Jumat, 09 Februari 2024

SOSOK SIBAYAK LINGGA RAJA SENINA BUKTI HUBUNGAN ANTARA GAYO DAN KARO

NusaNTaRa.Com

byBahrIHasupiaN,      J  u  m  a  t,    0   2     F  e b  r  u  a  r  i     2   0   2   4

Tugu Sibayak Lingga Berdiri Kokoh di Puncak Uruk Ndaholi

Kisah Gayo dan Karo,  Penjajah Belanda yang mejadi penyebab terpisahnya diantara mereka sebagaimana dijelaskan Adri Istambul dan Para kolonial Belanda  juga banyak membuat buram sejarah Karo dan Gayo, mereka sengaja melakukan ini demi kepentingan mereka pada masa itu,  ini dipaparkan dalam kegiatan seminar budaya Gayo  waktu lalu  di Pendopo Bupati Gayo Lues (Bale Musara).  Diungkapkan juga ketika Raja sibayak Lingga dengan gelar raja Senina mempersunting 3 putri Karo sebagai istrinya  dan mempunyai  lima anak  perempuan dan lima anak laki-laki,  semua berdomisili di desa Lingga. 

Adri Istambul  juga menceritakan, sang leluhur Raja Natang Negeri telah mewariskan bawar kepada Raja Senina Lingga,  sedangkan Raja Natang Negeri merupakan putra dari Raja Linge I dari Kerajaan Linge Gayo.    Natang Negeri, merantau ke Tanah Karo  dan mempersunting tiga gadis Karo yaitu Beru Sebayang, Beru Ginting  dan Beru Tarigan Nagasaribu  dan istri Beru Sibayang  lahirlah seorang putra Sibayak Lingga (Raja Senina Lingga).

Tengkorak Sibayak Lingga pada
peresmian Tugu Sibayak Lingga

Poda masa kekuasaan Raja Sibayak Lingga, kesultanan Aceh sebagai kerabat dekatnya pernah memberikan pisau bawar dan bendera bertuliskan kalimah Syahadat,    kami masih menyimpan baik kedua benda sejarah itu, jadi kalau ada yang mengaku memiliki pisau bawar itu selain dari kami, itu sudah jelas palsu   “,   Ujar Adri Istambul dengan Plabomoranya (Hebatnya).   Jadi hubungan antara Gayo dan Karo itu tidak pernah hilang atau terputus sampai saat ini yang terbukti dengan adanya sejarahm  jelas Adri Istambul Lingga Gayo.

Mengket Geriten dan Tugu Nini Sibayak Lingga Raja senina Lingga merupakan  acara ritual persemayaman tulang belulang Sibayak Lingga ke sebuah tugu di perbukitan yang disebut Uruk Ndaholi desa Bintang Meriah Kecamatan Tiga Nderket Kabupaten Karo  Sumut  akhirnya membuka tabir mistery hubungan keduanya yaitu  antara Suku Karo khususnya bermarga Sinulingga dengan Suku Gayo didataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh bagian tengah.

Pengantaran Tengkorak  kepala Sibayak Lingga Raja Senina  pewaris marga Sinulingga yang ada di Kabupaten Karo.    Dikisahkan  bahwa Raja Senina atau Sibayak Lingga merupakan keturunan Dinasty Raja Linge, yang menguasai seluruh kawasan dataran Tinggi Gayo yang pusat pemerintahannya ada di Linge, Kerajaan Linge disebutkan merupakan kerajaan tertua di Aceh, beberapa Dinasty Raja Linge saat berkuasa belum memiliki agama, artinya jauh sebelum agama islam masuk ke Aceh, namun seluruh dinasty dari Raja raja Linge banyak yang tidak tertulis atau tidak ada informasi yang jelas, sehingga keberadaan nama nama Raja Linge dan keturunannya masih kabur.  

Hanya cerita yang berupa legenda saja yang sering terdengar dan terbaca tentang kekuasaan dan peranan Kerajaan Linge dari Suku Gayo.  Penguasa maupun keturunan Raja Linge beberapa Dinastynya merupakan orang orang yang sangat sakti  dan memiliki ilmu yang sangat tinggi,  fakta sejarah membuktikan bahwa  masyarakat  Gayo pada puluhan abad yang lalu, memiliki kemampuan magic sangat yang kuat  dan  magic  wajib dimilik oleh  setiap orang di Tanah Gayo saat itu.

Sebelum kedatangan agama Islam di Tanah Gayo, kerajaan Linge diyakini   memiliki pengaruh yang sangat besar, tidak sedikit keturunan Raja Linge keluar dari Linge dan perpengaruh pada kerajaan lain, baik pada kerajaan yang ada dalam kawasan Bukit barisan maupun seperti  kerajaan di tanah Batak, kerajaaan di Tanah Minang maupun ke Riau (kerajaan Lingga), Malaysia dan Filipina.   “Linge”  dalam bahasa Gayo diartikan  “Suaranya atau  gema  yang bermakna  Raja atau Dinastynya memiliki suara sebagai ucapan yang dipatuhi,  merupakan perintah, titah raja harus didengar,  masyarakatnya ataupun musuhnya  ketakutan, akibat kesaktian yang tinggi  Raja-Raja Linge .

Adanya sekilas informasi tentang kerajaan Linge saat islam masuk ke Aceh, Saat Islam masuk aceh, diduga Dinasty Linge terakhir saat itu  yang diyakini merupakan Kerajaan yang memeluk Kepercayaan Anismisme  Dinasty terakhir ini dikabarkan memiliki empat orang anak yang tua bernama Datu Beru seorang wanita, putra kedua bernama, Muriah Sibayak Lingga, putra ketiga Sibayak Muriah Johan, dan yang bungsu Muriah Lingga.   Dikisahkan Sinulingga seorang sesepuh  saat acara geriten Tugu Sibayak Lingga Raje Senina, menjelang keruntuhan Dinasty Kerajaan Linge,   kerajaan itu masuk  agama islam.  

Perlakuan Raja Linge terhadap putra – putrinya dikisahkan ada perbedaan prinsip,  salah satunya Raja Linge sangat menyayangi anak bungsunya Sibayak Muriah Lingga, dibandingkan dengan ketiga saudaranya yang lain.   Perbedaan  prinsip  membuat putra keduanya Muriah Sibayak Lingga,memohon ijin kepada Ayahandanya untuk pergi meninggalkan kerajaannya, tujuannya kekerjaan yang ada di Karo, karena disebutkan ada saudaranya yang lain (masyarakat Desa Bintang Meriah menyebutnya “Malim”) yang saat itu telah menjadi penguasa di Uruk Ndaholi Bintang Muriah atau Bintang Meriah.

Raja Linge memberikan ijin dan sebagai pertanda bahwa dirinya adalah putra mahkota Kerjaan Linge, Raja Linge memberikan Bawar (sejenis pertanda atau simbol), agar nantinya Bawar itu dapat disampaikan pada saudaranya yang berada di Uruk Ndaholi Bintang Muriah, berbekal Bawar dan bendera Raja Linge inilah Muriah Sibayak Lingga, berangkat menuju Tanah Karo, namun ada versi lain menyebutkan Muriah Sibayak Lingga tidak dapat disunat untuk masuk Islam, karena kekebalannya,sehingga melarikan diri ke Karo  (dalam bahasa Gayo Karo  atau Ngaro berarti dikejar atau diburu).

Kedatangan Sibayak Lingga di uruk Ndaholi Bintang Muriah  diterima dengan senang hati oleh Malim dan menjadi salah seorang Panglimanya dikerajaan Bintang Muriah.  Mangkatnya Malim posisi Kekuasaan kendalikan oleh Sibayak Lingga, untuk memperbesar pengaruh serta keturunanya di Tanah Karo, Sibayak Lingga Raja Senina melakukan politik poligami dengan mempersunting tiga perempuan penduduk dari kerajaan karo yang lain, yakni Beru Ginting, Tarigan dan Sembiring dan dari ketiga istrinya Sibayak Lingga menurunkan keturunan bermarga Sinulingga.

Keturunan Raja Senina yang menjadi Raja di Kerajaan Bintang Meriah dengan Istananya disebut Rumah delapan ruang, merupakan ujung tombak dalam melawan penjajahan belanda di Tanah Karo, bahkan dalam perang perebutan kemerdekaan Aman Dimot juga dari Gayo, ikut bergabung dalam pasukan Halilintar, Aman Dimot sangat ditakuti Belanda karena sangat kebal  dan akhirnya saat aman Dimot Tertangkap oleh Belanda, Mulut Aman Dimot dijejali Belanda dengan Granat,sehingga aman Dimot meninggal dunia, pusara aman Dimot saat ini ada di makam Pahlawan Kaban jahe.  (dr. Karo Gaul,  22/11/2023)

Keturunan Raja Sibayak Lingga bergelar Raja Senina menari di upacara peresmian tugu dan Geriten Raja Senina di atas bukit Ndaholi, Desa Bintang Meriah, Kab. Karo, Sumut, Kamis (06/06/2013)



Karo dan Gayo dua daerah dengan budaya berlainan.

Legenda  Sibayak Lingga Karo Gayo memiliki hubungan.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...