Jumat, 30 Desember 2022

MENIKMATI PENGANAN TRADISIONAL DAN RITUAL SUKU BUGIS “KUE APANG”

NusaNTaRa.Com

byRaisALembuduT,      M  i  n  g  g  u,    0   3      D  e  s  e  m  b  e  r      2  0  2  2

KUE APANG Penganan Ritual SUKU BUGIS

Indonesia  kaya akan  keberagamam  suku dengan bahasa, budaya  dan warisan dari leluhur berupa tradisi, adat-istiadat, hingga kuliner dengan ciri khas tersendir,   keragaman kuliner Indoesia  mewarnai kekhasan suku itu sendiri,  makanan  beberapa suku   Indonesia bukan hanya dibuat untuk mengisi perut, tetapi memiliki makna mendalam, berkaitan dengan kebudayaan  dan   sejarah awal pembuatannya.    Makanan tradisional yang ada saat ini diantaranya  sudah ada sejak zaman dahulu dan mungkin kita momandang sebagai hidangan somata,   tetapi tak ada salahnya mengenal setiap sajian Nusantara dengan mencari tahu dari mana asalnya, cara pembuatannya, hingga latar belakang makanan tersebut.

Sebagai contoh kuliner Suku Bugis di Sulawesi Selatan yang  memiliki penganan tradisional yang masih eksis sampai saat ini yaitu  “KUE APANG”.  Kue yang termasuk jajanan pasar ini tak hanya memiliki rasa yang lezat, tetapi juga sarat makna dan menjadi makanan penting dalam sebuah ritual yang dilakukan masyarakat Bugis.

Kue apang merupakan penganan yang mirip dengan bolu kukus.  Bahan dan cara pembuatannya pun sederhana  !!,  bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain tepung beras, tepung terigu, gula merah, air kelapa, baking powder, ragi instan, garam, santan, dam daun pandam.    Untuk proses membuatnya dimulai dari memasak air kelapa dan gula merah sampai mendidih, kemudian disaring dan didinginkan. Setelah itu, dicampurkan dengan tepung beras, dan ragi instan, lalu didiamkan satu jam. Selanjutnya ditambahkan tepung terigu, garam, baking powder, dan santan sambil diuleni. Setelah adonan selesai, bisa dituang ke dalam cetakan dan dikukus dalam dandang hingga matang dan merekah.

Cetakan kue apang sendiri beragam, ada yang berbentuk kotak, segitiga, bahkan bulat.  Warnanya kecokelatan dari gula merah dan rasanya manis  penganan ini dinikmati barengan parutan kelapa untuk memberikan rasa gurih  dan  Suku Bugis biasanya menyantap kue apang sambil minum teh atau kopi hangat serta mendesah  “weelessina ndoee nyamenna beppaee”.   Kue apang sudah dikenal sejak tahun 1960-an dan saat itu biasa disajikan pada upacara penting serta prosesi sakral Suku Bugis. Kue kukus ini juga memiliki makna mendalam yaitu harapan akan kehidupan yang tenteram dan aman.

Dalam salah satu ritual Suku Bugis yaitu  “menre’ bola”  atau masuk rumah,   ritual untuk memohon perlindungan dan keselamatan pada penghuni rumah agar terhindar dari gangguan roh jahat  dan   Kue Apang disajikan dalam acara ritual ini,  dalan acara  Kue Apeng menjadi sajian ritual dan sajian untuk menemani tuan rumah dan para tamu menikmatinya.   Diera kekinian jika anda ke kota Bugis Seperti  Makassar, Pare-Pare,  Pangkajene  terutama pasar-pasar rakyat  dan berjalan dipagi hari maka anda akan mudah menemukannya disudut pasar dengan pelanggannya menikmatinya dengan secangkir  Teh  atau Kopi.

Dalam buku  “Calabai, Perempuan dalam Tubuh Lelaki”  yang ditulis oleh Pepi AL-Bayqunie, diceritakan sebuah ritual bernama songka’ bala yang dilakukan para bissu di Segeri, Pangkep,  ritual ini termasuk upacara tolak bala dan dilakukan untuk mengusir wabah penyakit yang saat itu melanda Segeri.    Dalam  ritual songka’ bala, berbagai persiapan dilakukan mulai dari menyembelih tujuh ekor ayam, menyiapkan nasi beras ketan tujuh warna  dan berbagai kudapan khas Bugis seperti  onde-onde, wenno, bokong, leppe-leppe, baje tejjaji, kaluku lolo, serta kue apang.

Kue apang juga sering disajikan dalam acara Suku Bugis lain, misalnya acara pernikahan dan akikah. Namun, seiring berjalannya waktu, kue ini bisa disantap kapanpun dan banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Di sepanjang jalan Sidrap, Pinrang, sampai ke Parepare pun mudah ditemukan penjual kue apang.

Mendengar nama kue apang mungkin akan mengingatkan kita pada kudapan serupa yaitu KUE APEM,   Keduanya memang sama-sama kue kukus berbahan dasar beras ketan. Namun, kue apem yang banyak ditemukan di Jawa biasanya berbentuk seperti kue mangkuk dengan warna putih, merah muda, hijau, dan kuning. Bila dilihat dari sejarahnya pun berbeda karena kue apem merupakan lambang permohonan maaf atas kesalahan yang telah diperbuat, baik kepada sesama manusia atau kepada Sang Pencipta.

Saat ini Kue Apang sendiri telah menyebar ke berbagai daerah sehingga lebih mudah untuk mencicipinya tanpa perlu ke Sulawesi.  Misalnya, ada “Raja Apang Panas 77”  di Simpang Pulai, Jambi, yang masih baru dibuka di masa pandemi ini tapi sudah ramai pembeli,   bahkan, dalam sehari mereka bisa menjual kue apang sampai 20 kilogram,  di jual untuk satu kotak berisi Kue Apang  14 dengan harga Rp20 ribu.   Kemudian, ada  “Itenna”,  warga Kota Parepare yang sudah berjualan kue apang selama puluhan tahun,  kala itu  ia mesih menjual  kudapan ini dengan  harganya masih Rp1. Kue apang buatannya sudah tersohor di Sulawesi Selatan dengan resep keluarga turun-temurun.

Proses pengkukusan KUE APANG Bugis

 

Kue Apang  sajian tradisonil rasanya enak dan manis.

KUE APANG AWALNYA SAJIAN UNTUK ACARA RITUAL BUGIS.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...