Senin, 11 Desember 2023

CHUNG JI TAE, MENGKAJI GAMELAN ARIRANG TERIMA GELAR DOKTOR DARI UNIVERSITAS GAJAH MADA

NusaNTaRa.Com 

byLaDollaHBantA,       S  a  b  t  u,    1   8     N  o  v  e  m  b  e  r     2   0   2   3

Chung Ji Tae asal Korsel terima gelar Doktor dari UGM atas kajiannya Gamrlan AriranG

Musisi asal Korea Selatan  Chung Ji Tae yang  berhasil meraih gelar doktor dalam Program Studi Kajian Budaya dan Media Universitas Gadjah Mada atau UGM  dengan disertasi  bertema tentang Gamelan Arirang,  yang  merupakan  musik  kolaborasi budaya antara Indonesia dan Korea Selatan.   Chung Ji Tae mengaku terpesona dengan musik gamelan saat kali pertama menginjakkan kaki di Indonesia tahun 2011 silam  sementara  kecintaannya  pada  musik sendiri sudah sejak kecil dan membuatnya tekun belajar musik tradisional Korea,    “  Saya merasa suara gamelan sangat eksotik  ”,  Ujar SiDin Chung Ji Tae dan   ”  Saya merasa suaranya sangat eksotik  ”,   Ujarnya menambahkan,   Rabu, 16/11/2023 dikutip dari laman UGM.

Dari ketertarikannya akan musik tradisional Indonesia khususnya Gamelan,  lalu  iapun memunculkan gagasan untuk memadukan gamelan dengan lagu tradisional Korea, Arirang.   Gagasan itu tak lepas dari kritik terhadap praktik pertukaran budaya oleh seniman Korea sebelumnya yang selama ini masih bersifat unilateral. Kritik ini memantik inspirasinya untuk memperlihatkan harmonisasi antara Korea dan Indonesia melalui kolaborasi musik tradisional yang bersifat bilateral,  musisi profesional alat musik Korea daegeum dan sogeum ini pun membuat penelitian berjudul   ”Poetik dan Politik Pertunjukan Gamelan Arirang :  Penelitian Teknologi Diri”.

Pertunjukan pertama yang digelarnya adalah   “Gamelan Arirang :  Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea”  diselenggarakan  grup proyek musik kolaborasi Korea dan Indonesia “Gamelan Arirang” di Tembi Rumah Budaya 26/11/2017. Pertunjukan ini  selanjutnya menjadi cikal bakal dari penelitiannya  untuk  mendapat gelar doktor Program Studi Kajian Budaya dan Media UGM.   Tujuan pertunjukan ini untuk memperlihatkan harmonisasi antara Korea dan Indonesia, serta memperkenalkan musik tradisional Korea kepada masyarakat Yogyakarta sehingga Karena  segala elemen-elemen pendukung pertunjukkan dikemas  untuk merepresentasikan makna dan tujuan pertunjukan dalam wujud teks dan tanda, termasuk poster maupun media penyebar lainnya.

  Saya mengemas judul pertunjukan “Gamelan Arirang” sebagai bentuk representatif musik tradisional Korea dan Indonesia yaitu gamelan dan arirang  ”,   Cakap besar SiDin Chung  Ji Tae yang menghabiskan waktu 5 tahun untuk merampungkan disertasinya.   Istilah gamelan sebagai petanda dan penanda (dalam semiotika) merupakan set ansembel musik perunggu dari Jawa dan Bali. Dengan kata lain, kata gamelan sebagai simbol menggambarkan bahwa pertunjukan ini berkaitan dengan musik tradisional Indonesia, karena gamelan adalah instrumen paling populer, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia.  Kemudian, Arirang adalah lagu simbolik dan salah satu lagu tradisional paling populer pada musik tradisional Korea.

  Istilah gamelan berlawanan dengan Arirang dari Korea. Perbedaan kedua istilah ini, secara otomatis membawa klasifikasi Indonesia dan Korea dalam konsep kebangsaan sehingga gamelan mewakili musik tradisional Indonesia dan Arirang mewakili musik tradisional Korea, yang pada akhirnya, penggabungan dua tanda ini merupakan kolaborasi musik tradisional Indonesia dan Korea  ”,  Cakap SiDin Chung Ji Tae dengan Soppengernya (Jumawanya).   Dalam disertasinya,   Chung  Ji Tae juga membahas mengenai  sub judul   “Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea”  dan  menjabarkan kajian penelitian yang menjelaskan bahwa konsep pertunjukan ini juga bermakna sebagai bentuk mediasi.

Mediasi di sini memiliki arti bahwa pertunjukan sebagai proses komunikasi yang ditujukan untuk membantu dua orang atau kelompok yang berkonflik untuk mencapai kesepakatan atau pemecahan suatu masalah.   Namun, makna ini berubah menjadi mediasi budaya dalam bidang seni yang artinya menghubungkan antara kesenian dan masyarakat.   Dari narasinya, judul pertunjukan Gamelan Arirang secara simbolik memperlihatkan karakteristik pertunjukan ini lebih cenderung bilateral  daripada  unilateral.

Selama berkarya di Indonesia, musisi lulusan National High School of Traditional Korean Arts dan The Korean Traditional Music Program, Suwon University ini kerap menyabet banyak penghargaan di bidang musik dan mengelar banyak pertunjukan solo musik sejak masa mudanya dan sudah banyak melakukan kolaborasi musik Indonesia – Korea. Ji Tae terlibat dalam sejumlah pertunjukan, antara lain Jing Gong di Bali dan Gamelan Arirang di Yogyakarta, Festival Gugak Indonesia, Bali Chingudel (2013), Salmunori Jinggong (2015), KORNIA Art Company (2015), Salmunori Ciraken (2016), Gamelan Arirang Surakarta (2016), dan Gamelan Arirang Yogyakarta (2017).

Chung Ji Tae,  masa  studi di UGM merupakan pengalaman yang luar biasa positif.  Tantangan kendala bahasa tidak menjadi penghalang untuk lulus doktor dengan predikat terbaik. Dukungan para dosen dan promotor juga sangat membantunya dalam menyelesaikan studi di UGM tepat waktu. Ia mengaku sebagai mahasiswa asing, keberadaan kantor imigrasi di kampus membuatnya nyaman dan tenang karena banyak membantu untuk urusan keimigrasian.

Pengenalan Gamelan Jawa bagi Mahasiswa Korea Solata


 

Ding dong Ding dang bunyi gemelan Jawa.

Penemu Gamelan Arirang Chung Ji Tae Doktor Korea.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...