Rabu, 01 Desember 2021

DISKUSI “ADDRESSING WATER-ENERGY-FOOD SECURITY NEXUS UNDER A CHANGING CLIMATE” SECARA VIRTUAL DI IKUTI ARKANATA AKRAM

NusaNTaRa.Com

byLaSIKuAgaY,     J  u  m ‘ a  t,     2   6     N  o  v  e  m  b  e  r     2  0  2  1

Saya sebagai Anggota BKSAP DPR RI menghadiri sidang dan diskusi panel bertemakan  “Addressing Water-Energy-Food Security Nexus under a Changing Climate”  yang merupakan rangkaian Sidang The 11th Asia-Europe Parliamentary Partnership (ASEP-11) yang diselenggarakan secara virtual dari Phnom Penh, Kamboja.    Diskusi panel ini diawali dengan paparan para ahli dan bertujuan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan air, pangan serta energi bagi masyarakat secara berkelanjutan.

Presentasi pertama tentang ketahanan pangan dalam upaya pemulihan dunia dari pandemi Covid-19. Ketahanan pangan memiliki keterkaitan dalam upaya pembangunan berkelanjutan (SDGs) serta perubahan iklim, karenanya upaya mempertahankan ketahanan pangan sejalan dengan upaya pemulihan yang dilakukan berbagai negara di dunia.

Data terbaru menunjukkan, setidaknya ada 155 juta orang di 55 negara berada dalam krisis pangan, dan lebih dari 124 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan. Untuk itu, menanggapi persoalan yang terjadi akibat perubahan iklim, Indonesia menyoroti tiga hal yang dapat dilakukan guna keluar dari situasi darurat, yakni Energi Baru dan Terbarukan (EBT), pengembangan Food Estate dan Program Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RLH). 

Saya menjelaskan bahwasanya EBT akan meningkatkan implementasi Nationally Determined Contribution (NDC) di Indonesia dengan strategi jangka panjang dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) demi mencapai Net Zero Emissions pada 2060.  Saya menambahkan, Indonesia juga telah mendorong implementasi biofuel dan elektrifikasi di sektor transportasi masing-masing sebesar 46 persen dan 30 persen.   Saya menilai EBT sangat penting sekali, menjadi harapan kami yang duduk di Komisi VII DPR RI agar EBT bisa digunakan serta dirasakan manfaatnya untuk seluruh rakyat Indonesia, terutama yang ada di pelosok seperti halnya saya sendiri yang berasal dari Dapil Kalimantan Utara.

Saya juga melihat tak hanya beberapa hal terkait EBT dan food estate, pemerintah pusat juga bekerja sama dengan pemerintah daerah melaksanakan program Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RLH) sebagai upaya untuk mengurangi potensi krisis air.   Hal ini sejalan dengan target SDGs Nomor 6 tentang memastikan akses air dan sanitasi untuk semua. Di sisi lain, saat ini hampir setiap negara sedang menghadapi beberapa tantangan mulai dari anggaran yang terbatas, kurangnya teknologi, serta sistem birokrasi yang kompleks.

Saya menjelaskan bahwa kita harus menekankan kembali pentingnya lembaga parlemen DPR RI. Anggota parlemen bisa mengintensifkan peran mereka dalam mengatasi tantangan melalui fungsi penganggaran, pengawasan, dan legislasi. Selain itu, anggota parlemen juga harus mengambil lebih banyak inisiatif untuk mendorong kolaborasi antar negara.

Kami percaya bahwa tidak ada negara yang mampu mengatasi masalah ini sendirian. Kami juga menyerukan lebih banyak kerja sama dan dukungan internasional melalui kerangka kerja multilateral dan bilateral untuk mengatasi tantangan ini bersama-sama.   Diskusi panel ini diakhiri dengan penyampaian ringkasan dari keseluruhan diskusi oleh Rapporteur. Hasil diskusi panel ini akan menjadi bagian dari rekomendasi parlemen pada The 13th Asia-Europe Meeting (ASEM) Summit.   dr.FB.ArkanatAArkaM.26/11/2021.

Air, Pangan dan Energi kebutuhan manusia, 

Arkanata Arkam  air, Pangan dan energi  perlu penanganan borsama. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...