Minggu, 06 Oktober 2024

COLLIEQ PUJIE PENYALIN LA GALIGO, INTELEKTUAL PEREMPUAN BUGIS DIAKUI DUNIA

NusaNTaRa.Com

byMapiroHBorrA,          S   e   n   i   n,    1  3      M    e    i     2   0   2   4

 

    Monumen Collieq Pujie di Barru    
Dalam perjuang bangsa Indonesia  tidak banyak tokoh perempuan yang terkenal di dalamnya,  terlebih mereka yang dari Indonesia bagian timur.    Salah satu tokoh dari wilayah timur yang telah melakukan hal-hal luar biasa tersebut,  tapi tidak begitu dikenal adalah Colliq Pujie, lengkapnya Colliq Pujie’  -  Arung Pancana Toa - Matinroe ri Tucae’,   beliau biasanya  disebut Retna Kencana Datoqna La Pageqlipue’, seorang pengarang dan intelektual perempuan yang lahir pada abad ke-19 di Sulawesi Selatan.

Salah satu karya tulisannya   terkait  tokoh yang sangat  erat dengan Arung Pancana kala itu  adalah karya sastranya  “ La Galigo “,   menjadi tanda tanya,  entah apa yang ada di benak Colliq Pujie ketika dia menyetujui permintaan Benjamin Frederik Matthes, seorang missionaris Belanda  untuk menyalin kembali epos besar Bugis La Galigo tersebut.   Nyatanya, salinan ulang tersebut lebih dari seratus tahun kemudian masih terus mencengangkan dunia,  tidak hanya karena panjang epos yang melebihi Mahabharata ini yang dikulik ahli dari beberapa negara.  Colliq Pujie-pun menjadi subjek perbincangan dan penelitian.

Memiliki Banyak Kemampuan

Colliq Puji memiliki banyak kemampuan.  Kecerdasan emosional dalam memilah persoalan dan mengambil keputusan misalnya, begitu tampak saat cucu syahbandar terkaya di Sulawesi Selatan tersebut bisa menyikapi  “si kulit putih” (Tau Pute) pada saat yang tepat.   Sikapnya tegas dan menunjukkan perlawanan ketika dia melihat Belanda sebagai pihak yang dengan berbagai cara menguasai masyarakat, adat  dan tanah Bugis.

Namun, dia juga menunjukkan sikap positif saat dia menyetujui permintaan B.F. Matthes, seorang misionaris Belanda, untuk menyalin kembali dengan tulisan tangan naskah La Galigo yang tersebar di banyak lontaraq.   Hanya Colliq Pujie yang mengetahui persis alasannya mengapa dia mau melakukan tindakan tersebut.   namun pilihan untuk menyalin  dan  menjadikan epos  Bugis tersebut menjadi 12 jilid untuk  kemudian dibawa Matthes ke Belanda terbukti strategis.

Paling tidak ada bagian La Galigo yang tetap utuh, tercatat dan menjadi bahan kajian serta dinikmati berbagai bangsa di dunia.   Hanya dengan pertimbangan cerdas dan kematangan emosionallah yang membuat seseorang mampu melakukan hal rumit tersebut selama bertahun-tahun.   Colliq Pujie adalah seorang sastrawan, sejarawan sekaligus ilmuwan.   Nurhayati Rahman menegaskan hal ini.   Kemampuan menyalin kembali dan mengedit La Galigo tentunya tidak bisa dilakukan sembarang orang,  hanya mereka yang betul-betul ahlilah yang bisa melakukannya.

Dalam hal ini, Colliq Pujie telah memperlihatkan diri sebagai perempuan cerdas yang mengetahui secara baik dan mendalam sastra dan budaya Bugis,   selain itu  dia telah menulis karya-karya seperti La Toa,  yang menurut Nurhayati merupakan kredo politik Colliq Pujie.  Menyadur karya sastra bernilai tinggi baik yang berasal dari karya – karya Bugis maupun bangsa lain seperti  Jawa, Melayu dan Persia juga  dilakukan  cucu saudagar ternama ini.   seperti dengan kepakarannya sebagai sejarawan, pengetahuan dan pemahamannya dibuktikan saat perempuan beranak tiga ini misalnya menuliskan Sejarah Kerajaan Tanete.

Kecerdasan Arung Pancana Toa juga menghantarkannya menciptakan huruf  Bilang - bilang yang kemudian dijadikannya alat komunikasi rahasia dengan para pengikut dan sekutunya dalam upayanya menentang pendudukan Belanda di Tanah Bugis.   Khusus huruf Bilang-bilang, Nurhayati berargumen bahwa surat menggunakan huruf rahasia inilah yang membuat pengikuti dan sekutunya melakukan beberapa perlawanan terhadap Belanda, terutama di Segeri dan Tanete.   Bisa dihitung jari berapa gelintir orang di dunia ini yang mampu mencipta huruf, salah satunya adalah Colliq Pujie.

    Naskah Di Gital  I La Galigo koleksi    
Perpustakaan Universitas Leiden,  Belanda
Masih banyak lagi kemampuan lain yang telah diperlihatkan Colliq Pujie seperti penguasaan administrasi dan keuangan pemerintahan (berdasarkan pengalaman di Kerajaan Tanete) serta kepemimpinan (menjadi Ratu di  Pancana  dan  Lamuru).   Hal lain lagi yang bisa disebutkan adalah kemampuannya menguasai bahasa (Melayu, Bugis, Makassar dan Arab). Sudah barang tentu masih banyak lagi bakat dan kemampuan yang telah ditunjukkan oleh perempuan yang bernama Melayu Retna Kencana ini.

Meninggalkan Warisan Bagi Dunia

Kemampuan Colliq Pujie menyalin kembali sekaligus mengedit 12 jilid La Galigo telah menjadikannya sebagai intelektual dan sastrawan yang menjadikan epos Bugis tersebut bisa dibaca dan dipelajari siapa saja hingga saat kekinian.   Perempuan ini mampu menjadikan La Galigo tidak lagi hanya menjadi milik orang Bugis semata atau bangsa Indonesia saja, tapi menjadi milik dunia.   Jika dulu bangsa-bangsa Eropa datang dan menduduki tanah Bugis, maka dengan La Galigo, Bugis-lah yang  ”menguasai dunia”  dengan caranya sendiri.

Selain itu, warisan sastra tersebut tidak hanya melintasi ruang, tapi juga waktu. Berbagai negara sekarang ini misalnya telah menikmati pertunjukan teatrikal La Galigo, padahal sang penulis ulang dan editornya telah terbaring tenang di alam keabadian lebih dari satu abad yang lalu di Tucae.   tersebut ditambah dengan beberapa pertunjukan di berbagai negara, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa La Galigo telah menjadi salah satu pengharum nama Indonesia di tingkat internasional.

Tentunya, semua ini tidak akan terjadi tanpa campur tangan dan keputusan Colliq Pujie untuk mau menuliskan ulang dan mengedit La Galigo lebih dari seratus tahun lalu.

Penentang Kekuasaan Belanda

Di Tanah Bugis, Colliq Pujie menjadi salah satu penentang kekuasaan Belanda. Anaknya sendiripun yang menjadi perpanjangan tangan Belanda, tanpa kompromis ditentang oleh perempuan pemberani ini.

Oleh Nurhayati Rahman, dia disebut sebagai aktor perlawanan rakyat.  Belanda begitu mengkhawatirkan kemampuan dan karisma Colliq Pujie dalam mempengaruhi dan mengorganisir sekutu dan pengikutnya untuk melakukan perlawanan sehingga diapun, karena alasan politis, dikucilkan oleh Belanda selama 10 tahun dengan mendapat tunjangan seadanya.  Inilah sisi lain Colliq Pujie.   Sisi kedua dari seorang Colliq Pujie adalah kemampuan intelektual dan emosionalnya (seperti telah diuraikan di atas) yang dalam banyak hal terbukti luar biasa, baik dalam bidang ilmu pemerintahan, sejarah, sastra maupun budaya. Karya-karyanya sampai saat ini masih menjadi bukti nyata abadi akan kemampuannya tersebut.

Dadi, Colliq Pujie telah mampu memadukan dua kekuatan menjadi satu.   Layaknya dua sisi mata uang koin, dalam diri seorang Colliq Pujie, semangat juang Tjoet Nyak Dhien dan para pejuang perempuan lain seakan bertemu dengan kekuatan intelektual Kartini, Dewi Sartika dan lainnya. Keduanya tidak terpisahkan dan saling melengkapi. Apa yang ditemui dalam diri Colliq Pujie ini bisa menjadi satu cara pandang baru di Indonesia dalam melihat ketokohan dan kepahlawanan perempuan.

    Collieq Pujie Penulis Karya La Galigo     


Penyalin La Galigo, wanita Intelektual Bugis.

Collieq Pujie kecerdasannya di akui dunia dari Bugis.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UNIVERSITAS INDONESIA SATU - SATUNYA MASUK DALAM 1.000 UNIVERSITAS DUNIA TERBAIK VERSI THE WUR 2025

NusaNTaRa.Com           byJoneDPringgoNDandI,        S   e   l   a    s   a,    1   2     N  o  v  e  m  b  e  r     2   0   2   4 Kampus Un...