Sabtu, 27 Agustus 2022

KEMATIAN AKTIVIS LGBT PERU , MENJADI PERTANYAAN MEDIA HARVARD DAN TUNTUTAN KELUARGANYA

NusaNTaRa.Com

byGreaTBritteN,     J   u   m , a   t,     2   6      A  g  u  s  t  u   s      2  0  2  2   

Rodrigo Ventocilla Ventosilla warga Peru mati di tahanan Bali

Universitas Harvard telah merilis pemberitaan yang mempertanyakan kematian aktivis gender asal Peru, Rodrigo Ventocilla Ventosilla, usai ditahan polisi di Bali,  sebagaimana  aktivis kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Peru menggelar aksi memprotes respons pemerintahnya menangani kematian seorang mahasiswa Harvard transgender di Bali, Indonesia.   The Harvard Crimson menuliskan, Ventosilla diduga mengalami penganiayaan dan diskriminasi oleh kepolisian Bali,  "    Keluarga menuding bahwa Ventosilla ditangkap karena 'tindakan diskriminasi rasial dan transfobia   ",  Ujar Bunyi laporan The Harvard Crimson,  Rabu (26/08/2022).

Diketahui pria bernama Rodrigo Ventosila  merupakan warga Peru yang tengah mengemban studi pascasarjana di Universitas Harvard dan aktivis hak-hak transgender  dinyatakan meninggal dunia di Bali karena "kegagalan fungsi tubuh" beberapa hari setelah ditahan atas dugaan kepemilikan ganja.  "   Kami menolak dan mengutuk pernyataan kementerian luar negeri Peru   ",  Ujar SiDin aktivis LGBT Luz Manriquez pada protes kecil di Lima.

Sebagaimana pernyataan Kemlu Peru  bahwa Ventosilla ditahan atas kepemilikan obat terlarang, sebuah tindakan kriminal yang sangat serius di Indonesia  dan penahanan  Rodrigo Ventosilla di Bali bukan karena identitasnya sebagai transgender. Namun, Kemlu Peru tidak mengonfirmasi bahwa pria itu tewas ketika dalam penahanan polisi.  Manriquez mengatakan pernyataan Kemlu Peru itu bias karena mengadopsi posisi Indonesia dan tanpa menuntut penyelidikan lebih lanjut,  "   Itu tidak memiliki empati karena tidak mengakui bahwa seorang Peru tewas di tangan polisi dari negara lain   ",  Ujar SiDin  Manriquez  dengan Plabomoranya (hebatnya).

Keluarganya  juga menilai mahasiswa Harvard itu menjadi sasaran kekerasan polisi Indonesia dan hak-haknya pun dirampas,  pihak keluarga dalam pernyataan resminya  meminta keadilan untuk Ventosilla dan pasangannya, Marallano Sebastian.  "  [Kami meminta] sistem peradilan Peru menyelidiki dengan benar pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rodrigo dan Sebastian untuk menjamin kebenaran, keadilan, dan perbaikan   ",  Ujar  Bunyi pernyataan resmi keluarga.

Keluarganya pun menambahkan bahwa polisi di Bali melakukan pemerasan terhadap Ventosilla dan Sebastian  dengan meminta uang sekitar Rp2,9 miliar.   Sementara itu, Kepolisian Daerah Bali membantah tuduhan penyiksaan, penculikan, dan pemerasan terhadap Ventosilla.  "   Tidak benar dan tidak ada. Bapak Kapolda juga menyampaikan, untuk menyampaikan ketidakbenaran itu   ",  Ujar Kabid Humas Polda Bali, Stefanus Satake Bayu Setianto, kepada CNN, Kamis (25/08/2022).

Stefanus lebih lanjut menegaskan bahwa tuduhan yang diarahkan ke pihaknya berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) luar negeri  dan  menyatakan Ventosilla sudah mengalami sakit dan mual-mual setelah diserahkan dari bagian imigrasi.  "   Yang bersangkutan diserahkan Bea Cukai ke Polda Bali, dan malamnya dia mual-mual dan muntah-muntah, terus dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara dan dirujuk ke RSUP Sanglah, dan meninggal dunia  ",  Ujar SiDin Stefanus dengan Plabomoranya (hebatnya), menanggapi pernyataan miring torsebut.

Pernyataan pihak keluarga  menanggapi laporan terkait kematian Ventissila mengatakan obat-obat itu sebetulnya untuk keperluan medis karena Ventosilla mengalami gangguan mental.  Keluarga sebetulnya sudah menghubungi Kedutaan Besar Peru di Indonesia,  tapi sayang bahwa kedubes  tak memberikan dukungan sampai Ventosilla meninggal.  "   Tindakan Kedutaan telat, lalai, dan menghalangi permintaan keluarga untuk membantu Rodrigo," demikian pernyataan resmi keluarga Rodrigo Ventissila.

Keluarga Ventosilla  menghubungi Kementerian Luar Negeri Peru untuk memberi tahu bahwa Kekonsuleran Peru di RI lalai akan tugas mereka dam  meminta penyelidikan terhadap kepala layanan konsuler Kedutaan Besar Peru di Jakarta.  "   Bagaimanapun tuntutan kami untuk keadilan dan kebenaran juga menuntut peningkatan kualitas layanan bantuan kepada sesama warga negara kita di luar negeri tanpa preferensi kelas, jenis kelamin, etnis, atau yang lain   ".

Bendera   L G B T


Keadilan bagi manusia adalah hak asasi,   

Keluarga R Ventocilla  Peru menuntu  keKemen Luar Negeri. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...