Rabu, 15 Januari 2020

KOMUNITAS JAWA DALAM PERJALANAN SEJARAH NEW CALEDONIA DI PASIFIK SELATAN.

NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT, 09/08/2019



NEW CALEDONIA,  merupakan gugusan kepulauan seluas 18.575 kilometer persegi di Samudera Pasifik tepatnya di utara New Zealand dan tenggara Papua New Guinea yang beribukota di Noumea.   Gugusan ini pertama kali ditemukan penjelajah James Cook,  4 September 1774 ketika melakukan pelayaran  keduanya di kawasan Pasifik kemudian memberikannya nama New Caledonia karena teringat tanah kelahirannya, Skotlandia.  Prancis mengambil alih NC secara resmi pada 24 September 1853 di bawah Napoleon III   dan membangun Port de France (Noumea) yang sekarang menjadi ibu kota NC pada 25 Juni 1854.

Kepuluan yang berada di sebelah timur Benua Australia dengan jumlah penduduk 240.000 jiwa (2014) sebagian besar dihuni warga asli Kanak masih keturunan Austronesia yang datang pada 1.500 SM, diduga berasal dari Asia namun pola migrasi kedatangannya masih dipertentangkan.  Namun paska kedatangan penjelajah dari eropah ke  New Caledonia bersamaan dengan penemuan berbagai sumberdaya alam, kepulauan ini menjadi ramai dengan kedatangan berbagai suku seperti  China, Vietnam, India, Eropah, Arab dan Indonesia (Jawa) yang datang menjadi pekerja dan hingga kini mereka telah menjadi warga di sana.

Pertumbuhan pertambangan dan perkebunan di New Caledonia yang membutuhkan tenaga kerja, maka tahun 1864-1897  maka  kawasan ini sempat menjadi lokasi pembuangan  bagi 22.000 narapidana,   setelah Gubernur Prancis di NC, Paul Feillet memberi penghapusan hukuman dan pengembalian ke kampung halaman mereka  maka imigran dari Asia datang mengisi peluang  kerja tersebut.    Prancis kemudian meminta buruh untuk pertambangan nikel dan perkebunan di NC, maka dikirimlah 170 pekerja dari Pulau Jawa yang tiba  di New Caledonia  pada 16 Februari 1896.  Warga Jawa baik yang sudah warga negara maupun yang masih WNI di New Caledonia berkisar 7.500 jiwa (2014).

Keturunan Jawa di New Caledonia
Ketibaan tenaga kerja Indonesia di New Caledonia ada tiga gelombang  :  Pertama,  tahun 1896  kedatangan 170 para pekerja dari pulau Jawa bekerja di tambang nikel,  saat kontrak  habis  ada yang pulang dan tetap tinggal di NC. Kedua  periode 1933-1939  sebelum Perang Dunia II  saat kekurangan tenaga kerja padahal tambang nikel dan produksi kopi sedang meningkat,  lebih dari 7.800 datang dengan kontrak selama lima tahun.   Ketiga
Yang terakhir yaitu tahun 1970  lebih dari seribu orang Indonesia datang, khususnya untuk membangun jembatan Nera di Cote Ouest, jembatan di Cote Est dan menara St. Quentin di Magenta.

Djintar Tambunan (65) warga Batak yang saat ini bekerja sebagai pemborong bangunan sekaligus Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya di New Caledonia (PMIK), seiring waktu warga Jawa yang menetap di sana berbaur dengan berbagai suku lain dan berbudaya yang beragam, sehingga warga jawa disana terbagi dalam tiga kelompok tentunya dengan budaya tersendiri.

"  Para pekerja Indonesia dan keturunannya saat ini telah diterima dengan baik oleh masyarakat New Caledonia dan juga telah memberikan sumbangsihnya terhadap pembangunan New Caledonia  ", Ujar SiDin Ade Sukendar  Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk New Caledonia (NC) yang masuk  negara dibawah  protektorat Prancis. 

Tiga kategori masyarakat   (Indonesia) dan keturunannya yang tinggal di New Caledonia saat ini ,  yaitu golongan niaouli, wong baleh dan wong jukuan.   " Niaouli “  itu adalah keturunan pertama masyarakat Indonesia yang lahir di NC dengan orang tuanya berasal langsung dari Indonesia,   kata Djintar. "  Dulu belum ada cuti, termasuk cuti melahirkan jadi begitu si ibu melahirkan anak, tiga hari kemudian, ia harus melaksanakan tugas sebagai orang kontrak, jadi anak tersebut dibalut dengan kain batik dan ditaruh di bawah pohon niaouli saat orang tuanya bekerja  ", Ujar SiDin Djintar.

Wong baleh artinya  " orang-orang yang kembali (balik) ".   "Setelah kemerdekaan Indonesia  sekitar tahun 1950-an, orang-orang kontrak menuntut pulang ke Indonesia tapi ternyata di sana mereka sulit untuk hidup sehingga kembali lagi ke New Caledonia  ",  sekitar tahun 1939-1940 terdapat keturunan Jawa 20.000 orang dan pada  tahun 1952 dan 1954-1955 tercatat pemulangan masal warga Jawa sehingga hanya tinggal 2.000 orang menetap di New Caledonia.  Sedangkan  " wong jukuan " artinya adalah bawaan keluarga atau mereka yang lahir di Indonesia namun dibawa ke NC oleh orang Indonesia yang tinggal di NC.

Djintar Tambunan yang wong Batak berkata, Istrine  Soetina masuk  gol.  Niaoli  ayahnya dari Sragen dan dari Slawi, dalam keseharian Soetina  menggunakan bahasa jawa ngoko di rumah dan bahasa Prancis --bahasa resmi di New Caledonia  saat berada di luar rumah. Djintar pada awal  tibanya mengalami  kesulitan  dalam bahasa di New Caledonia namun dalam makanan dan budaya tidak karena disini beberapa makanan dan budaya Jawa masih ada.  "  Saya seperti berada di daerah Tegal karena makanannya nasi, tempe dan singkong, itu karena mayoritas masyarakat Indonesia di sini orang Jawa dan berbahasa Jawa, masalahnya saya tidak mengerti bahasa Jawa  ",  Ujar SiDin Djintar Tambunan terpingkal-pingkal dgn gaya khas bataknya.  

Kurun waktu tersebut telah membuat warga Jawa yang bergaul dengan berbagai suku seperti  China, Arab, Vietnam, Eropah, India dll dalam berbagai tatanan sosial dalam membangun bersama sehingga tercatat beberapa orang yang penting.   Beberapa keturunan Jawa yang menjadi orang penting di New Caledonia  seperti,  Roesmaeni Sanmohammad yang menjadi anggota parlemen, Corine Voisin yang sekarang menjabat sebagai Walikota La Foa, salah satu wilayah di Provinsi Selatan, Emmanuelle Darman mantan Miss New Caledonia 2005 dan Mohamed Raden Kasim (alm) yang namanya diabadikan sebagai nama taman didaerah Sixeme.

                      
   
Wong Jowo gitu lohh,
Warga Jawa di New Caledonia telah menyatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...