Rabu, 04 April 2018

MUSEUM CUT NYAK DHIEN, SAKSI BISU RATU PERANG ACEH.


NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT,17/1/2018



Bangunan terbuat dari kayu   beratap Nipah dengan tiang bulat besar berwarna coklat dan bis warna kuning akan kita temukan saat meninggalkan Kota Banda Aceh sekitar 14 km kearah Meulaboh Aceh, sebuah bangunan yang disebut     MUSEUM PAHLAWAN  CUT NYAK DHIEN  ,  Seorang pahlawan wanita Indonesia yang mendapat gelar  “ RATU PERANG ACEH  .    Dalam museum ini tersimpan berbagai bukti sejarah perjuangan Pahlawan  wanita Aceh CUT NYAK DHIEN  dalam melawan  dan mengusir pasukan Belanda di Tanah Serambi Mekkah  baik dalam bentuk Gambar, Tulisan,  Buku-buku,  Senjata,  Rencong,  tempat kediaman beliau, beberapa tokoh Pahlawan aceh, Pemimpin Belanda, Keadaan Rumah Adat  Aceh, Silsilah raja aceh, Gambar pertempuran melawan Belanda  dan berbagai bukti benda lain yang memperkaya tentang sejarah  Cut Nyak Dhien dan Aceh.   

Museum CUT NYAK DHIEN  sebuah bangunan coklat berpagar besi dan sebuah Plang bertuliskan tentang Museum tersebut  ditemukan disebelah kanan jalan  ketika keluar dari Kota Banda Aceh,   beralamat Jalan Banda Aceh Calang Lam Pisang Kec. Peukan Bada Kabupaten  Aceh Besar.   Dikiri kanan bangunan ini banyak ditemukan penjaja penganan  khas Aceh Dodol, kue2, Kopi  dll dan barang kerajinan sebagai  oleh-oleh  seperti miniature Rumah Aceh, Rencongg Aceh, Buku dll,  kawasan ini juga berada di lokasi perkampungan  petani dengan bentangan sawah yang sangat luas.  

CUT NYAK DHIEN,  Merupakan seorang pahlawan wanita yang  gigih  terlahir di Bumi Aceh,  berani dan tangguh  yang tidak kenal kompromi melawan kaum imperialis,  meski  di usianya yang  sudah lanjut dan mata yang tak melihat,  ia masih dapat mencabut rencong dan berjuang melawan pasukan Kolonial Belanda sampai akhirnya ia ditangkap dan dibuang ke Sumedang Jawa Barat.   Cut Nyak Dhien dari garis ayahnya masih termasuk keturunan langsung Sulthan Aceh lahir pada tahun 1848 di Lam Padang Aceh, semasa hidupnya dihabiskan untuk berjuang melawan Belanda bersama-sama kedua Suaminya Teuku Cek Ibrahim dan Teuku Umar serta memiliki seorang anak Cut Gambang.

Tahun 1862 di usia 12 tahun  Cut Nyak Dien dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga keluarga bangsawan  dan dikaruniai satu orang anak Cut Gambang,  Ayah dan Suaminya memimpin perang di garis depan pada 26 maret 1873 yang membuat mereka mengungsi kedaerah terpencil,  kepedihannya mulai terasa ketika suaminya Teuku Cek Ibrahim Lamnga gugur  29 Juni 1878 di Sela Glee Tarun dalam pertempuran melawan Belanda.   Meski demikian keteguhannya bertempur dan utuuk melawan musuh tidak surut,  sehingga ia dipersunting  Teuku Umar dengan syarat  ia harus turut dalam perjuangan mereka melawan Belanda yang meresahkan masyarakat, hingga Teuku Umar gugur di Meulaboh   11 Februari 1899 setelah sebelumnya  merampas persenjataan   Belanda untuk melengkapi senajat perjuangan.    Setelah Panglimanya Pang Lot Ali menyerah ia  tertangkap  oleh Belanda 11 Desember 1905 dan beliau diasingkan ke Sumedang Jawa Barat dan meninggal disana pada  06 November 1908.

Kisah Perjuangan Cut Nyak Dhien yang gigih membuat  Ny Szekly Lulof kagum dan menggelarinya dengan “ Ratu Perang Aceh “,   serta  Atas teladan dan perjuangan yang tinggi selama hidupnya bagi Negara oleh pemerintah Republik Indonesia ia dinobatkan sebagai “  Pahlawan Kemerdekaan Nasional  “ berdasarkan Surat Keputusan (SK) Presiden RI  No. 106 tahun 1964 tanggal 2    mei 1964.   Untuk mendapatkan gambaran perjuangan tersebut kita dapat melihatnya dalam berbagai peragaan dalam Museum CUT NYAK DHIEN tersebut  yang tersusun dalam urutan yang cukup baik serta melihat beberapa peninggalan peralatan yang dipergunakan selama perang beliau.  Berapa Gambar yang dipanjang sana seperti  Gambar Makam Cut Nyak Dhien di Sumedang  Jawa Barat,  Bentengg Belanda di Bilui Aceh Besar,  Lubang-lubang perlindungan Pejuang,  Letnan JJ. Verbrugh Pasukan Belanda yang berhasil menghadang pasukan Teuku Umar dan membunuhnya 10/11 Februari  1899 di Ujong kala Meulaboh, Pengburan massal pejuang Aceh di Benteng Kuta Reh Aceh Tenggara, Gambar sislsilah Cut Nyak Dhien dll.

Dalam meseum ini para pengunjung juga dapat menyaksikan Replika keadaan kamar tidur untuk Raja, para Putri,  Dayang dan ruang tamu Raja,   disetiap ruang dalam bangunan yang terdiri dari tiga bagian memanjang  yaitu depan,  tengah dan belakang  dan setiap bagian tersebut dibagi tiga ruangan dengan berbagai peragaan tersendiri.   Memasuki  museum   dari  pintu  samping tengah melalui tangga kayu langsung berada di ruangan dengan gambaran Silsilah CUT NYAK DHIEN dan  selanjutnya membelok kekanan dan ketengah terus berputar, setiap ruangan menampilkan  gambaran tersendiri.

Untuk memasuki museum kita harus membeli tiket masuk, dengan halaman yang cukup baik maka pengunjung dapat memarkir kendarannya di halaman yang ditumbuhi beberapa tumbuhan hias yang teratur dan indah.   Sebelum pulang jangan lupa untuk melihat sumur dibelakang  bangunan  yang telah ada sejak zaman kerajaan dulu dan untuk mengambil air tidak perlu turun dari bangunan karena ia bersatu dengan bangunan, konon sejak dulu sumur ini selalu penuh air airnya tak pernah turun dari mulut sumur.  Banyak pengunjung yang datang akan membawa air sumur tersebut  sebagai oleh-oleh yang katanya juga memiliki khasiat tertentu.

Sumur Cut Nyak Dhien
Cut  Nyak Dhien Ratu Perang Aceh,
Pejuang wanita buta tak gentar terhadap musuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEDDY SUJADI DRUMMER GODBLESS DENGAN KARYANYA TUA-TUA KELADI DI POPULERKAN ANGGUN C SASMI

NusaNTaRa.Com   byAsnISamandaK,          S   a   b   t   u,    0   6      A   p   r   i   l      2   0   2   4 Ian Antono dan Teddy Sujadi...