Sabtu, 18 Desember 2021

BUILD UP AGAIN CANDI KEDULAN SEJARAH YANG TELAH HILAM RIBUAN TAHUN

NusaNTaRa.Com

byIrkaBPiranhA,     R  a  b  u,    0   3      N  o  v  e  m  b  e  r     2  0  2  1 

Candi "Kedulan"  Sleman Yogyakarta

Candi Kedulan merupakan situs purbakala yang bercorak agama Hindu  yang   terletak di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.   Menurut catatan sejarah, candi ini dibangun sekitar abad ke-8 Masehi dan ke-9 Masehi pada saat zaman Mataram Kuno,   ribuan tahun  kemudian  candi ini  menghilang dan baru kembali ditemukan pada tanggal 24 September 1993,   Candi Kedulan ini ditemukan oleh para pekerja yang sedang menggali pasir kemudian mereka menemukan susunan blok-blok pada kedalaman tiga meter.

Hasil kajian stratigrafi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, kemungkinan besar candi ini telah tertimbun lahar Gunung Merapi yang diduga kuat meletus pada Abad ke 11 Masehi,    letusannya berlangsung secara besar-besaran, sehingga menutup candi dengan lahar setebal 8 meter yang tersusun atas 15 lapisan sendimen.   Pada tanggal 15 sampai dengan 24 November 1993, ekskavasi candi ini langsung dilakukan  bokorja sama dengan jurusan arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada  untuk menyelamatkan aset arkeologi yang  mengalami kerusakan,  mencegah kepunahan akibat aktivitas manusia dam menemukan data arkeologi.

Dari hasil ekskavasi disimpulkan bahwa  Candi Kedulan  berlatar belakang Hindu seperti  ditemukannya Lingga,  Arca Durga Mahisasuramardini dan Arca Ganesa yang merupakan panteon agama Hindu.   Secara vertical Candi Kedulan  terdiri dari tiga bagian  yaitu kaki candi,  tubuh candi  dan  atap candi.   Kaki  Candi   berdenah persegi berukuran, 12,05 x 12,05 meter dan tinggi 2,72 meter dengan penampil di sisi timur yang berfungsi sebagai tangga masuk,  bagian Kaki Candi memiliki salasar yang dikelilingi Pagar Langkan dan relung pada sotiap sisi.

Arca Durga terdapat pada relung sisi utara dan pada bagian bawah relung ada lubang yang berfungsi sebagai saluran air menuju selasar.   Pada relung sisi barat berisi arca Ganesa, Sedangkan relung sisi selatan belum ditemukan arca yang mengisinya.   Bagian atas relung berhiaskan kala tanpa rahang bawah, di kanan kiri relung berhiaskan pilaster dengan motif dedaunan dan makara. Selain itu, Candi Kedulan juga memiliki pagar halaman I dan halaman II, namun yang baru ditemukan berupa pagar halaman I sisi utara dan selatan.

Sumber tertulis yang terkait dengan situs ini, terdapat pada prasasti Sumuņdul dan prasasti Pananggaran ditemukan pada 2002.  Kedua prasasti ini berhasil dibaca oleh Cahyono Prasodjo dan Riboet Darmosutopo dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Isinya menceritakan tentang adanya sebuah bendungan yang digunakan oleh masyarakat dari dua desa yakni Pananggaran dan Parhyangan, serta adanya kewajiban membayar pajak untuk pengelolaan bendungan tersebut.

Bermakna bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengenal manajemen irigasi dan pemanfaatannya dalam pertanian dengan baik,   selain itu  disebutkan adanya bangunan suci bernama Tiwagaharyyan meski belum pasti masuk bangunan suci menunjuk Candi Kedulan  terlebih hingga kini belum ditemukan tanggal pasti pembangunan bangunan suci Tiwagaharyyan.   Karena itulah untuk menentukan pembangunan Candi Kedulan mengacu pada angka yang tertera pada prasasti Sumuņdul dan prasasti Pananggaran yang berangka tahun 791 Saka atau 869 Masehi.

Yoses Tanzaq  arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan dari prasasti Tlu Ron yang ditemukan, Candi Kedulan memiliki nama asli Parahyangan i Tigaharyyan yang memiliki arti bangunan suci milik kerajaan.   “  Prasasti Tiga Ron ditulis dengan huruf Jawa Kuna, berbahasa Sanskerta dan Jawa Kuna. Berisi tentang pembangunan saluran irigasi untuk mengairi ladang di Desa Kalikalihan yang pajaknya digunakan untuk memperbaiki bangunan suci di Tiga Ron (Tlu Ron). Dikisahkan pula, Raja Balitung pernah mandi di mata air dekat bangunan suci tersebut  ”,   Ujar SiDin  Yoses menjelaskam.

Candi Kedulan memang telah ditemukan sejak 1993, namun dalam waktu bertahun-tahun terbengkalai,   bahkan wilayah candi ini sering terendam oleh air sehingga dijadikan tempat memancing oleh masyarakat sekitar.  Karena itulah pada tahun 2021 ini, proyek pemugaran situs purbakala ini akan dilakukan. Menurut Plt. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY, Zaimul Azzah menyebutkan proses pemugaran ini mestinya sudah dilaksanakan sejak 2020 kemarin,  acouse   pandemi Covid-19, proyek ini harus ditunda,  pemugaran  dimulai lagi pada Juni  2021  dan direncanakan selesai dalam kurun waktu enam bulan.

Zaimul menyatakan bahwa pemugaran pertama sebenarnya telah dilakukan pada tahun 2018, lalu pada 2019 dilakukan pemugaran tiga candi perwara. Sedangkan untuk tahun ini pemugaran akan dilakukan kepada pagar candi yang kondisinya sudah rusak parah.   “  Prosesnya memang sangat panjang, sejak September 1993 waktu para penggali pasir menemukan batu-batu candi, kemudian dilakukan studi ekskavasi, kami bekerja sama dengan Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, baru pada 2018 dilakukan pemugaran candi utama. Butuh waktu 25 tahun   ”,   Ujar SiDim Zaimul Azzah.

Zaimul mengungkapkan ada beberapa kendala yang menghambat proses pemugaran selain pengaburan sejarah dan pengrusakan,  seperti candi yang terdapat di bawah tanah dan saat digali ternyata menemui banyak mata air yang membuatnya digenangi oleh air. Pada sisi barat terdapat juga sungai yang elevasinya lebih tinggi dari candi tersebut sehingga membuat debit mata air makin deras,   “  Sehingga seperti kolam yang merendam di situ, sehingga digunakan untuk kolam pemancingan oleh masyarakat sekitar, karena memang belum dipugar, masih dalam tahap penelitian   ”,   Ujar SiDim Zaimul dengan Soppenger (Jumawanya).

Pemugaran maka  peluang menjadikannya tempat wisata akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar sebagaimana wisata candi lainnya,  masyarakat  disekitarnya akan membangun ekonominya dengan  usaha kecil seperti warung makan, parkir motor, Balai Ekonomi Desa (Balkondes), dan penginapan/homestay serta berbagai pagelaran Kreatip.  Tentunya pemamfaatan situs budaya harus mengutamakan kepentingan pelestarian hingga berbagai sisi positipnya dapat dipertahankan hingga akhir zaman dan perlu adanya peran masyarakat untuk melestarikan. 

Susunan batu tempat memuja kebesaran  Tuhan,

Candi Kedulan  ditemukan  di desa Kedulan Sleman.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...