Sabtu, 19 Februari 2022

PENAMPAKAN MONYET PEMAKAN TIKUS DI MALAYSIA JADI SOLUSI PENANGANAN HAMA PERKEBUNAN KOLAPA SAWIT

NusaNTaRa.Com

byBahrIHasupiaN,       M  i  n  g  g  u,      2   0       F  e  b  r  u  a  r  i       2  0  2  2

Beruk (Macaca nemestrinal), monyet pemakan Tikus

Sangat mencengankan manakala  ternampak  Foto-foto yang menunjukkan bagaimana monyet di perkebunan sawit di Malaysia memakan begitu banyak tikus begitu mengejutkan peneliti  sehingga  pengendalian hama dengan bahan kimia mungkin tidak lagi diperlukan di perkebunan tersebut.   Monyet  ekor babi   atau kita kenal dengan sebutan beruk [Macaca nemestrina] ini,  sebelumnya dianggap hama tersendiri  karena keberadaan  mereka  diperkebunan kelapa sawit  memakan buah kelapa sawit sangat banyak dan merugikan perkebunan.

Ketika para peneliti  telah  melihat secara langsung dan  mempelajarinya sejak 2016,   bagaimana peranan monyet itu memakan sejumlah tikus besar, yang merupakan hama lebih buruk bagi perkebunan   dam  hasil penelitian tersebut   telah dipublikasikan dalam Current Biology Magazine, edisi 21 Oktober 2019.   Nadine Ruppert, dari Universiti Sains Malaysia  mengatakan,      Saya terkejut pertama kali melihat monyet itu memakan tikus di perkebunan.  Saya tidak menyangka mereka berburu tikus yang ukurannya relatif besar. Sesungguhnya, mereka secara luas dikenal sebagai primata pemakan buah yang hanya sesekali makan burung kecil atau kadal kecil  ”.

Penelitian lain Anna Holzner dari University of Leipzig mengatakan,      Dengan membuka rongga batang kelapa sawit, tempat tikus berlindung siang hari, satu kelompok monyet yang biasanya berjumlah lebih 40 ekor, dapat menangkap lebih 3.000 ekor tikus per tahun  ”.   Para peneliti menyarankan,  petani kelapa sawit melindungi satwa ini dengan membangun koridor   tujuannya, agar mereka dapat menjangkau area perkebunan lebih luas,  tetapi tentunya dengan tidak melupakan kadar banyaknya tikus diarea tersebut.

Anna Holzner dari Universitas Leipzig dan Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi di Leipzig menyebutkan bahwa para monyet menangkap atau mematikan lebih dari 3.000 tikus pertahunnya. Dari kerugian yang awalnya 10 persen, karena kehadiran para monyet berkurang menjadi di bahwa  3  persen.  Para peneliti percaya bahwa petani dan perusahaan kelapa sawit harus melindungi monyet, yang terdaftar rentan oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam, dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kelestarian lingkungan perkebunan.

Malaysia sendiri memproduksi 30 persen dari pasokan global minyak kelapa sawit, minyak nabati serbaguna dan murah yang digunakan di bahan makanan atau produk seperti shampo.   Berdasarkan laporan tersebut, tikus-tikus yang biasa menjadi hama itu bisa menyebabkan kerugian hingga 10 persen dari hasil atau setara sekitar 13 triliun rupiah pertahunnya   serta untuk mencegahnya, menggunakan pengusir hama kimia sangat tidak efisien dan mahal.

Sebagaimana  diketahui bahwa  di porkobunan sawit, diperkirakan tikus menyebabkan kerusakan lebih dari 10 persen area perkebunan,   inilah salah satu pemicu terus ditambahnya luasan kebun demi  mempertahankan  jumlah produksi yang diingimkam.   Tim riset juga melaporkan, kunjungan rutin monyet ke perkebunan sawit Malaysia dapat mengurangi kerusakan tanaman dari 10% menjadi kurang 3%. Kondisi ini sesuai dengan peningkatan hasil yang sama, dengan tanaman pada 315.000 hektar [atau sekitar US $ 602.000 per tahun].

Di sisi  lain  Populasi satwa liar - terutama orangutan - telah menderita sebagai akibatnya, menurut World Wildlife Fund.   Kekhawatiran atas dampak minyak kelapa sawit   inilah  membuat jaringan supermarket besar Inggris, Islandia mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menggunakan bahan tersebut dalam produk mereknya sendiri pada tahun 2018.   "  Kami berharap hasil penelitian kami akan mendorong pemilik perkebunan swasta dan publik untuk mempertimbangkan perlindungan primata dan habitat hutan alam mereka di dalam dan di sekitar perkebunan kelapa sawit yang ada dan yang baru didirikan   ",  Ujar  SiDin Anja Widdig  dengan Plabomoranya  (hebatnya). 

Para peneliti menyarankan, menggunakan monyet untuk memburu tikus akan membuat perkebunan lebih berkelanjutan, mengarah lebih sedikit deforestasi.   Penulis studi senior Anja Widdig, dari University of Leipzig, the Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology and the German Centre for Integrative Biodiversity Research [iDiv] di Leipzig, Jerman, berharap hal ini mendorong pemilik perkebunan mempertimbangkan perlindungan primata dan habitat hutan alam mereka. Baik di dalam dan di sekitar perkebunan sawit atau yang baru didirikan,  kegiatan ini menurutnya,      Bisa jadi, pada akhirnya mengarah pada win-win situation untuk keanekaragaman hayati dan industri kelapa sawit  ”. 


Pengendalian alami lebih berguna dan lestari, 

Monyet pemakan tikus jadi pengendali Hama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BRIGJEN TNI MIRZA PATRIA JAYA SE, KUNJUNGAN KERJA MONITORING DI SOBATIK KALIMANTAN UTARA

NusaNTaRa.Com byFarhaMTukirmaN,           S   e   l   a   s   a,    2   3      A    p    r    i    l     2   0   2   4 Rombongan  Brigjen TN...