Selasa, 01 Mei 2018

BRAIN WASHING Dr. TERAWAN LANCAR DAPAT TEGURAN DARI IDI.

NusanTaRa.Com
byLaSikUAgaY, 4/4/2018
Dr. Terawan Agus Putranto


Akhirnya  IDI (Ikatan Dokter Indonesia)  memberikan sanksi kepada dr. Terawan Agus Putranto kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD)  Gatot Subroto yang selama ini banyak menjadi perbincangan terhitung  26 Februari 2018 hingga 15 Februari 2019,  berupa pemecatan selama 12 bulan atas tindakannya melakukan terapi cuci otak (brain washing) dalam perawatan  para pasien.     Pemberhentian sementara dilakukan karena Terawan dianggap melakukan pelanggaran kode etik kedokteran,   "  Pelanggaran kode etik  tidak boleh mengiklankan, tidak boleh memuji diri, itu bagian yang ada dalam peraturan etik. Juga tidak boleh bertentangan dengan sumpah doker  ",  Ujar SiDin  Prijo kepala   Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa 3/4/2018.

Beberapa tahun terakhir  nama dr. Terawan Agus Putranto  Kepala RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto menjadi perbincangan banyak orang,    karena terobosannya melakukan terapi cuci otak sebagai penyembuhan penyakit stroke dan menurut beliau  terapinya  telah  memberikan hasil yang bagus kepada pasien.   "  Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi  “ cuci otak ” itu  ”,  Ujar SiDin Terawan yang biasa menangani pasien sekitar 35 orang dengan biaya berkisar Rp 30 juta per pasien.

Penyakit stroke disebabkan  terhambatnya aliran darah ke otak lantaran penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah karena plak (biasanya berupa lemak).   Terapi cuci otak yang dilakukan Terawan menggunakan obat heparin untuk menghancurkan plak tersebut yang dimasukkan lewat kateter yang dipasang di pangkal paha pasien, menuju sumber kerusakan pembuluh darah penyebab stroke di otak yang kemudian menimbulkan  efek anti pembekuan  di pembuluh darah atau dengan   pemasangan balon di jaringan otak (transcranial LED) yang dilanjutkan dengan terapi.    Meski  beberapa pasien mengatakan setelah mendapat perawatan menjadi  lebih baik setelah melakukan terapi tersebut,   IDI tetap menyatakan  cara yang dilakukan Terawan melanggar kode etik dan keamanan praktek cuci otak itu juga masih dipertanyakan.

Prof. Irawan Yusuf  Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin  menanggapi seputar polemik dokter Terawan tentang  temuannya soal metode  “ Cuci otak “ atau Digital Subtraction Angiography (DSA),     meski dianggap telah melanggar kode etik Ikatan Dokter Indonesia (IDI)  temuan Terawan itu disebut tidak bermasalah pada sisi akademik, kata Irawan yang menjadi  promotor dokter Terawan saat promosi disertasi program S3 di Unhas pada Oktober tahun 2016.     "  Dalam dunia kedokteran, hampir semua teknologi yang dibuat dengan inovasi, dimulai dengan kontroversi. Ini memang harus diselesaikan dengan riset dengan waktu yang panjang  ",  Ujar SiDin Prof Irawan Yusuf, Jumat (6/4/2018).  Kasus Dokter Terawan  harap IDI Bisa Selesaikan secara Arif  dan  Bijaksana.

Perguruan tinggi yang bertanggung jawab soal akademis  tak berwenang soal pelaksanaan praktik hasil inovasi di bidang kedokteran  lebih diserahkan kepada  urusan organisasi profesi seperti IDI dan sebaiknya  dokter Terawan diberi kesempatan untuk membela diri.    Selama ini yang menjadi kontroversi dokter Terawan adalah promosi dan praktik pemanfaatan temuan DSA,   meski telah teruji secara akademis  temuan tersebut hendaknya lebih dulu melalui uji klinik dengan mengajak pasien jika ingin diperkenalkan kepada masyarakat luas.

MKEK (Majelis Kehormatan Etika Kedokteran) menduga dokter yang identik dengan terapi Brain Washing melalui metode diagnostik Digital Substraction Angiography (DSA) itu sudah berlebihan dalam mengiklankan diri. Menurut MKEK, tidak sepatutnya dokter Terawan mengklaim tindakan cuci otak itu sebagai tindakan pengobatan (kuratif) dan pencegahan (preventif) stroke iskemik.   Alasan lain  yang cukup kuat  MKEK untuk menjatuhkan sangsi  pelaksanaan praktek tersebut  karena diduga terjadi penarikan  bayaran yang  tidak sedikit  dan adanya janji kesembuhan yang kuat setelah Brain Washing.

Hal yang menarik bahwa kasus pearangan ini telah berjalan cukup lama, melayani banyak pasien dn diantara pasiennya banyak dari kalangan Petinggi Negara diantaranya Jusuf Kalla yang juga menyarankkan agar keputusan tersebut dipertimbangkan.  Mahfud MD sebagai eks pasien dokter Terawan mengaku bingung harus menanggapi pemecatan tersebut.   Namun, ia menilai praktek yang dilakukan dokter Terawan bagus untuk pasien yang memiliki penyakit stroke.    Saya tidak tahu ya harus menanggapi apa. Tapi saya pernah menjadi pasiennya. Itu bagus menurut saya sih. Ada gejala stroke, ketawan lalu dipompa agar bersih, langsung segar biasanya  ”,  Ujar SiDin Mahfud, Jakarta Selatan  Rabu (4/4/2018).

Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie melalui akun Instagram-nya mengatakan, metode "cuci otak" oleh dokter Terawan telah mencegah maupun mengobati puluhan ribu orang dari penyakit stroke   "  Saya sendiri termasuk yang merasakan manfaatnya, juga Pak Tri Sutrisno, SBY, AM Hendropriyono, dan banyak tokoh/pejabat, juga masyarakat luas. Mudah menemukan testimoni orang yang tertolong oleh dr Terawan  ",  Ujar SiDin Aburizal ( akun Instagram-nya @aburizalbakrie.id.)

Dr. Terawan sempat ditugaskan di Bali dan Lombok pasca kelulusan pendidikan kedokterannya  tahun 1990, kemudian bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto  dan  praktik di Rumah Sakit Gading Pluit.   Dalam kariernya tak  sedikit ia diundang untuk mengisi simposium maupun untuk melakukan tindakan intervensi di dalam ataupun di luar negeri.      Semua yang ada disini (fasilitas) adalah milik rakyat. Saya asalnya dari rakyat. Berjuang ya untuk rakyat. Dan yang ingin saya persembahkan ya untuk rakyat. Diluar konteks pro dan kontra itu biasa. Tapi memang perkembangan ilmu pengetahuan akan memunculkan pro dan kontra. Dan itu menarik, karena membuat saya semakin mempertanggungjawabkan setiap keilmuan saya  ”,  Ujar SiDin dr. Terawan.

Letkol CKM dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K)
Lahir   : Yogyakarta, 5 Agustus 1964
Pendidikan : Sarjana Kedokteran FK Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Program Kedokteran Spesialis Radiologi Universitas Airlangga, Surabaya
Anggota Keluarga : Ester Dahlia (Istri) dan  Abraham Apriliawan (Anak)
Praktik : RSPAD Gatot Subroto Jakarta dan RS Gading Pluit, Kelapa Gading Jakarta. 


Rumah sakit tempat berobat,
Cuci Otak meski belum final membawa Sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANDI RENDI RUSTANDI ANAK BURUH DAN PENJUAL GORENGAN SERING TERUSIR BEKERJA DI LEMBAGA RISET BESAR JEPANG

NusaNTaRa.Com byAsnISamandaK,             S    a    b    t    u,      3     0        M     a     r     e     t        2     0     2     4   ...