Selasa, 25 Mei 2021

UNTUK MENGATASI UTANG RP 70 TRILLIUN GARUDA INDONESIA AIRWAYS, KURANGI POSAWAT DAN TAWARAN PENSIUN DINI

NusaNTaRa.Com

ByFarhaMTukirmaN, S  e  n  i  n   2 4      M     e     i       2  0  2  1

Kinerja keuangan maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tak kunjung membaik pada 2021,   bahkan  Garuda Indonesia tengah dilanda utang hingga Rp70 triliun.   Irfan  Setiaputra Direktur Garuda Indonesia,  Senin  (24/05/2021) mengatakan,  perusahaan penerbangan pelat merah ini sedang dalam kondisi berat secara finansial  karena saat ini  Garuda Indonesia memiliki utang sebesar 4,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp70 triliun.

Jumlah utang tersebut bertambah lebih dari Rp1 triliun per bulannya seiring dengan penundaan pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pada pemasok,   "  Saat ini arus kas GIAA berada di zona merah dan memiliki ekuitas minus  Rp41 triliun  ",   Ujar  SiDin Irfan Setiaputra.   Garuda Indonesia juga akan melakukan restrukturisasi bisnis yang mencakup pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen. Upaya tersebut perlu dilakukan guna mengatasi krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.

Salah satu bentuk restrukturisasi tersebut adalah melalui pengurangan armada pesawat yang operasional,   "  Kami memiliki 142 pesawat dan menurut perhitungan awal terkait dampak pemulihan saat ini, GIAA kemungkinan akan beroperasi dengan tidak lebih dari 70 pesawat  ",   Ujar  SuDin Irfan Setiaputra,  tentunya dengan harapan ini akan mengurangi kost operasional perusahaan  disaat pandemic Corona yang penuh pembatasan dan mengganggu  usaha,   

Jumlah armada pesawat tersebut mencakup seluruh sektor usaha Garuda Indonesia kecuali untuk Citilink. Irfan menyebutkan, Garuda Indonesia saat ini beroperasi dengan 41 pesawat dan tidak dapat menerbangkan armada yang tersisa karena tidak dapat membayarkan utang kepada kreditur selama berbulan-bulan.

Namun ketika dikonfirmasi Bloomberg  untuk mendapatkan maklumat  yang lebih jelas perihal kabar krisis finasial yang melanda Garuda tersebut, Irfan Setiaputra  menolak memberi komentar.   Demikian juga Departemen Corporate Communications Garuda Indonesia juga tidak merespons saat dimintai keterangan oleh Bloomberg yang dilakoni Jurnalis Mat Jais.

Dampak  pandemi  virus  corona  juga  terasa pada  penurunan  harga sukuk  Garuda Indonesia.  Tercatat,  selama sebulan terakhir harga sukuk yang diterbitkan  GIAA  senilai  500 juta  dolar  AS  turun sekitar 7 sen ke 81.   Level tersebut  merupakan  harga  terendah  sejak  Januari 2021 lalu.

Sebelumnya,  pada  Juni  tahun  lalu, GIAA berhasil  memperoleh  persetujuan dari  investor untuk memperpanjang  masa  jatuh  tempo  sukuk  tersebut  selama 3 tahun.   Dalam  pernyataan  terpisah Jumat 21 Mei lalu,  Irfan  Setiaputra  juga mengatakan pihaknya  tengah berad a dalam  tahap  awal penawaran  program  pensiun  dini  yang  efektif   01  Juli  2021 sebagai upaya penghematan biaya operasionil.

Garuda Indonesia saat ini memiliki 15.368 karyawan dan mengoperasikan 210 pesawat hingga September 2020 lalu. Volume penumpang seluruh kelompok perusahaan Garuda Indonesia anjlok 66 persen pada tahun lalu seiring dengan pembatasan perjalanan lintas batas negara dan rendahnya permintaan domestik. Pada pertengahan 2020 lalu, GIAA juga telah merumahkan 825 karyawannya setelah melakukan pemotongan gaji.   Dr.VOI, 24/05/2021.


Burung merpati terbang tinggi,

Karena Pandemi Corona Garuda Airways merugi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DESA WAE REBO OLEH TIMEOUT TERMASUK SEBAGAI KOTA TERKECIL TERINDAH DI DUNIA.

NusaNTaRa.Com     byBambanGNunukaN,        S   e   l   a   s   a,     0    7       M     e     i        2    0    2    4     Rumah Adat Mb...