Kamis, 11 November 2021

GUBERNUR KALBAR BANJIR DI DISEBABKAN DEFORESTASI DAN TAMBANG DAN WALHI MENYEBUT PENYANGGA HILANG FUNGSI

NusaNTaRa.Com

byGreatSBriteN,      S  e  l  a  s  a,    0   9      N  o  v  e  m  b  e  r      2  0  2  1

Pesepeda melintasi SPBU  yang terendam banjir di Jln Ahmad Yani, Putussibau, Ka Kapuas Hulu. 

Sutarmidji,  Gubernur Kalimantar Barat (Kalbar)  mengakui bahwa deforestasi dan pertambangan adalah penyebab bencana banjir yang menerjang beberapa wilayahnya belakangan ini, termasuk Sintang.  Dia membandingkan penyebab banjir itu dengan banjir tahun 1963  yang  menurutnya  ada perbedaannya  yaitu banjir tahun 1963 dipicu oleh perubahan iklim bukan deforestasi,   sebab  saat itu aliran sungai dan serapan air masih terbilang bagus.  "  Kalau sekarang ini lebih banyak karena deforestasi dan pertambangan tidak diikuti dengan menangani tempat pembuangan, aliran air dan sebagainya  ",  Ujar SiDin Sutarmidji dalam wawancara di TV One, Selasa (9/11/2021).

Sutarmidji menuturkan, hutan-hutan di Kalbar sudah habis lantaran Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) banyak diberikan kepada perusahaan,   sehingga, lahan konsesi lebih banyak dibanding dengan hutan yang ada.  Apalagi, kata Sutramidji, pemberian HTI itu dibarengi dengan manajemen dan pengawasan yang yang buruk,  terlebih   banyak perusahaan yang menebang kayu sembarangan dan tidak bertanggung jawab.  "  HTI itu kan diberikan harusnya dengan meanajemen dalam memperlakukan lahan. Tapi yang dilakukan oleh pemegang konsesi HTI saat ini adalah kayu-kayu nya diambil semua, ditebang semua, iuran hasil hutannya tidak dia bayar kemudian lahan dia tinggalkan, dia tidak tanam lagi  ",  Ujar SiDin Sutarmidji Laji.

Warga saat banjir berlangsung

Selain itu, konsesi untuk tambang juga ikut menyumbang bencana banjir. Sutarmidji menyebut pertambangan di Kalbar itu cukup besar besaran,  "  Tambang diberikan konsesi untuk ekspor mentah tidak diolah. Bayangkan 49 juta ton setiap tahun. Kalau misalnya 5 tahun aja itu sudah berapa luas lahan di Kalbar yang turun  ",  Ujar Sutarmidji menambahkan.   Konsesi lahan itu kemudan banyak mengurangi lahan hutan atau deforestasi. Ia menyebut, akibat konsesi itu, resapan air pun turut berkurang. Imbasnya, ketika musim hujan tiba, air yang turun tidak dapat terserap.

Kepala Divisi Kajian, Dokumentasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Barat, Hendrikus Adam menyebut banjir yang melanda Kabupaten Sintang bukan hanya diakibatkan oleh hujan deras.   Menurutnya, sebab lain disebabkan karena  wilayah penyangga hutan atau sungai telah kehilangan fungsi sebagai daerah serapan air  sehingga  banjir tersebut jadi tak kunjung surut hingga dua pekanm,   "  Hujan itu hanya pemantik saja sebenarnya  ",  Ujar SiDin Hendrikus Adam dengan plabomoranya (hebatnya)  pada CNNIndonesia.com, Senin (8/11).

Hendrikus Adam mengatakan ada faktor air kiriman dari hulu sungai, sehingga banjir menggenangi wilayah Sintang tak kunjung surut.   Terlebih, letak Kabupaten Sintang berada di lekukan Sungai Kapuas,  sehingga  limpahan air yang meluap ke permukaan daerah cekung membuat banjir tak kunjung surut.  Adam menyebut banjir di Sintang juga imbas dari bentang alam wilayah penyangga di daerah sekitar sungai yang kehilangan fungsinya.

Sebab, saat ini, wilayah penyangga sekitar Sungai Kapuas maupun anak-anak sungai lain yang selama ini memiliki peran penting mulai dibuka untuk proyek pembangunan skala besar,  "  Wilayah penyangga yang memiliki peran penting melalui aneka jenis pohon di dalamnya, mulai kehilangan fungsinya  ",   Ujar  SiDin Hendrikus.

Fungsi wilayah penyangga adalah untuk mendukung kawasan konservasi dalam mempertahankan kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati.   Akibat kehilangan fungsinya, daya dukung wilayah penyangga sekaligus daya tampung sungai-sungai menjadi terganggu,  "  Ketika kemudian proses eksploitasi melalui industri ekstraktif memporakporandakan wilayah bentang alam penyangga, maka pasti resiko terjadinya bencana ekologis, seperti banjir sangat mungkin terjadi  ",  Ujar SiDin H Adam. 

"  Hujan kan sudah tidak ada jadi resapan lagi. Kayu kayu sudah tidak ada untuk penyimpanan air  ",  Ujar SiDin Sutarmidji  ucapnya.  Sutarmidji mengklaim pihaknya ingin mencabut HTI tersebut. Namun, pihaknya tak punya wewenang untuk mencabut HTI tersebut. Sebab, HTI diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).   "  Penyebab hutan hutan habis itu adalah ya pemberiann konsesi hutan HTI. Itu yang harusnya dicabut semua, cabut semua kemudian kita penghutanan kembali. Dan serahkan ke masyarakat HTI itu. Negara [harusnya cukup] menyediakan bibit dan sebagainya   ",  Ujar SiDin Sutarmidji Laji.

Sebelumnya, banjir terjadi di 12 Kecamatan di Kabupaten Sintang. Selama lebih dari dua pekan banjir itu tak kunjung surut.  Berdasarkan data BPBD Kabupaten Sintang yang dihimpun olehnya, per Sabtu (6/11), sebanyak 24.522 KK atau 87.496 jiwa terdampak. Abdul menyebut, banjir itu mengakibaykan dua warga meninggal dunia, masing-masing di Kecamatan Tempunak dan Binjai.

Gub. Kalbar Sutarmidji meninjau Banjir di Sintang

Air melimpah memasuki sungai,

Ujar Sutarmidji banjir di Sintang couse by Deforestasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...