Rabu, 13 Februari 2019

SELAYANG PANDANG RADIO DALAM PERJALANAN PANJANG SEJARAH INDONESIA DAN DARI JAKARTA HINGGA PERBATASAN.

NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 10/02/2019



  Selamat hari Radio Dunia ke-8 “  tahun 2019, 13 Februari 2019,  dengan thema  “ Dialogg, Toleransi dan Perdamian “, semoga radio menjadi satu media informasi rakyat dapat tumbuh selaras dalam dunia informasi yang semakin maju.   Hari radio pertama diusulkan Spanyol tahun 2010 pada UNESCO untuk mendapat pengesahan setelah melalui konsultasi dengan PBB,  3 Nopember 2011 di konferensi umum ke-36 UNESCO akhirnya usulan tersebut disetujui.   Bagi bangsa Indonesia  “ Hari Radio Nasional “ ditetapkan  “ 11 September “ sebagai hari lahirnya Radio Republik Indonesia 11 September 1945.  

Masa remaja Kemal dihabiskan di sekolah internasional yang terletak di Genewa, Swiss. Sekembalinya ke tanah air, Alumni Universitas Trisakti ini dihadapkan dengan berbagai demontrasi diera reformasi. Maklum, era reformasi menuntut mahasiswa untuk melakukan perubahan di luar batas keluar dari linkar Orba.  Berakibat,    Akhirnya sering bolos tuh. Gue bingung, ngapain ya. Eh datanglah teman yang nawarin untuk jadi penyiar radio. Nah, di situlah gue pertama kali siaran, radionya itu MTV On Sky 101.6 FM. Kemudian bertransformasi dan sekarang jadi 101.4 Trax FM  ”, Ujar SiDin Kemal. 

Beliau mengutarakan perjalanan panjangnya yang bermula dari upah Rp 5.000 untuk setiap jam siarannya.   “ Terus naik jadi Rp 7.500  ”,  Ujarnya lagi.   Lambat laun, kecintaannya terhadap radio berhasil mengantarkan Kemal beserta keluarganya untuk keliling Eropa dan sampai punya rumah.     Kalau gue ditanya, bisa gak hidup dari radio ?  Nyatanya gue hidup. Lu bayangin, gue bisa nonton konser Westlife empat kali, Fat Boy Slim, ngeliput MTV Awards, sampai liputan bola dan itu semua gratis. Itu semua karena gue yakin sama passion gue  ”, Ujar SiDin Kemal.

Hiburan merakyat,  dapat dinikmati secara massal,  dimana saja selama sinyal sampai serta hanya menggunakan satu kotak radio dan mungkin ini yang termudah dan menyenangkan,  terlebih hingga tahun 1990 kebawah sebelum Televisi tumbuh secara pesat di tanah air Indonesia.    Bagi bangsa Indonesia Radio menjadi satu saran a perlawanan terhadap penjajahan dalam mempersatukan bangsa menyampaikan perkembangan bangsa dan memajukan semangat nasional ditegah tekanan penjajah.

Sejarah Radio di Indonesia mencatatkan,  bahwa  Belanda menggunakan radio untuk menyampaikan pesan seputar perdagangan, Perintah-perintah umum dan peraturan pada seluruh warga Nusantara bahkan dunia sebagaimana  diberitakan   Menterian Penerangan RI pada 1953.   Melihat keunggulan tersebut  segelintir masyarakat Indonesia bercita-cita untuk memiliki saluran radio sendiri, dalam mengokohkan perjuangan bangsa melawan penjajah.  Masyarakat Indonesia mendirikan Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925, sekaligus menjadikan  BRV menjadi radio pertama yang digunakan masyarakat Indonesia untuk melawan propaganda Belanda.

BRV menjadi inspirasi bagi sejumlah daerah untuk melahirkan radio-radio local dalam memenuhi kebutuhan hburan dan informasi bagi daerah yang tentunya saat itu radio masih menggunakan gelombang Short Wave (SW).    SRV  (Solose Radio Vereniging) menjadi satu radio daerah yang paling berpengaruh  kala itu yang berdiri di Surakarta pada 1 April 1933.  Kala itu, radio hanya bisa dinikmati oleh kalangan elite. Hanya 20 bangsawan yang diketahui mendengarkan radio.

NIROM yang merupakan radio milik Belanda merasa khawatir dengan tumbuh suburnya radio local, ini berdampak  NIROM mengurangi subsidi yang sebelumnya diberikan kepada radio daerah dan beban lannya yang membuat radio loal gulung tikar.  .    Subsidi akan diberikan lebih apabila pengurus radionya bertambah dan   pengurus struktural harus memiliki radio  yang  akan dibebankan pajak pada pemiliknya dan ini berakibat banyak radio local gulung tikar.    Radio local tersebut membentuk perserikatan radio ketimuran (istilah lain dari Indonesia). Perwakilan dari VORO (Jakarta), VORL (Bandung), MAVRO (Yogyakarta), SRV (Surakarta), dan CIVRO (Surabaya) dan mengangkat  M. Sutardjo Kartohadikusumo sebagai ketua Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) pada 28 Maret 1937.

Di era penjajahann Jepang,  siaran – siaran radio kembali dihidupkan sepanjang 1942 – 1945,   Jepang menyita perangkat penyiaran di daerah-daerah,   memutus sambungan ke luar negeri dan Masyarakat hanya boleh mendengarkan radio Hoso Kanri Kyoku.   Meski demikiaan  Jepang  tetap mengapresiasikan kesenian tanah air dengan tetap mengumandangkan  musik dan kesenian Indonesia untuk “ menghibur ”  pendengar radio,  sehingga kesenian Indonesia tidak punah walau dijajah lebih dari tiga abad.

Satu kisah Radio Republik Indonesia (RRI) yang cukup heroik ketika Radio ini berhasil membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI keseluruh tanah Air bahkan mencapai Australia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada pukul 19.00 WIB.   Ketika Jepang 14 Agustus 1945 menyerah pada Sekutu dan Golongan muda yang mendorong kemerdekaan ini di umumkan, mereka mengalami kendala karena pihak tentara Jepang  15/8/1945 menjaga ketat Gedung Siaran Radio di jalan Merdeka Barat.    

Namun Sjachrudin, wartawan kantor berita Domei  berhasil melompati pagar sehingga bisa menyampaikan teks proklamasi kepada Ronodipuro, penyiar yang kelak memimpin Radio Republik Indonesia (RRI) Biro Jakarta, sehingga  Proklamasi akhirnya dibacakan dan disiarkan keseluruh tanah air.    Pemerintah Indonesia mengambil alih stasiun radio Jepang yang tersebar di berbagai daerah berlanjut berdirinya RRI pada 11 September 1945 di kediaman Adang Kadarusman, di Gang Menteng Kecil.

Radio menjadi instrumen pemerintah untuk menyebarkan propaganda pembangunan di Era Orrde Baru (Orba), “  RRI menjadi satu-satunya radio yang boleh menyiarkan berita,  Radio swasta hanya diizinkan memutar musik dan menyajikan kesenian lainnya serta memiliki kewajiban untuk memutar siaran dari pusat  “, Ujar SiGaluh Rosarita Niken Widiastuti.     Pada Orba, radio betul-betul digunakan untuk kepentingan pemerintah. Sekitar tahun 70an, radio swasta ada wajib relay dari jam 5 hingga 11, ada sekitar 7 atau 8 siaran dari Jakarta  ”, Ujar SiGaluh lagi.

Di era Reformasi jatuhnya Soeharto membebaskan radio dari segala tuntutan pemerintah yang sangat mengikat sehingga  konten-konten kreatif mulai lahir. Radio swasta tak lagi diwajibkan relay dan dibebaskan dari berita berbau propaganda.  Diera ini pertumbuhan Radio diberbagai daerah menebarkan prinsip pemberitaan Pendidikan, kebudayaan dan hiburan, sehingga banyak radio berdiri di daerah hingga ke Pedalaman dan wilayah perbatasan dalam mengukukan dan menguatkan NKRI.

  Pertumbuhan Radio paska 1998 di Kalimantan Timur khususnya Samarinda cukup subur bahkan hingga ke pedalaman dalam arti hingga radio perseorang yang membawakan berbagai gaya kedaerahannya  “, Ujar SiDin Bakrie mantan penyiar Radio Gema Nirwana Samarinda.    Sementara Norma Penyiar di Radio Devia FM Nunukan mengatakan, “  Radio di perbatasan saat ini sangat penting dalam membendung idiaalisme asing, mengokohkan Nasionalisme dan kesatuan bangsa.   Saat ini tahun 2000 an Radio tumbuh di perbatasan pedalaman untuk memecah keterasingan warga   “. 

Mahluk besi dapat bercanda,
Radio Republik Indonesia bagian dari perjuangan Indonesia.

1 komentar:

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...