Jumat, 02 Februari 2018

TELKOM SATELIT 3S, SATELIT KE-18 INDONESIA DILUNCURKAN DARI KOUROU GUYANA-PERANCIS

NusanTaRa.Com
byM. Zaid Wahyudi, 24/11/2017


Satelit Telkom 3S yang sukses diluncurkan dari Bandar Antariksa Guyana di Kourou  Guyana-Perancis pada  Rabu (15/2/2016) pagi waktu Jakarta,  Satelit itu tentunya telah berada di orbitnya, setelah menjalani proses mulai dari peluncuran berada di Orbit Transper kemudian secara bertahap akan dibawa ke orbit Geostasioner menjalani uji di orbit selama kurang lebih dua bulan hingga siap beroperasi dua bulan kemudian sekarang sudah lebih dari setahun.   Telkom 3S yang ditempatkan di orbit geostasioner pada ketinggian 35.736 kilometer di atas khatulistiwa Bumi, pada 118 derajat Bujur Timur (BT) atau di atas Selat Makassar,  sebenarnya tahun 2005 kapling itu ditempati satelit Telkom 2  yang kemudian  Telkom 2  digeser ke posisi baru di timur Indonesia di atas Samudra Pasifik.

Sejak Satelit Palapa A1 diluncurkan  09 Juli 1976 maka Telkom 3S adalah satelit ke-18 dari Indonesia dan  menjadi satelit ke-9 milik PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) saat beroperasi di bulan April 2016  PT Telkom telah mengoperasikan tiga satelit sekaligus yaitu Telkom 1, Telkom 2, dan Telkom 3S.   "  Satelit Telkom 3S diluncurkan untuk mengoptimalkan izin satelit di kapling yang ada, sekaligus untuk ekspansi bisnis Telkom  ",  Ujar SiDin  Direktur Jaringan, Teknologi Informasi, dan Solusi PT Telkom Abdus Somad Arief, Jumat (3/2/2016) lalu di Jakarta.   Optimalisasi itu diperlukan karena izin satelit untuk kapling 118 derajat BT dari Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) untuk 36 transponder C-band dan 13 transponder Ku-band,  sedangkan  Telkom 2 hanya punya 24 transponder C-band standar sehingga jika tak dipakai semua  izin itu bisa dicabut dan diserahkan ke negara lain yang mengantre.

Sebelumnya  upaya untuk memenuhi ketentuan ITU  telah dilakukan PT Telkom,  pada 6 Agustus 2012 dengan peluncuran satelit Telkom 3  dari Bandar Antariksa Baikonur, Kazakhstan, sebagaimana kita ketahui bahwa  peluncuran itu mengalami  kegagalan dan satelit tak mencapai orbit,  terpaksa  PT Telkom mengganti dengan Telkom 3S ini.    Perancangan satelit Telkom 3S  dengan memiliki 24 transponder C-band standar, 8 transponder C-band extended, 4 transponder Ku-band standar, dan 6 transponder Ku-band extended. Karena transponder extended memiliki lebar pita frekuensi 1,5 kali lebih besar dari transponder standar, maka Telkom 3S mempunyai 49 transponder ekuivalen C-band standar.

Dengan tambahan 49 transponder  saat Telkom 3S beroperasi berarti  PT Telkom mengelola 109 transponder dari tiga satelit bermakna telah menekan ketergantungan PT Telkom pada satelit asing,   sebelum ada Telkom 3S  PT Telkom memakai 60 transponder dari dua satelitnya dan menyewa 67 transponder dari satelit asing.  "  Tambahan transponder membuat layanan jasa satelit lebih cepat, murah, dan efisien  ", Ujar SiDin  Kepala Proyek Satelit Telkom 3S PT Telkom Tonda Priyanto.

Terlebih lagi, transponder Ku-band punya daya lebih besar, pita frekuensi lebih lebar, dan lebih sederhana dalam proses pengiriman sinyal. Jadi, layanan ke pelanggan, seperti untuk akses internet atau siaran televisi rumah tangga, bisa lebih masif.   Kelemahannya, transponder Ku-band lebih tak tahan hujan dibandingkan C-band. Namun, layanan internet pada kondisi itu bisa diandalkan.

Saat Satelit 3S akan diluncurkan di Guyana-Perancis
Ketua Asosiasi Satelit Indonesia Dani Indra Widjanarko mengatakan, selama lebih dari 40 tahun penggunaan satelit telekomunikasi domestik di Indonesia, fungsi satelit masih sama  sebagai media komunikasi jarak jauh, sehingga sebagai negara kepulauan dengan banyak daerah terpencil, satelit jadi solusi menghubungkan semua area meski kini ada fiber optik.   Palapa A1 merupakan satelit pertama Indonesia saat ituu dikelola Perusahaan umum Telekomunikasi (Perumtel) dan menjadikan Indonesia sebagai negara ke ketiga di dunia yang mempunyai Satelit Komunikasi Domistik setelah Kanada dan Amerika serikat.

"  Bedanya, kapasitas transponder satelit jauh lebih besar  ",  Ujar SiDin lagi,  Palapa A1 hanya memiliki 12 transponder sedang sekaaraang satu satelit bisa memiliki 60 transponder. Peningkatan jumlah transponder itu disebabkan satelit masa kini bisa membawa generator listrik lebih besar untuk mencatu daya berbagai muatan  termasuk transponder.  Transponder  akan datang yang dibawa satelit bisa lebih banyak namun hal itu akan menjadi tidak efisien dari sisi bisnis karena dengan sendirinya transponder semakin berat dan biaya peluncuran semakin mahal

Dahulu model satelit harus berputar bak gasing agar stabil,  pola pergerakan itu membuat bentuk satelit selalu tabung dan antena berada di kepala satelit. Repotnya, bentuk tabung membuat dimensi satelit terbatas sehingga daya muat satelit lebih terbatas,   "  Sejak 1990-an mulai dikenalkan bentuk satelit kotak  ",  Ujar SiDin   Dani.   Sekarang Satelit tak lagi berputar karena yang berputar adalah komponen kecil dalam satelit.  Dimensi lebih besar membuat kapasitas satelit membesar dan banyak perangkat elektronik bisa dibawa.  Bentuk itu membuat antena tak hanya bisa dipasang di kepala, tetapi juga di sisi timur dan barat satelit sementara di sisi utara-selatan ada panel surya.

Pengendalian satelit kini sekarang lebih banyak dengan sistem otomatis sehingga tak butuh banyak petugas pengendali,   berkembangnya teknologi digital membuat perlakuan sinyal lebih mudah karena suara, data, atau video diperlakukan sama sebagai data.   Usia satelit sekarang lebih panjang kalau Palapa A1 hanya berusia tujuh tahun sekarang usia satelit  mampu beroperasi sampai 20 tahun. 
Tantangan terbesar Indonesia  sekarang untuk mampu  membuat satelit secara mandiri,  meski sudah 18 satelit telekomunikasi dimiliki Indonesia  semuanya dibeli dari negara lain.   Kalau semua kebutuhan satelit kedepan dapat kita buat sendiri ini tentunya akan memberikan keuntungan lebih besar karena akan diproduksi dengan lebih murah dan jadi lapangan kerja bagi tenaga tehnologi kita,  peluang lain bahwa   kebutuhan satelit Indonesia terus bertambah,  teknologi satelit bersifat terbuka, bisa dikuasai negara mana pun, tak setertutup teknologi roket.   " Indonesia mampu membuat satelit mandiri ", Ujar SiDin  Dani. Perekayasa Indonesia baru mampu membuat satelit mikro. Pembuatan satelit telekomunikasi amat mungkin dilakukan dan direncanakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, tetapi itu butuh dukungan kuat pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, semua elemen bangsa dan doa semua bangsa.
dr National Geografhi, 2/2/2017


Rajawali melayang di angkasa,
Satelit 3S mengorbit di Bumi Nusantara.

1 komentar:

HALIS MUHAMMAD NUR KERJA KERAS SUKSES SULAP PANTAI MASIRETE JADI TEMPAT USAHA WISATA

NusaNTaRa.Com     byLaCappotttA.         S   a   b   t   u,    2   7      A    p    r    i    l      2   0   2   4      Pantai Masirete yang...