Sabtu, 25 Desember 2021

CAPPOTTA DEHH MOHANGU DI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU, YAITU TRADISI MENANGKAP IKAN MASYARAKAT DI LEMBAH BADA

NusaNTaRa.Com

byGreaTBritteN,     J  u  m ‘ a  t,   0   2     D  e  s  e  m  b  e  r     2  0  2  1

Mohangu-hangu di Lembah Bada  sulteng

Selain keindahan alamnya Lembah Bada yang berada di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah ternyata memiliki beragam kearifan lokal dan diantaranya terdapat kegiatan yang  cukup menarik untuk diikuti.   Salah satunya adalah tradisi Mohangu yang dilakukan di Desa Tuare, Lore Barat (25/11/2021),  yaitu  sebuah kegiatan penangkapan ikan  dengan alat dari bamboo di kolam tradisional khas Lembah Bada, bagian dari lanskap Cagar Biosfer Lore Lindu, Sulawesi Tengah.

  Masyarakat hanya diperkenankan menangkap ikan menggunakan alat  “hangu”  dan  “pehao”,  yang keduanya terajut dari bamboo  ”,  Ujar tulisan unggahan akun Instagram Taman Nasional Lore Lindu  @bbtn_lorelindu (28/11/2021).   Tradisi Mohangu diriwayatkan kala orang-orang Bada yang terbiasa bercocok tanam dan berburu, mencari cara lain mendapatkan lauk  dengan cara  mencari di sungai untuk mendapatkan ikan besar dan juga kolam, menggunakan bambu yang dibuat sedemikian rupa.

Dan tradisi ini selain mengikat persaudaraan antar desa di Lembah Bada, juga sebagai pelestarian cara-cara ramah lingkungan dalam budidaya dan menangkap ikan.    Pengelolaan kolam tradisional dan kegiatan Mohangu di Desa Tuare ini merupakan bagian kegiatan pengelolaan Dana Konservasi Desa dalam skema Kesepakatan Konservasi Masyarakat (KKM) melalui Forest Programme III Sulawesi, yang diselenggarakan bersama antara Lembaga Pengelola Konservasi Desa dan pemerintah Desa setempat   ”,  Ujar Tulisan di TNLL.

Seperti biasanya dikala pagi  hari saat matahari mulai meninggi dilangit,  warga sudut kampung Desa Bewa, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso,  beramai – ramai membawa alat penangkap ikan berbahan dasar bambu anyam layaknya bubu untuk menangkap ikan.  Jika bubu hanya ditaruh di bawah air sambil menunggu ikan masuk perangkap,  namun alat  yang mereka  pakai lebih aktif oleh penggunanya,    Namnya hangu. Kegiatan menangkap ikan disebut mohangu  ”,  Ujar SiDin Burhan Lamama, warga Desa Bewa.

Masyarakat  yang mendiami Lembah Bada memiliki ragam kearifan lokal, seperti Modulu-dulu  yaitu kearifan local makan bersama – sama, setiap warga membawa sajian tersendiri dari daerahnya dan minum tuak dari aren yang disebut Saguer.   Tradisi menangkap ikan Mohangu yang sudah lama memiliki kesamaan hal  dengan modulu-dulu, kegiatan ini memiliki nilai kebersamaan dan kekerabatan tanpa melihat status gender atau sosial.  Ratusan orang, mulai anak-anak, remaja hingga dewasa, campur bersama mencari ikan di kolam seluas satu hektar,     Setiap orang bisa menangkap ikan sepuasnya, tanpa batasan. Jenisnya ada ikan mas, mujair, gabus, nila, lele, dan sebagainya   ”,  Ujar SiDin Burhan Laji.

Tradisi modulu-dulu dimulai 1930-an saat orang Bada mulai tahu membuat sawah menggunakan kaki kerbau sebagai pembajak.  Saat makan siang, pemilik sawah yang berdekatan itu, 20-an orang, membagi diri; setiap kelompok 4 orang.     Tradisi ini masih berlangsung dan terus ditingkatkan. Kegunaannya menjaga persaudaraan, kebersamaan, dan menyelesaikan masalah bersama demi kepentingan umum. Jika ada pejabat, mereka duduk melantai, setara dengan lainnya  ”,   Ujar SiDin Burhan Lamama.

Mohangu tidak dilakukan setiap saat, kadang setahun sekali. Kadang, pada acara tertentu. Saat ini, setiap warga yang ikut dikenakan biaya senilai Rp 50.000, dibayar ke pemilik kolam. Setelah itu dipersilakan menangkap sepuasnya.     Dulu, jika ada yang mendapat 10 ekor, satu ekor diberi ke pemilik kolam. Jika dapat 20 ekor diberi du ekor, begitu seterusnya   ”,   Ujar SiDin  Hendrik Mangela, tokoh masyarakat Lembah Bada.

Agus Tohama, pemandu wisata senior di Lembah Bada mengatakan, banyak wisatawan asing datang ke Lembah Bada hanya untuk melihat tiga hal. Pertama, penasaran situs-situs megalitik seperti arca atau patung Palindo yang posisinya miring. Kedua, menyaksikan keindahan alam dan hutan Lembah Bada hingga melakukan jungle tracking. Ketiga, penasaran dengan budaya di Lembah Bada.    Umumnya, wisatawan mancanegara yang datang dari Eropa  ”,  Ujar SiDin  Agus Tohama dpemandu wisata dengan Plabomoranya (hebatnya).

Mencari ikan dalam perairan,

Mohangu – hangu  joo  di Lemba Bada dapat Ikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...