Sabtu, 03 November 2018

FESTIVAL GANDRUNG SEWU BANYUWANGI BERLATAR BUDAYA PERJUANGAN

NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT,  1/11/2018


Meski mendapat tekanan dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Front Pembela Islam (FPI) Banyuwangi, Pemeritah Kabupaten Banyuwangi  tetap menggelar “  Festival  Gandrung Sewu 2018 “ Sabtu, 20/10/2018 dengan meriah.   Festival Gandrung Sewu yang merupakan warisan seni budaya asli Banyuwangi dan diakui dunia,  diselenggarakn ke -8 kalinya sangat memukau para wisatawan yang hadir di Bibir Pantai Boom. 

Berlatar selat Bali  penampilan  Gerak Rampak 1.200 penari  Gandrung Sewu berkostum merah menyala mampu menghipnotis ribuan wisatawan yang hadir saat itu.    Saya salut dengan Banyuwangi. Lagi-lagi Banyuwangi menunjukkan kelasnya sebagai destinasi dengan kreativitas luar biasa  ”, Ujar SiDin Arief Yahya Menteri  Pariwisata  saat  membuka acara.   Atraksi wisata budaya itu dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi, Guru Besar UI Prof Rhenald Kasali dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Arief Yahya mengatakan, Gandrung Sewu memenuhi tiga nilai sebuah pertunjukan yang baik, yaitu cultural atau creative value, communication value, hingga commercial value.    Nilai kultur dan kreativitasnya sangat terasa. Tingkat komunikasinya tinggi, terbukti selalu viral di media sosial. Dan yang terakhir, dari sisi komersil tidak perlu diperdebatkan lagi. Pesawat penuh, penginapan penuh, kuliner ramai. Rakyat Banyuwangi yang menikmati  ”,  terangnya.

Wagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) berharap, festival seni-budaya terus menjadi bagian dari pengembangan daerah.    Jawa Timur adalah daerah kaya seni-budaya, dan Banyuwangi telah terbukti mampu mengolahnya untuk memajukan daerah serta memberi manfaat ekonomi untuk warga  ”, Ujar SiDin  Gus Ipul.

Thema  Festival Gandrung Sewu  2018 adalah  “ Layar Kumendung ”,  sebuah kisah kepahlawanan dari Raden Mas Alit, Bupati Banyuwangi pertama.   Beliau menjadi Bupati saat berusia 18 tahun dan  diharuskan  mengambil sikap di antara dua pilihan sulit, yaitu terdesak mengikuti perintah penjajah yang menindas  atau melakukan perlawanan bersama rakyat yang semakin tak berdaya pasca-perang penghabisan.

Di tengah konflik batin itulah, tari Gandrung digambarkan sebagai media konsolidasi kekuatan rakyat Banyuwangi. Tak hanya berkamuflase dengan memanfaatkan pertunjukkan seni, tetapi juga menjadi sarana menghibur dan memperkuat batin rakyat yang terkungkung penjajah. Semua fragmen cerita disajikan dengan koreografi yang memukau.

“Festival ini juga menjadi sarana regenerasi pelaku seni-budaya berbasis tradisi rakyat. Peminatnya tiap tahun ribuan anak muda. Insya Allah Banyuwangi tidak akan kekurangan generasi pencinta seni-budaya, sekaligus ini ikhtiar memajukan kebudayaan daerah sebagai pilar kebudayaan nasional,” tambah Anas.

 
Gerak Indah satu komunikasi,
Gandrung Sewu sejarah budaya Banyuwangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...