Rabu, 10 November 2021

DI DALAM KAMPONG ARAB CINA TERNATE TERDAPAT KAMPONG ARAB TEMPAT RUMAH LETNAN ARAB, KAMPONG PALEMBANG DAN KAMPONG MAKASSAR

NusaNTaRa.Com

byBakrISupiaN,    S  e  l  a  s  a   1 6     F  e  b  r  u  a  r   i     2  0  2  1

Seakan berdiri magis  sebuah   rumah tua itu berwarna serba putih,    mulai pagar panggungnya putih,  dinding rumahnya serba putih  dan   langit-langitnya juga putih.   sepintas lalu rumah itu terlihat  tak ada yang istimewa,   namun jika kita perhatikan dan selidiki lebih detail,  tornyata rumah itu menyimpan nilai multikultural yang kaya.   Bangunan  bergaya panggung Melayu,   lantainya diimpor dari Eropa dan  ornamennya bergaya Cina  namun  yang tinggal di rumah tersebut adalah keluarga keturunan Arab.

Orang – orang  disekitar rumah itu menyebutnya  sebagai Rumah Letnan Arab,   Letnan Arab atau Kapita Arab adalah gelar yang diberikan Kesultanan Ternate kepada perwakilan komunitas Arab  dan yang menghuni rumah tersebut tercatat sebagai  turunan kelima Letnan Arab.   Di zamannya,  Para pemimpin komunitas Cina dan Arab mendapat kehormatan dan dimasukkan  dalam struktur Kesultanan Ternate sebagai perwakilan dan penyambung antara komunitas mereka dengan Kesultanan.

Kelucuan dari Rumah Letnan Arab ini  yang berada di Kampong Arab Ternate, karena  Kampong Arab ini berada di dalam wilayah  Kampong Cina Ternate.   Menurut kisah masyarakat lama disitu ketika saya bertraveling kesana (penulis) bahwa   selain Kampong Arab di Kampong  Cina Ternate ini terdapat juga Kampong Palembang dan Kampong Butun.   Hanya saja, kini orang-orang Palembang sudah pergi dan tak menghuni kampung itu lagi dan wilayah tersebut   sudah berganti wajah menjadi pusat perniagaan dengan banyak bangunan pertokoan dan bank yang berdiri di atasnya.

Niat buruk  Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) sejak awal  untuk  memonopoli perdagangan rempah dari Ternate.  Padahal, sebelum bangsa Eropa itu datang ke Ternate, para pedagang asli Ternate sebenarnya telah terbiasa menjalin transaksi rempah dengan pedagang-pedagang dari Nusantara, Tiongkok, India, dan Arab.  Tak ada dari mereka yang memiliki niat rakus untuk memonopoli perdagangan rempah dari Ternate ini seperti bangsa Eropa.   Meski dahulu para pedagang dari Cina, Arab, Melayu, India, Palembang, Butun dan Makassar terbiasa hidup berbaur bersama orang-orang asli Ternate,   kedatangan   VOC  Belanda, para pedagang dari Asia itu kemudian dipaksa untuk tinggal secara berkelompok sesuai komunitas etnis masing-masing di tempat-tempat yang terpisah satu sama lain, yang kini dikenal sebagai kampong-kampong.

  Pembagian kampong-kampong ini baru terjadi pada awal abad ke-17. Awal ketika Benteng Oranje mulai dibangun (oleh VOC). Jadi ketika Benteng Oranje dibangun, 1606, di situlah para pedagang-pedagang tadi dikumpulkan di sekitar benteng  ”,   Ujar SiDin  Maulana Ibrahim  dosen ketika  arsitektur di Universitas Khairun dan pendiri Ternate Heritage Society  yang ditemui Bakri Supian Jurnalis sposial NusaNTaRa.Com ketika  menhadiri  acara   "  Avontur Daring Kampong Cina Ternate dan Sekitarnya: Perjalanan yang Mengungkap Kisah di Balik Toponimi Kampung-kampung Tua di Jantung Kepulauan Rempah  ", Sabtu (13/2/2021).

Meski wilayah tempat tinggal para warga pendatang itu dipisah-pisahkan oleh VOC dengan dibagi per kampong, pergaulan antar mereka sangatlah cair dan rukun, dan itu terus terejawantahkan hingga sekarang. Vice Chairman Ternate Heritage Society, Aiye Lee, dalam acara avontur daring yang sama menceritakan bahwa setiap ada perayaan hari besar Islam, warga keturunan Cina di Ternate rajin mengantarkan makanan untuk warga keturunan Arab. Begitu pula saat ada perayaan hari besar Tionghoa, orang-orang keturunan Arab juga rutin mengantarkan makanan untuk warga keturunan Cina tersebut.

Aiya Lee menekankan, toleransi beragama masyarakat Ternate sangatlah tinggi sejak dulu hingga sekarang.   Ia mencontohkan,     Pas Imlek kemarin, ada pengajian di Gang Habib I (yang terletak di dalam Kampong Cina). Pengajian sengaja setop jam 9 malam.   Kemudian di-prepare (dipersiapkan) untuk acara Imlek jam 10  ”,  Perayaan Hari Tahun Baru Imlek pada 2021 di Ternate ini menggambarkan betapa indahnya nilai-nilai kebersamaan masyarakat di sana.

Dalam acara avontur daring ini, seorang peserta sempat bertanya apakah ada identitas penanda yang membedaan wilayah komunitas Kampong Arab dan Cina di Ternate.  Maulana Ibrahim menjawab, penanda indetitas antar kampong itu justru bisa sangat berbahaya,  karena akan memperkuat stereotipe antaretnis di sana.     Kalau kita kembali memberikan penanda, apa bedanya kita dengan  VOC ?  ”,   Ujar  SiDin Maulana Ibrahim dengan plabomoranya (hebatnya).  Yang selama ini sudah berlangsung di Ternate, warga dari berbagai etnis bisa hidup membaur satu sama lain. Mereka bisa hidup rukun berdampingan dengan nilai-nilai kekeluargan dan toleramsi yang luhur.

VOC membagi wilayah masing-masing kampong dengan lokasi-lokasi yang dekat dari Benteng Oranje. Pembagian kampong-kampong ini dilakukan oleh VOC agar mereka bisa dengan mudah mengawasi dan mengontrol para pedagang dari Asia tersebut.     Jadi kota Ternate tuh dibagi-bagi seperti orang membagi pizza. Di bagian utara Banteng Oranje adalah jatahnya Kampong Makassar  ”,  Ujarb Maulana mencontohkan.   Kemudian Aiya Lee menimpali,     Sekarang di seberang rumah tiga lantai milik orang keturunan Cina itu ada rumah dengan arsitektur Melayu yang ditinggali oleh orang keturunan India  ”,   Kecuali saat datangnya kolonial Eropa, sejak dulu hingga nanti tampaknya kehidupan warga di Ternate akan senantiasa berlangsung baik tanpa perlu sekat etnis, tanpa perlu batas wilayah.

Dalam Kabupaten terdapat beberapa Kecamatan,

Kampong Cina Ternate terdapat Kampong Arab, Palembang dan Butun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...