Sabtu, 13 Mei 2023

PESAN PANGERAN PHILLIP UNTUK PELESTARIAN HUTAN INDONESIA

NusaNTaRa.com 

byIndaHPalloranG,     J  u  m  a  t,     1   2     M    e    i     2  0  2  3 

Kehidupan alam & pelestarian lingkungan sudah lama menjadi perhatian Duke Edinburgh,
yg pernah menjadi pemimpin dari cikal bakal lembaga pegiat lingkungan World Wildlife Fund, WWF.

12

Pangeran Phillip Mountbatten, Adipati Edinburgh, lahir di Yunani pada tanggal 10 Juni 1921. Selain dikenal sebagai suami Ratu Elizabeth II, penguasa Britania Raya dan Irlandia Utara beserta Wilayah Persemakmuran lainnya, beliau adalah seorang pemerhati lingkungan dan konservasi alam. Pangeran Phillip adalah presiden pertama World Wildlife Fund (WWF) Britania Raya dari tahun 1961-1982. Kemudian menjadi presiden WWF Internasional dari tahun 1981-1986 dan ditetapkan sebagai presiden emeritus WWF sejak 1996. Beliau juga menulis beberapa buku mengenai ancaman-ancaman yang dihadapi kehidupan liar, salah satunya yang paling diingat berjudul “Wildlife Crisis”, yang ditulis pada tahun 1970.

Pangeran Phillip dikenang karena menjadi pionir dalam mempromosikan masalah-masalah lingkungan, mendorong konservasi sebagai gaya hidup pribadinya sepanjang hidupnya dan jauh sebelum konservasi menjadi mode. 

“Kita tergantung untuk menjadi bagian dari hjaring kehidupan, kita tergantung pada setiap makhluk hidup lain di atas planet ini, sebanyak mereka tergantung pada kita,” begitu katanya suatu hari, merefleksikan hubungan manusia dengan alam dan kehidupan.

“Jika kita sebagai manusia memiliki kekuatan mengatur hidup dan mati, bukan sekedar hidup dan mati tetapi juga kepunahan dan survival, kita harus mengujinya dengan sedikit moral sense. Mengapa harus membuat sesuatu itu punah, jika itu tidak diperlukan?” ujarnya dilain kesempatan.

Beliau melakukan perjalanan keliling dunia untuk menarik perhatian terhadap keadaan buruk satwa liar yang terancam oleh perburuan, deforestasi dan pencemaran. Beliau memotret anjing laut di Antartika, memberi makan gajah di Afrika dan berpose bersama panda di Tiongkok.

Dalam suatu kesempatan, beliau menuliskan pesan yang cukup panjang untuk pelestarian hutan Indonesia, sebagaimana diunggah di halaman WWF, sebagai berikut:

 

Telah sangat jelas bahwa hutan hujan tropis dunia sekarang dalam kondisi kritis

 

Di Asia Tenggara, hutan sangatlah penting untuk keberlangsungan kekayaan keanekaragaman tumbuhan dan satwanya, termasuk jenis-jenis istimewa seperti gajah, badak dan orang utan. Yang tidak kalah pentingnya, hutan juga penting bagi produk-produk dan jasa yang mereka sediakan bagi masyarakat.

Agar konservasi hutan alam dapat berhasil, maka diperlukan konservasi blok-blok hutan yang saling terhubung yang sangat luas. Hanya ada satu tempat di muka bumi di mana areal yang luas yang dapat dikonservasi pada skala tersebut, yaitu di hutan Indo-Malaya di Asia Tenggara, melewati lintas batas dataran tinggi Indonesia dan Malaysia, dan melalui kaki-kaki bukit untuk mencapai dataran rendah dan sebagian Brunei.

Masih ada waktu untuk melindungi dan mengelola areal ini sebagai benteng pertahanan terakhir hutan hujan Asia Tenggara.

Saya sangat bersemangat ketika mengetahui bahwa WWF berusaha menjalin kerjasama dengan pemerintah Brunei, Indonesia dan Malaysia dalam membuat rencana melindungi hutan yang ada di wilayah tersebut, dan untuk mencapai pemanfaatan hutan yang berkelanjutan serta daerah tangkapan air yang penting dengan hutan yang unik tersebut.

Hal ini adalah sebuah permulaan yang penting, dan agar dapat berhasil, WWF akan menyusun kerjasama teknis dan finansial di komunitas internasional, termasuk LSM serta agen-agen multilateral dan bilateral.

Hal ini adalah kesempatan terakhir untuk membuat sebuah permulaan, dan hal ini harus berhasil.

 

Pangeran Phillip terkenal sebagai pribadi yang suka berterus terang. Beliau mengkritik Konferensi Pencemaran Dunia di Strasbourg, Perancis, 9 Februari 1970, dan mengatakan pada para pendengarnya tanpa tedeng aling-aling, “Benar-benar tidak ada gunanya jika sekelompok orang penting memeras tangan mereka dalam konferensi dan menunjuk-nunjuk bahanya polusi atau kerusakan alam, tapi tidak seorangpun mau atau mampu mengambil tindakan.”

Pada kesempatan lain, beliau mengatakan, “Saya pikir, sangat penting bagi fraksi dalam konservasi untuk menyadari bahwa kita semua adalah bagian dalam satu pergerakan konservasi yang sama dan, daripada menekankan perbedaan dalam gerakan, satu-satunya harapan kita untuk membuat opini dan pandangan publik, industri dan pemerintah agar terkesan adalah dengan mengerjakan pekerjaan rumah kita dan berusaha sebaik-baiknya untuk bekerjasama.”

Pada saat Pangeran Phillip pensiun dari tugas-tugas publiknya pada bulan Mei 2017, salah satu media, The Borneo Post, menuliskan ungkapan duka citanya sebagai penghargaan terhadap usaha-usahanya dalam konservasi sebagai berikut, “Jika saja para pemimpin negara berkembang, terutama mereka yang berkecimpung dalam bidang politik, perdagangan dan industri, memperhatikan peringatannya dengan serius, maka dampak perubahan iklim tidak akan semerusak sekarang ini.”

Saat ini, Pangeran Phillip benar-benar telah selesai dengan semua tugas-tugasnya. Beliau meninggal dalam usia 99 tahun, dua bulan menjelang ulang tahunnya yang ke-100, pada 9 April 2021 yang lalu. Semoga, apa yang menjadi pemikiran dan sumbangsihnya bagi konservasi alam dunia, termasuk konservasi ekosistem hutan hujan tropis, dapat dilanjutkan oleh para penerusnya.

Sugeng tindak Pangeran Phillip, swarga langgeng.

 


(Seksi Konservasi Sumber  Daya Alam – DLHK DIY)

Pangeran Philip mendapat penghormatan secara meluas karena
dgn setia mendampingi & mendukung Ratu Elizabeth II
.



Tak ada gunanya menunjuk-nunjuk bahaya bencan alam.

Pangeran Phillip M pemerhati Lingkungan & konservasi alam.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...