Jumat, 27 April 2018

WAJAK SUKU TERTUA DI INDONESIA, KEBERADAANNYA SEKARANG TAK JELAS

NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 2/4/2018
Gambar latar doang

Penemuan kerangka manusia purba di daerah Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Pakar Palaentologi Dubois 1890-an  yang bercirikan   ras  Mongoloid bagian wajahnya  dan bercirikan ras Austromelanesid  pada bentuk umum tengkoraknya.  Bukti ini menyimpulkan  bahwa nenek moyang bangsa Indonesia  merupakan  percampuran dua ras Austromelanesid dan Mongoloid yang mendiami bumi nusantara ini kemudian berbaur lagi dengan Rumpun Asia dari India, Rumpun Aria dari India dan dimasa modern berbaur dengan bangsa Semit dari Eropah.   

Beberapa arkeolog dan pemerhati budaya meyakini bahwa Suku Wajak merupakan suku tertua yang ada di Indonesia yang telah ada sejak 500 ribu sampai  1 juta tahun yang lalu.   Hal ini dapat dilihat melalui adanya fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di daerah tersebut, yang juga menunjukan eksistensi manusianya yang telah terjadi ratusan ribu hingga juta tahun lalu.    Desa Wajak yang terbagi atas Wajak Kidul dan Wajak Lor diyakini sebagai timpat tinggal dan berkembangnya masyarakat Suku Wajak, yakni manusia purba jenis Homo Wajakensis dimasa lalu.

Pada awal abad ke-20  setelah ditemukannya fosil H erectus di Jawa dan Zhoukoudian, Tiongkok, para ilmuwan mempercayai bahwa manusia modern berevolusi di Asia   ini bertentangan dengan teori Charles Darwin yang mengatakan bahwa manusia modern berasal dari Afrika.   Penemuan fosil di Kenya Afrika Timur  pada tahun 1950-an dan 1970-an  menunjukkan bahwa hominin (Hominidae yang berjalan dengan kaki, atau manusia minus kera besar lainnya) memang berasal dari benua Afrika sehingga Homo Wajakinensi dianggap berasal dari afrika yang migrasi selama masa Pleistocene sekitar awal 2 juta tahun yang lalu.

Dalam buku Pithecanthropus karya Richard E Leakey dan Jan kkerveer, ditulis  di sekitar Desa Wajak ditemukan fosil tengkorak manusia oleh seorang insinyur tambang batu gamping berkebangsaan Belanda, BD van Rietschoten, 24 Oktober 1888 yang kemudian diserahkan kepada CP Sluiter kurator dari Koninklijke Natuurkundige Vereeniging [Perkumpulan Ahli Ilmu Alam] di Batavia saat itu.    Hampir bersaman dengan waktu itu Eugene Dubois mendarat di Jawa untuk melanjutkan riset arkeologinya yang di Sumatera dan Sluiter menyerahkan fosil tengkorak Wajak kepada Dubois.  Bagi Dubois  fosil temuan tersebut harapan baru untuk menemukan “missing link” asal-usul manusia.

Menurut anggapan dari beberapa cerita yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sekitar, Suku Wajak menghilang dari peredaran sekitar 20 ribu tahun lalu.  Beberapa ahli lain menyampaikan bahwa masyarakat Suku Wajak hijrah ke Jepang, tepatnya di Pulau Ainu dan Pulau Jumono, usai terjadinya musibah letusan tiga gunung berapi di Indonesia yakni Gunung Toba, Gunung Dumpo, dan Gunung Krakatau yang mengakibatkan bencana Tsunami.

Bagi masyarakat Desa Wajak, yang mempercayai hadirnya suku tersebut, mengatakan bahwa Suku Wajak memiliki kehebatan yang berbeda dari suku-suku lain.  Mereka, masyarakat Suku Wajak, berani mengarungi samudera hanya dengan menggunakan perahu sampan dari pohon besar yang dilubangi. Selain itu Suku Wajak dikenal sebagai suku orang-orang cerdas.  Sebelumnya, Hampir bersamaan dengan penemuan tersebut ditemukan Manusia Sangiran atau Phitocontrophus Erectus yang penyebaran fosilnya tidak jauh dari Homo Wajakinensi yaitu sekitar Sangiran, Trinil, Sambung Macan (Sragen), Blora, Keradenan dan Sekitar Sungai Bengawan solo oleh Eugene Dubois yang membeutanya menjadi seorang  ahli  Palaentologi Dunia.  

Namun hingga saat ini belum ada runtutan sejarah yang jelas mengenai keberadaan Suku Wajak tersebut. Hal ini disebabkan, Suku Wajak menghilang secara misterius dan tidak diketahui keberadaannya. Kondisi demikian memunculkan banyak anggapan dan praduga serta mencuatnya cerita-cerita yang masih tidak diketahui kebenarannya. Akan tetapi legenda mengenai hadirnya Suku Wajak sebagai suku leluhur di Desa Wajak masih menjadi sesuatu yang diyakini dan dipercayai oleh masyarakat setempat. Mereka pun memiliki kebanggaan tersendiri tatkala mengetahui bahwa suku nenek moyangnya merupakan suku tertua yang ada di Indonesia.



Indonesia Indah di Khatulistiwa,
Wajakensis suku tertua di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEDDY SUJADI DRUMMER GODBLESS DENGAN KARYANYA TUA-TUA KELADI DI POPULERKAN ANGGUN C SASMI

NusaNTaRa.Com   byAsnISamandaK,          S   a   b   t   u,    0   6      A   p   r   i   l      2   0   2   4 Ian Antono dan Teddy Sujadi...