Senin, 25 Februari 2019

KAMPUNG MACASSAR DI CAPE TOWN KAMPUNGNYA SYEKH YUSUF AL-MAKKASSARIS

NusanTaRa.Com
byBakkaranGNunukaN, 24/5/2018
Tomb off Syekh Yusuf Al-Makkassaris

Di kota Cape Town Afrika Selatan, terdapat tulisan “ Macassar Rd. “   yang  terpampang pada papan penunjuk jalan di perempatan jalan di Baden Powell Drive  sekitar 40 kilometer dari pusat kota atau jika berkendaraan tak kurang dari 5 menit mengikuti arah anak panah itu akan ditemukan sebuah kompleks perumahan di kaki sebuah bukit kecil Kampung Macassar,   nama tersebut sangat terkait dengan nama suku atau Kota di Sulawesi Selatan Makassar.  Kampung ini salah satu yang  banyak dihuni warga melayu diantaranya orang Bugis Makassar sekitar 70 % dari sekitar 180 ribu penduduk melayu di Cape Town.

Kehadiran bangsa melayu di Afrika Selatan yang berada sangat jauh di sebelah barat Nusantara dan merentasi Samudera Indonesia tak lepas dari keberadan  bangsa Penjajah  Inggeris, Portugis dan Belanda dibumi Nusantara yang membawa mereka kesini baik sebagai Pedagang, Penyebaran Agama Islam, Pegawai atau sebagai tawanan serta warga muslim India yang berdagang kesini.   Syech Yusuf al-Makassaris  kelahiran tahun 1626  salah satu tokoh pejuang dan  Agama  termasuk  keluarga kerajaan Gowa Makassar yang terkenal di Indonesia dan  gigih memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda sehingga Ia tertangkap dan terakhir diasingkan ke Café Town.  23 mei 1699 di usia 73 tahun beliau  meninggal di Café Town dan dikebumikan di salah satu lereng bukit yang kemudian disebut Kampung Makassar.

Sepulang  Syekh Yusuf  dari Tanah suci ia menjadi kecewa karena kerajaan Makassar telah menandatangani perjanjian Bungaya oleh Sultan Hasanuddin pada belanda 18 Nopember 1667 yang bermakna bahwa Kerajaan Makassar tunduk pada Imperialisme Belanda, kekecewaan tersebut bertambah manakala kegiatan mungkar kembali tumbuh diisana oleh Belanda sepeti Mencuri, Sabung Ayam, Berjudi dll.   Sehingga ia memutuskan untuk kedua kalinya kembali merantau  yaitu ke Banten yang pada saat itu  lagi bermusuhan melawan kompeni sehingga Syekh Yusuf bersama Sultan Ageng Tirtayasa bahu membahu melawan kompeni.   Karena terdesak Syekh Yusuf di desa sukapura Jabar menyerah pada Belanda yang kemudian di asingkan ke Saylan (Srilangka) kemudian ke Cape Town di ikuti 49 pengikutnya dengan kapal De Voatberg ditempatkan di Zanduliat dekat pantai hingga akhir hayatnya kemudian kampung ini berubah nama menjadi Makassar.


Untuk mengenang jasa beliau di bangunlah di dekat makam  di dalam sebuah bangunan beratap serupa kubah masjid sebuah monument,  disitu tertulis bahwa peletakan batu pertama kompleks pemakaman itu dilakukan oleh Sir Frederic de Waal, Administrator Provinsi Cape yang pertama, pada 19 Desember 1925,  tapi pembangunan dilakukan  Hajee Sulaiman Shah Mohammed dan anak-anaknya.   Di dinding luar bangunan makam ada  sebuah prasasti  kunjungan Presiden Soeharto (almarhum) ke tempat itu pada 21 November 1997, menyusul penganugerahan gelar pahlawan nasional Indonesia bagi Syekh Yusuf pada 7 Agustus 1995.

Makam ini dianggap sebagai salah satu keramat (tempat suci) bagi muslim di Afrika Selatan yang  berjumlah  1,2  juta orang, dan orang yang hendak menunaikan haji biasanya berziarah dulu dan berdoa di makam itu. Tapi jumlah peziarah akan membeludak setiap bulan April, bertepatan dengan liburan Paskah, sehingga kerap disebut sebagai Easter Festive.   Di luar kompleks makam itu, di bagian bawah bukit ada juga Masjid Nurul Latif yang digunakan warga setempat untuk beribadah disekitar wilayah ini terdapat 8 buah mesjid. Pada sebuah prasasti batu di luar masjid disebutkan tempat itu sempat direnovasi berkat bantuan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2002.

Tokoh yang memiliki nama lengkap Syekh Yusuf lahir di Makassar pada tahun 1626/syawal 1036 H. Karena berjuang menentang penjajah Belanda  ulama keturunan bangsawan itu diasingkan ke Cape Town pada 1693 M.   Di kota ini ia justru menjelma menjadi penyebar Islam berpengaruh di kalangan para budak asal Indonesia,  Malaysia dan India serta sering mendapat kunjungan dari pengikutnya yang datang dari Gowa Makassar, Indonesia, Malaysia dan Saylan untuk berguru bahkan ada yang kemudian menetap.    Di sekitar makam Syekh Yusuf tersebut hanya terdapat sekitar  45 keluarga mayoritas merupakan Cape Malay yaitu suku yang biasanya digunakan untuk menyebut warga keturunan Melayu Cape Town yang jumlahnya mencapai 160 ribu orang.   Zain Philander alias  Zianal Abidin diantara warga yang bermuki disitu  ia bermoyang orang Padang,  

Zianal sering diamanati secara lisan oleh beberapa tokoh asal Indonesia untuk menjaga makam Syekh Yusuf dengan baik, rumahnya yang tak jauh dari makam tersebut menyatu dengan penginapan  16 kamar dengan  dinding penginapan berhiaskan berbagai pernik tenang Indonesia,  ada lukisan Sultan Hasanuddin, peta Indonesia, juga hiasan kapal Phinisi.  Salah satu dinding menggantung piagam ihwal penunjukan tokoh itu sebagai pahlawan nasional yang ditandatangani Presiden Soeharto pada 7 Agustus 1995. Juga ada piagam penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Tabo Mbeki pada 2005 berupa The Order of Supreme Companions of OR Tambo (Gold).   "  Ini menunjukkan bahwa Syekh merupakan orang yang dihormati di Afrika Selatan dan Indonesia  ", Ujar SiDin Zain yang putrinya Haajirah Philander-Fanie berhasil menyelesaikan studynya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta tahun 2012. 

Tak jauh dari Mesjid Nurul Latif  terdapat sebuah perpustakaan dan showroom produk Indonesia bernama “ Istana Balla Lompoa “ dibangun bersama-sama komunitas Cape Malay  serta bantuan pemerintah Indonesia dan Bupati Gowa sendirri yang datang membawa bahan bangunan Knocked-down berbentuk rumah tradisionil Makassar langsung dari Makassar dan diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. 

Selain Kampung Macassar  komunitas Cape Malay banyak juga  terdapat di daerah Bokaap, dekat pusat Kota Cape Town,   Masjid Auwal salah satu dari 12 masjid di distrik itu dan menjadi  masjid pertama di Afrika Selatan yang didirikan oleh Tuan Guru atau Abdullah Kadi Abdus Sallam pada 1794.  Tuan Guru adalah pejuang Indonesia kelahiran Tidore yang juga diasingkan Belanda ke Afrika Selatan dan sempat dibui di Robben Island. Di penjara itu ia menulis Al-Quran semata mengandalkan hafalannya dan hanya ada enam kesalahan dalam tulisannya itu. Sayang, kini mushaf tulisannya agak rusak dan tengah berusaha diperbaiki.

Syekh Yusuf Al-Makkassaris Tuan Ta Salamaka
Cape Malay ada di Afrika Selatan,
Syekh Yusuf Al-Makkassaris sufi agung dari Sulawesi Selatan

Tulisan ini disponsore oleh " Kopi SOLONG "  Aceh




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...