Senin, 03 Februari 2020

WARGA BERMATA BIRU DI PULAU SIOMPU BUTON MASIH TURUNAN PORTUGIS

NusanTaRa.Com
byKariTaLa  LA,  05/01/2019



Perjalanan sejarah di Bumi Nusantara melahirkan banyak peradaban baru sebagai akibat dari asimilasi budaya, sejarah perjalanan bangsa, penyebaran agama dan perbauran kaum, seperti kehidupan keagamaan, Tatanan sosial, Gaya hidup, Adat dan bahkan Generasi turunan baru.   Keadaan ini dengan sendiri tidak terlepas dengan perjalanan sejarah di Tanah Buton Sulawesi Tenggara yang kaya akan sumberdaya alam dan Budaya,  sehingga di daerah ditemukan satu kaum dengan ciri fisik Kulit Putih, Rambut rada Pirang dan Bermata Biru yang biasa disebut “  Warga Bermata Biru “ yang  banyak bermukim di Pulau Siompu Buton Sulawesi tenggara.

Generasi bermata Biru bermunculan  di wilayah Siompu bermula  dari  persahabatan Raja Siompu II, La Laja atau La Sampula  dengan para pelaut Portugis  yang bermarkas disana.    Saking eratnya persahabatan tersebut,  Raja Siompu II menikahkan putrinya Wa Ode Kambaraguna dengan seorang Portugis  yang konon bernama Pitter.   Pernikahan putri Siompu dan pria Portugis itu melahirkan beberapa anak, termasuk La Ode Raindabula, yang berpostur tinggi, berkulit putih, dan bermata biru.

Kejayaan Rempah di abad ke 16 menjadikan  perburuan rempah  di kalangan  pelaut Portugis masuk Nusantara,   meski  tujuan utama  ke Kepulauan Maluku  yang merupakan rumah bagi tanaman rempah primadona :  cengkeh dan pala.   Awalnya para pelaut Portugis  melintasi jalur Utara melewati  Pulau Mindanao  wilayah Filipina  namun banyaknya  aksi perompak, Portugis mengalihkan rute pelayaran ke Selatan.   "  Lewat jalur Selatan, mereka menemukan Pulau Buton  ", Ujar SiDin La Ode Yusri,  Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (9/11/2017).

Jalur Selatan tersebut membuat pelaut Portugis  menemukan Pulau Buton dan menjadikannya sebagai daerah  persinggahan bagi  pelayaran Portugis yang menuju ke Maluku.   Selama berlabuh, mereka mengisi perbekalan serta menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Buton sekitar tahun 1500an (Tiga Sultan Buton :  Murhum atau Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis (1491-1537), La Tumparasi atau Sultan Kaimuddin (1545-1552), dan La Sangaji (1566-1570).       Seiring waktu terjalin keakrapan lewat perkawinan,   beberapa perempuan keturunan bangsawan Buton dipersunting pria Portugis. Mata biru merupakan ciri anak-anak hasil perkawinan silang Buton-Portugis itu.

La Ode Raindabula merupakan generasi pertama mata biru di Siompu. Selanjutnya, La Ode Raindabula mempersunting perempuan bangsawan dan memiliki lima anak, antara lain La Ode Pasere yang merupakan kakek buyut La Dala dari pihak ibu.   Menurut La Dala, La Ode Raindabula sudah meramalkan perihal keturunannya yang bakal mewarisi ciri fisik ala Eropa,   "  Beliau meramal, pada keturunan kelima dan keenam akan muncul lagi ciri khas orang Eropa  ", Ujar SiDin La Dala, yang kini berstatus Kepala Sekolah Dasar 2 Kaimbulawa, Siompu itu.

Menurut La Dala turunan ke lima dan anaknya Ariska turunan ke enam bahwa  selain di Siompu  familinya juga menyebar di wilayah lain.   "  Saudara saya banyak yang menetap di Ambon  ", Ujar SiDin La Dala.   Sebagai keturunan bermata Biru, mereka juga biasa mengalami  perlakuan perbedaan dari sesame,    "  Waktu belajar di SPG (Sekolah Pendidikan Guru), saya sering dihina. Katanya, 'Belanda hitam'. Katanya, pengkhianat  ", Ujar SiDin La Dala.  Perkara serupa pernah pula dialami Ariska. Saat belajar di SMP Negeri 4 Baubau, Ariska sering dipanggil "mata setan"  dan salah seorang gurunya sempat meragukan keaslian bola mata Ariska.

Lokasi utama pemukiman warga keturunan bermata biru di Pulau Siompu bisa dijangkau lewat perjalanan laut dari Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, dengan tujuan ke Kota Baubau, Pulau Buton. Perjalanan itu butuh waktu enam jam dengan menumpang feri.  Dari Baubau, perjalanan berlanjut dengan penyeberangan menuju Pulau Siompu--durasinya sekitar 30 menit bila menumpang perahu cepat (speedboat). 

Selain di Siompu Warga Bermata Biru bisa juga ditemukan di Desa Boneatiro, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton,  wilayah tersebut bisa dijangkau dengan perjalanan darat sejauh lebih kurang 50 kilometer dari Kota Baubau atau 1,5 jam perjalanan.   Di Desa Boneatiro bermukim seorang bocah  Fardhan Ramadhan (5) berciri fisik Kulit putih, rambut pirang, mata biru dan tetangganya kerap menyapa bocah itu sebagai Si Mata Biru.    Ibu Fardhan, Diana (34) menyebut garis keluarga almarhum suaminya,  Faisal Ambo Dale (telah wafat) mewariskan mata biru kepada Fardhan.  Menurut Diana, almarhum suaminya merupakan keturunan Portugis yang lahir di Morowali, Sulawesi Tengah.

Dari hasil penelusuran sementara, di Desa Waindawula P Siompu, tersisa tiga rumpun yang masih mewariskan pigmen keturunan Portugis. Mereka hidup di desa tersebut sebagai petani. Kurang lebih 10 orang yang bermata biru, termasuk Dala dan anaknya. Sementara, keturunan lainnya, matanya tidak biru tapi rambutnya pirang dan kulitnya tetap putih. Jumlah penduduk di Desa Waindawula sekitar 20 KK. Jarak rumah di desa ini saling berjauhan satu sama lain. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kebun.

Kejayaan Rempah di abad ke 16 menjadikan  perburuan rempah  di kalangan  pelaut Portugis masuk Nusantara,   meski  tujuan utama  ke Kepulauan Maluku  yang merupakan rumah bagi tanaman rempah primadona :  cengkeh dan pala.   Awalnya para pelaut Portugis  melintasi jalur Utara melewati  Pulau Mindanao  wilayah Filipina  namun banyaknya  aksi perompak, Portugis mengalihkan rute pelayaran ke Selatan.   "  Lewat jalur Selatan, mereka menemukan Pulau Buton  ", Ujar SiDin La Ode Yusri,  Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (9/11/2017).

Jalur Selatan tersebut membuat pelaut Portugis  menemukan Pulau Buton dan menjadikannya sebagai daerah  persinggahan bagi  pelayaran Portugis yang menuju ke Maluku.   Selama berlabuh, mereka mengisi perbekalan serta menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Buton sekitar tahun 1500an (Tiga Sultan Buton :  Murhum atau Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis (1491-1537), La Tumparasi atau Sultan Kaimuddin (1545-1552), dan La Sangaji (1566-1570).       Seiring waktu terjalin keakrapan lewat perkawinan,   beberapa perempuan keturunan bangsawan Buton dipersunting pria Portugis. Mata biru merupakan ciri anak-anak hasil perkawinan silang Buton-Portugis itu.

Keberadaan  warga bermata biru di Siompu Buton  sebagai generasi persilangan warga Portugis dengan warga di pulau tersebut, memiliki komunitas agak banyak dan daerah penyebaran dibeberapa wilayah telah membentuk satu  generasi tersendiri di sana.   Meski beberapa daerah di Nusantara pernah jadi persinggahan Bangsa Portugis tapi tak banyak yang meninggalkan generasi demikian, satu lagi generasi demikian ditemukan di negeri Serambi Mekkah Aceh yaitu kaum  dengan bermata Biru,  Kulit berwarna putih dan rambut pirang  yang bermukim di Lamno Aceh, sebagai diketahui bahwa daerah  ini pernah di jajah oleh bangsa Portugis. 


Negeri Buton di jazirah tenggara,

Warga bermata biru satu warga di Bumi Nusantara.  



NusanTaRa.Com melayani pemasangan Iklan 
sila hubungi Nomor talian 08125856599 
atas nama JoeLorenT 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...