Selasa, 18 Oktober 2016

PENELITI INDONESIA TEMUKAN BIBIT PADI GOGO VARIETAS UNGGUL

NusanTaRa.Com


Kecendrungan jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah dalam setiap tahunnya, sementara lahan pertanian kian menyempit karena pertumbuhan kota dan perubahan fungsi lahan, hal ini tentunya menjadi masalah tersendiri bagi ketersediaan pangan di Indonesia yang terkait langsung dengan luas lahan dan tingkat tehnologi yang dipergunakan saat ini.  Meski ada perbaikan dalam tehnologi pertanian seperti jenis bibit yang baik dan Penangan hasil panen tapi semua itu belum setara dengan pertumbuhan kebutuhan pangan sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif besar,  hasil sensus penduduk tahun 2010  jumlah penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa,  jumlah ini bertambah 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak dibarengi dengan tingkat pendapatan yang besar pula, dan masih sangat rendahnya tingkat produksi pangan nasional.
Akibat tingkat pertumbuhan penduduk yang besar terutama tingkat kelahiran yang tidak dapat ditekan maka akan terjadi komposisi penduduk usia muda menjadi lebih besar, diprediksi pada tahun 2030 usia produktif akan lebih dari 60% sehingga mengkhawatirkan terjadinya ledakan penduduk dimasa yang akan datang. Hal ini akan berakibat pada tingginya kebutuhan akan sandang, papan dan pangan, terutama dalam pangan Indonesia saat ini konsumsi beras per kapita oleh masyarakat Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita per tahun dan terus meningkat setiap tahunnya (PANAP Rice Sheets.). Jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa berarti kebutuhan beras per tahun dalam hitungan kasar sebesar adalah 33.026.400.000 kilogram (33.026 juta ton) per tahun pada tahun 2010 atau pada tahun 2014 dalam survey pertanian terhitung 56 juta ton pertahun kebutuhan beras untuk masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton gabah kering giling (GKG), angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63 persen dibanding 2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami penurunan 390 ribu ton. Produksi padi menyusut susut karena terjadi penurunan luas panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30 persen dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Akibat tingkat pertumbuhan penduduk yang besar terutama tingkat kelahiran yang tidak dapat ditekan maka akan terjadi komposisi penduduk usia muda menjadi lebih besar, diprediksi pada tahun 2030 usia produktif akan lebih dari 60% sehingga mengkhawatirkan terjadinya ledakan penduduk dimasa yang akan datang. Hal ini akan berakibat pada tingginya kebutuhan akan sandang, papan dan pangan, terutama dalam pangan Indonesia saat ini konsumsi beras per kapita oleh masyarakat Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita per tahun dan terus meningkat setiap tahunnya (PANAP Rice Sheets.). Jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa berarti kebutuhan beras per tahun dalam hitungan kasar sebesar adalah 33.026.400.000 kilogram (33.026 juta ton) per tahun pada tahun 2010 atau pada tahun 2014 dalam survey pertanian terhitung 56 juta ton pertahun kebutuhan beras untuk masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton gabah kering giling (GKG), angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63 persen dibanding 2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami penurunan 390 ribu ton. Produksi padi menyusut susut karena terjadi penurunan luas panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30 persen dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b 
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak dibarengi dengan tingkat pendapatan yang besar pula, dan masih sangat rendahnya tingkat

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak dibarengi dengan tingkat pendapatan yang besar pula,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak dibarengi dengan tingkat pendapatan yang besar pula,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Jika laju pertumbuhan ini tak dapat diatasi maka masalah kependudukan bakal makin terasa pada 2020, yakni jumlah penduduk Indonesia diprediksi mencapai 288 juta.   Hal ini akan berdampak pada tingginya laju kebutuhan akan sandang, papan dan pangan, terutama dalam pangan Indonesia saat ini konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita per tahun.  Tahun 2010 dengan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa dengan hitngan kasar kebutuhan beras per tahun sebessar 33.026  juta kg sedang Survey tahun 2014 kebutuhan beras Indonesia sebesar 56 juta ton.   Karenanya, penyediaan pangan menjadi satu hal penting untuk diatasi.

Turunnya produksi Padi nasional dikarena tidak maksimalnya penerpan tehnologi pertanian, tapi penurunan tersebut lebih besar disebabkan karena menurunnya lahan pertanian yang mencapai 157.150 ha dari tahun 1999-2004.   Mengatasi persoalan tersebut dengan memanfaatkan Lahan kering yaitu areal pertanian yang rendah perolehan airnya yang saat ini luasnya 60,7 juta ha.  Pengembangan lahan kering khususnya padi maka selama ini yang jadi solusi adalah bibit Padi Gogoh yang tahan akan kekurangan air namun hingga kini produksi padi sangat rendah 3 ton/ha.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton gabah kering giling (GKG), angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63 persen dibanding 2013  dengan penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami penurunan 390 ribu ton.   Indikator menyusutnya Produksi padi  karena terjadi penurunan luas panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30 persen dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen).  Karenanya penyedian pangan menjadi sesuatu banget yang harus ditangani guna mengantisipasi ledakan kebutuhan tersebut.

Melihat keadaan ini masih ada saja warga Indonesia yang prihatin diantaranya Totok Agung Dwi Haryanto beliau seorang peneliti sekaligus Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (Unsoed).  Melihat permasalahan ini beliau terpanggil untuk menjawab tantangan ini tentunya dengan seganap kemampuan dan disiplin ilmu yang dia miliki yang kebetulan sangat terkait dengan penanganan peningkatan produksi pertanian.

Untuk menindaki permasalahan ini, Totok kemudian membentuk tim risetnya guna menghasilkan satu varietas dengan produksi dan kwalitas tinggi,  hasil riset tim ini menciptakan tim  tiga varietas padi gogo dengaan tingkat produksi banyak serta memiliki ciri khasnya aroma dan rasa yang enak, serta dibarengi dengan kualitas tinggi.   Hasil temuan varietas tersebut dberi nama Inbrida Padi Gogo (Inpago) Unsoed 1, Unsoed 9, dan Unsoed 136 yang saat ini telah mendapatkan hak paten.  Padi pertama yang dilepas ke publik adalah varian Unsoed 1, dilanjutkan oleh Unsoed 9, dan Unsoed 136.

Totok mengatakan, untuk menghasilkan tiga varietas padi gogo tersebut, memerlukan riset dan penelitian  selama 7 tahun,  bermula tim peneliti melakukan seleksi terhadap 288 varietas padi unggul nasional sebagai indukan varietas yang akan dihasilkan.    Padi yang lolos seleksi menjadi genotipe unggul bermutu tinggi dari segi aroma dipilihlah varietas Pandan Wangi, Rojolele, dan Mentik Wangi. Sedangkan untuk persilangannya dipilih varietas Poso lantaran memiliki hasil produksi yang tinggi, toleran terhadap kekeringan, serta tahan penyakit blast.   Selain itu, dipilih juga varietas padi Danau Tempe lantaran memiliki kultivar hasil tinggi dan tahan terhadap kekeringan.

Kemudian semuanya diseleksi dan dikumpulkan, setelah itu dibentuklah populasi dasar untuk seleksi pedigree pada tahun 2000, serta  saat itu dilakukan pula studi genetik mulai dari aromatik, berdaya hasil tinggi, dan rasa nasi pulen.    "  Dari hasil seleksi ini diperoleh 50 galur yang diuji di lapangan. Dari sana, ada 19 galur yang memiliki hasil tinggi dan aromatik  ",  kata Totok sebagaimana dikutip dari buku Sumber Inspirasi Indonesia: 20 Karya Unggulan Teknologi Anak Bangsa terbitan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.  Selanjutnya menghasilkan 19 galur yang kembali di uji untuk lebih mendapatkan galur-galur yang lebih bermutu dan memunculkan sembilan galur potensial.

"  Sembilan galur potensial ini merupakan keturunan persilangan padi Mentik Wangi dengan Poso yang ditanam di Cirebon, Purworejo, Tegal, Kebumen, Banyumas, Batang, Kudus dan Banjarnegara dengan kemampuan produksi 4 ton per hektar dilahan tegakan cengkeh  ",  ujar Totok.   Penelitian ini selain meneliti kualitas baik  juga secara khusus melakukan analisis kandungan protein terhadap sembilan galur aromatik di Coastal Bioenvironmental Centre Saga University Jepang dengan hasil temuan bahwa  kandungan proteinnya antara 11,4 hingga 13,6 persen.

Akhirnya Tim riset ini  menetapkan hasil riset menjadi tiga varian Inpago Unsoed 1, Unsoed 9, dan Unsoed 136 yang memiliki kualitas dan hasil yang cukup tinggi. Mulai dari aroma, rasa, serta tahan terhadap kondisi kering.   Pada April 2015, petani di Cilacap, Jawa Tengah berhasil memanen padi gogo aromatik Unsoed 1 dengan hasil 10,4 ton per hektare. Unsoed 1 juga ditanam di hasil tegakan cengkeh dengan hasil mencapai 5,4 ton.

"  Berdasarkan pengalaman petani, hasil Unsoed 1 lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya  ", terang Totok Agung Dwi Haryanto.   Dengan hasil produksi yang tinggi, Totok memprediksi bahwa lahan kering seluas 50 hektare bisa dijadikan area penanaman. Jika hal itu dilakukan, penanaman padi gogo bisa menambah produksi padi.
byBambanGBiunG


Padi ditanam di galur lereng kering,
Varietas Padi Gogo  mampu produksi pada lahan kering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PULAU MANHATTAM DI NEW YORK DITUKAR PULAU RUN DI MALUKU DEMI PALA KALA ITU

NusaNTaRa.Com   byBakrIRoYMarteN,   S e l a s a,   2   6     M a r e t    2 0 2 4    Buah Pala Bak Minyak emas dahulu kala Pertukaran kepe...