan fasilitas  umum seperti Pembakaran DPRD Papua Barat di Manokwari, Perumahan, Pasar dan luka-luka hingga meninggal.   Bahkan beberapa Demonstrasi membacakan  tuntutannya selain terkait Rasis,  menuntut perlakukan manusia dan social yang sama  serta   untuk membenahi kembali hasil Komfrensi New York Agreement 1962 yang dianggap telah menyalahi kesepakatn yang sebenarnya dari perjanjian yang sebelumnya  dengan  pelaksanaan Referendum penentuan nasib Papua.

Sehubungan Tragedi Papua ini banyak warga Negara Indonesia khususnya warga non Papua, prihatin dengan kasus rasial ini akan menjadikan Papua  lepas dari NKRI terlebih adanya segelintir Warga Papua menuntut Reperendum untuk penentuan nasib Papua.   Kekhawatiran ini memunculkan berbagai tanggapan dari berbagai masyarakat Indonesia baik kalangan Militer, Tokoh Pemerintahan, Tokoh masyarakat dan rakyat dari berbagai daerah dengan pernyataan tidak menginginkan Papua merdeka, Lepas dari NKRI atau membentuk Negara tersendiri serta menolak Reperendum untuk Papua.

Di wilayah Jawa Barat  terjadi  aksi demonstrasi yang diramaikan  ratusan warga yang tergabung ke dalam aliansi Padjajaran di depan Gedung Sate Bandung dengan thema   Aksi peduli Papua  “.    Mereka menggelar orasi bahwa warga Jabar mengkhawatirkan tragodi Timor-Timur terulang lagi dan  tak akan merelakan jika Papua Lepas dari NKRI dan dengan tegas mereka menolak Papua Merdeka,  sambil mengibarkan bendera merah putih mereka  meneriakkan yel-yel dengan tagline  "  Papua NKRI, NKRI Papua!  ”.

Menko Polhukam Wiranto dengan sejumlah tokoh asal Papua melakukan konfrensi pers, pada Jumat (30/8/2019),  Pertemuan tersebut membahas situasi Papua yang kembali memanas.   Wiranto berharap masyarakat Papua kembali tenang agar suasana di kawasan itu damai. Menurut dia, aparat TNI dan Polri sudah ia perintahkan untuk bertindak persuasif dan tidak menggunakan peluru tajam saat mengamankan demonstrasi di Papua dan penyebab kerusuhan Papua di Surabaya sudah dalam proses hukum 5 dari kalangan militer dan dua dari sipil.

Warga Solo tak mau ketinggalan akan peduli dengan nasib bangsa,  mereka menggelar demonstrasi  di Bundaran Gladag, Jalan Slamet Riyadi tapi dipindahkan ke Plasa Manahan, yang bersebelahan dengan Mapolresta.   Koordinator aksi warga Solo,  Rahmad Hendro Saputro  menyatakan jika seluruh elemen masyarakat harus menjalin persatuan dan kesatuan  yang berasaskan nilai-nilai kemanusiaan tanpa adanya tindakan yang melanggar HAM, maupun rasialis didalam masyarakat.   Hendri dari Aliansi Mahasiswa Unisri Solo  Bersama GMNI dan PMII Komisariat Unisri mengecam keras tindakan persekusi, rasisme, serta represifitas terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.   Mereka menuntut agar pemerintah serta seluruh aparat penegak hukum segera pecahkan permasalahan ini dengan adil sesuai hukum Pancasila.

Aksi masyarakat terkait peduli Papua juga berlangsung di depan Monumen Nasional Pembebasan Irian Barat  Jakarta oleh kelompok  Aliansi Bangsa Cinta NKRI,  dalam orasinya mereka meminta secara total merangkul Papua karena merupakan bagian dari NKRI dan meminta pemerintah dengan tegas menyikapi pelaku tindakan rasisme yang mana menginginkan Papua terpecah dari Indonesia.   Koordinator aksi Rey Gunarmin dalam  orasinya menolak keras upaya adu domba serta  provokasi melalui isu rasisme dan menambahkan bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI yang tidak akan bisa dilepaskan.

Tokoh Pemuda Papua Barat  Dedei Imbiri,  meminta agar warga Papua tidak terhasut oleh isu yang berkembang terkait rencana demo massa KNPB.   Ia menyatakan atas nama tokoh pemuda, budayawan serta kaum perempuan orang Papua Asli menyayangkan situasi politik dimana hanya difungsikan sebagai hasutan orang Papua agar mudah terjebak dan  Tokoh Pemuda yang Pro NKRI ini juga mengharapkan seluruh Pemuda Papua berpikir cerdas serta jernih dalam menyikapi upaya penghambatan kemajuan serta perkembangan wilayah Papua.


  
Kulit hitam Rambut kribo itu Papua.

Papua NKRI dan Tak terpisakan dari Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...