Senin, 18 Januari 2021

KONTES MURAL BERTAJUK “ NEGERI HARMONIS DENGAN SENI “ DI PERBATASAN RI – MALAYSIA.

 NusaNTaRa.Com                                                                                                                                                                                    byAsnISamandaK,                                                                                         Rabu     25     N o v e m b e r    2020

Kontes Mural atau melukis tembok, digelar persis di depan Pelabuhan Lintas Batas Laut (PLBL) Liem Hie Djung Nunukan Kalimantan Utara,   Kontes diikuti sekitar 45 regu dari berbagai kalangan seniman peserta.  Lukisan yang ditampilkan para senimanpun beragam ada tentang keberagaman ummat beragama, keindahan alam, Berbagai  wujut budaya dan tradisi,  Gambar kreasi dan inovatip dan berbagai gambar yang memvisualisasikan berbagai kehidupan  masyarakat, bahkan sebuah karya dari lukisan para Narapidana menggambarkan seorang narapidana di balik jeruji besi.

Ada sekitar 35 regu peserta kontes mural dari berbagai usia, ada lukisan tentang keberagaman umat beragama di Nunukan, lukisan tentang budaya, tradisi dan adat suku tempatan juga sejumlah gambar yang memvisualisasikan kehidupan di komunitas, bahkan ada juga lukisan narapidana dalam penjara Nunukan.    Terlihat aparat keamanan berbaju loreng yang merupakan para Babinsa dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0911 Nunukan dan prajurit Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonif 623/Bhakti Wira Utama mengamankan jalannya lomba yang berlangsung selama 5 hari, mulai 22 sampai 26 November 2020.

Ketua panitia penyelenggara kontes Mural Nunukan 2020, Adharsyah mengatakan, banyak pertimbangan dalam penyelenggaraan kontes yang tentu akan menimbulkan kerumunan massa ini.   ‘’  Ada sejumlah tantangan, pertama ini masih masa pandemi Covid-19, suasana Pilkada dan tembok yang dilukis bukan tembok yang permukaannya rata, tapi pondasi siring yang belum diplester  ’’,   Ujar SiDin Adharsyah,  Rabu (25/11/2020).

Tegar Production bekerjasama dengan Koramil-01 Nunukan yang menginisiasi penyelenggaraan  mendukung panitia dalam penyelenggaraan ini  menerapkan sistem ganjil genap.  Tembok dengan panjang sekitar 200 meter tersebut dibagi menjadi 35 bidang dan masing-masing bidang berukuran sekitar 2×4 meter,  setiap bidang diberi nomor, peserta dengan nomor ganjil mendapatkan jatah melukis pertama dan peserta nomor genap dihari berikutnya  dan begitu seterusnya.   Penerapan standar protokol kesehatan, para peserta wajib masker  dan disediakan tempat mencuci tangan dengan sabun, masker dan juga hand sanitizer.

‘’  Kenapa tema kita  ‘Negeri Harmonis Dengan Seni ?,  Pertama para pelukis Nunukan yang merupakan beranda NKRI ini butuh wadah  dan outputnya nanti bisa terbentuk komunitas pelukis. Terus kenapa kita ambil lokasi tepat di depan pelabuhan speedboat ? agar para pendatang memiliki gambaran bagaimana pulau yang heterogen ini bisa menghargai perbedaan dalam kebhinekaan  “,   Ujar SiDin Laji.

Selain dua hal tersebut, situasi politik saat ini tengah memanas, butuh adanya kegiatan yang sejuk dan beretika dari pada sekedar saling nyinyir dan bully di media sosial, yang berimbas saling caci dan berindikasi SARA.     Kontes mural dengan tema tersebut, menjadi salah satu solusi yang menafikan perbedaan pilihan calon kepala daerah, atau bisa juga menjadi ekspresi tertentu yang dituangkan dalam lukisan    Ujar SiDin Adharsyah.

Ada pemandangan yang menarik dalam kontes mural ini, terlihat sejumlah petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nunukan yang menjaga 3 peserta lomba yang ternyata adalah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).   3 pemuda yang masih berusia sekitar 20 tahunan tersebut kompak melukis gambar narapidana dalam jeruji besi. Narapidana dalam gambar, menjulurkan kedua tangan yang memegang kuas keluar teralis sembari menggambar.

Kepala Lapas Nunukan Taufik Hidayat mengatakan, 3 WBP dimaksud memiliki bakat seni menggambar, ketiganya juga sering menuangkan bakatnya dengan melukis di tembok luar penjara.     Kita ikut sertakan mereka dengan pengawasan dan penjagaan petugas kami, kami ingin menunjukkan bahwa jeruji besi bukan halangan untuk berkarya, masyarakat juga supaya mengerti bahwa napi sekalipun memiliki hak yang sama dalam berkarya    Ujar SiDin menambahkan.

Dijelaskan, 3 WBP tersebut bernama R, M dan B. Para pemuda ini menjalani hukuman kurungan dengan kasus asusila, narkoba dan pembunuhan.   Keikut sertaan para WBP mendapat apresiasi dari ketua panitia penyelenggara, Adharsyah, kontes mural yang diadakan ini terbuka bagi siapapun tanpa batasan sosial dengan catatan mereka layak dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

  Obyeknya memiliki edukasi, ada pesan yang kita tangkap, dan seni adalah universal, status mereka yang merupakan WBP tetap memiliki hak dalam berkarya, toleransi ini juga termasuk dalam tema ‘Negeri Harmonis Dengan Seni  “,,  Ujar SiDin Adgarsyah dengan Plabomoranya (hebatnya).

      

Keindahan  lahirkan Inspirasi,

Kontes Mural Melukis Tembok arena Kreasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...