Selasa, 15 November 2016

MAULWI SAELAN KIPER LEGENDA INDONESIA SI " BENTENG BETON " YANG TAK DIKENAL

NusanTaRa.Com




 Menerjang bola yang ditendang lawan kemudian memeluk dan berguling ditanah, didepan gawang,  disambut penonton dengan  melompat sambil berteriak Saelannya kaue  “, demikianlah sekelumit gambaran saat saya main bola di Palantikan dekat makam sultan Hasaanuddin Gowa ketika SMA dulu.   Saya mencoba mencari kata saelan dalam bahasa Indonesia tapi tak pernah menemukannya, namun ketika saya mengetahui bahwa ada  seorang Legenda Sepak Bola Sulawesi Selatan sebagai kiper yang handal dan dikagumi masyarakat Sulawesi bernama Maulwi Saelan, saya berpikir bahwa mungkin kata itu berasal dari nama Maulwi Saelan yang bermakna   Kiper yang hebat “ .  Namun kiper hebat yang pernah mengharumkan nama Indonesia dimata dunia tersebut telah berpulang ke rahmattullah pada  Senin, 10/10/2016 jam 18.30 WIB di RS Pertamina Jakarta.  Innalillahi wainnalillahi Rojiun. 


Meski memiliki prestasi yang membanggakan dalam dunia sepok bola tanah air khususnya di kancah olimpiade Melbourne tahun 1956 bersama Ramang karena berhasil menahan permainan Tim Beruang Salju Uni Sovyet imbang 0-0, namun nama Maulwi Saelan tidak begitu dikenal.  Maulwi Saelan mempunyai sejarah cemerlang di dunia sepak bola dengan tercatat sebagai salah satu pemain nasional, beliau juga memiliki prestasi luar biasa dibidang lain yang layak dikatakan sebagai satu catatan sejarah bangsa seperti keterlibatan Pak Saelan Dalam perjuangan kemerdekaan, Kemiliteran, Pengawal Presiden (Cakrabirawa), Dunia Pendidikan, Pengembangan Persepak bolaan tanah air, Jurnalis dan masih banyak aktipitas lainnya.     


Sejarah perjalanan besar Maulwi Saelan dalam hidupnya tersebut ada beberapa yang tercatat sebagai  kisah perjuangan hidupnya bagi tanah air seperti  yang  telah ditulis salah seorang sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta bertajok  ‘’  Penjaga Terakhir  Soekarno  ’’,  buku lainnya    Dari Revolusi ’45 Sampai Kudeta ’66 :  Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa   (2002), buku  kedua ini sangat menarik untuk dibaca karena berkisah tentang riwayat hidup almarhum dengan suka-dukanya selama menjadi pasukan Cakrabirawa. Serta berbagai dokumentasi yang menggambarkan tentang perjuangan beliau mulai dari Makassar,  Jogjakarta, Klaten dan Jakarta.   

Nama Maulwi Saelan terkenal karena kepiawaiannya mengawal gawang kesebelasan nasional. yang paling spektakuler dan itu sebabnya dia disebut sebagai   benteng beton  ,   ketika kesebelasan Indonesia menahan gempuran tim Beruang Merah Uni Soviet 0 - 0 pada pertandingan Olimpiade Melbourne Australia, 1956.  Penampilan Maulwi Saelan dan Ramang di Australia ini menjadi sangat monumental, sehingga FIFA melalui laman resminya 26 September 2012 dalam memperingati seperempat abad meninggalnya Ramang, menyebut pemain legendaris asal Makassar Maulwi Saelan sebagai inspirator sepakbola Indonesia tahun 1950-an.     

Awal karier sepak bola Maulwi Saelan   bukan sebagai penjaga gawang tapi   sebagai pemain penyerang/striker.   Pria kelahiran Makassar 8 Agustus 1926 secara resmi memasuki dunia sepak bola dengan bermain di klub Main Oentoek Sport (MOS) di Makassar.   Ketika VOS  membutuhkan seorang penjaga gawang dalam tim, maka anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Amin Saelan dan Sukartini mengikutinya sebagaimana ungkap beliau   ‘’  Saya coba jadi kiper, dites dan ternyata lulus ka  ’’, mulai itulah status Beton putih mulai menjadi jati dirinya.   Di usia yang masih muda 17 tahun, Maulwi sudah terpilih sebagai penjaga gawang Makassar Voetball Bond (MVB),  yang kelak menjadi cikal bakal Persatuan Sepakbola Makassar (PSM).

 Pada tahun 1943 Jepang memasuki Indonesia untuk mengusir Belanda dan menjajah, situasi yang tidak pasti kala itu membuat Maulwi Saelan berhenti bermain bola dan turut berjuang dengan bergerilya, hingga hampir sepanjang tahun 1944 - 1945 ia berada dihutan-hutan.     Pada tahun 1946 Saelan hengkang ke Tanah Jawa dan menetap di Yogyakarta bergabung dengan Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Satu. 
  
Kata orang bagaimanapun disembunyikan suatu bakat ia akan terlihat juga, sebagaimana bakat Saelan dalam bermain Sepak Bola kala itu terlihat juga akhirnya oleh Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) dan memposisikannya sebagai kiper kedua  setelah Komaruddin.   Tahun 1948 PON  I digelar di Solo, Maulwi Saelan bergabung bermain bola di bawah bendera kontijen Jakarta, namun PSIM  kala itu tak keberatan dengan kesertaannya tersebut.


Sebagai kiper yang handal dalam mengamankan gawang dari kebobolan, Maulwi dikenal berpembawaan tenang dan selalu bertindak tepat dalam mengantisipasi kemasukan bola,   Ia selalu berkonsentrasi mengamati pergerakan bola dan gerakan pemain lawan terutama pada  saat diserang.    ‘’   Seorang kiper harus berkemauan keras untuk memelihara kondisi badan dan berlatih teratur dan kontinyu meningkatkan kemampuannya   ’’,  Salah satu kutipan dari Majalah Olympik edisi 27 Juni 1983.  Beberapa media menganggap Maulwi Saelan sebagai penjaga gawang terhebat sepanjang zaman yang pernah di miliki Indonesia.    


Pada saat Maulwi Saelan bergabung dengan Indonesia Muda Bandung tahun 1951,  ia dipanggil memperkuat PSSI guna menghadapi Asian Games I di India.    Dengan pelatih yang berasal dari Singapura Choo Seng Que ia menjalani Pelatihan Nasional  (Pelatnas) yyang dilaksanakan di Yogyakarta,  iapun diposisikan sebagai kiper kedua setelah Bing Moheng dari Surabaya.   Menghadapi Asian Games II  Maulwi Saelan kembali dipanggil untuuk memperkuat kontijen Indonesia tapi karena  kesibukannya sebagai tentara sehingga ia kurang mengikuti porsi latihannya hingga ia gagal dikirim ke Asian Games tahun 1954 di Manila, Filipina.  

Ketika PSSI mencatat sejarah menahan kesebelasan Uni Soviet 0 - 0 di Olimpiade Melbourne 1956, Maulwi tampil sebagai penjaga gawang kesebelasan nasional yang menjadi salah satu bintang cemerlang saat itu karena berhasil menggagalkan tendangan pemain Soviet seperti Igor Netto Sergei Salniko untuk menggetarkan jala Indonesia  di pertandingan pertama meski di pertandingan ulang Indonesia tewas 4 - 0.  Pers asing menyebut Maulwi sebagai ‘benteng beton’ yang susah ditembus pemain Soviet. 



Kesuksesan karier Sepak bolanya bisa dibilang secemerlang kariernya di militer, karena beliau termasuk seorang anggota pasukan pengawal presiden atau Istana yang disebut Pasukan Cakrabira ketika Bung Karno menjadi Presiden RI.     Prestasi kemiliteran lainnya ia pernah mengikuti pendidikan militer di Port Gordon, Amerika Serikat  tahun 1959 dan 1960 dan mengikuti pendidikan pasukan para di Batujajar, Jawa Barat.   Pada tahun 1949 Maulwi Saelan berpangkat Letnan Satu Polisi Militer TNI AD, Yogyakarta,   1949-Perwira POM Komisi Militer Teritorial Indonesia,  1951-Komandan Detasemen CPM, Bandung,   1952-Komandan detasemen CPM, Purwakarta,   1953-Komandan Detasemen CPM Makassar, 1954-Wakil Komandan Batalyon VII CPM  Makassar,  1962-Komandan POMAD PARA,  1962-Komandan POMAD TJADUAD/MANDAL/TRIKORA  Makassar,  1962-Kepala Staf Resimen Tjakrabirawa Jakarta,  1963-Pangkat Kolonel, wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa dan  1966-Ajudan Presiden RI Bung Karno.    Selama perjuangan kemerdekaan RI ia pernah menjadi  menjadi  Pemimpin Harimau Indonesia dan Pimpinan Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) serta mengakhiri karier militernya dengan pangkat terakhir Kolonel.
 

Setelah tak lagi aktip di Kemiliteran, Maulwi Saelan mengabdikan diri dibidang pendidikan dengan mendirikan Perguruan Islam Al Azhar,  serta  menjadi ketua  dibeberapa yayasan social seperti Yayasan Haji Amin Saelan (1975), Yayasan Shifa Budi (1975), dan Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar bagian Kesehatan.    Pada tahun 1964-1967  Maulwi dipercaya sebagai Ketua Umum PSSI dan terus aktif sebagai anggota Dewan Penasihat PSSI.


Maulwi Saelan Pria kelahiran Kota Makassar pada 8 Agustus 1926, anak kedua dari Delapan bersaudarai dari Orang tua Amin Saelan dan Sukartin.  Dalam menjalani hidupnya ia diteman dengan  setia istrinya Tjitji Awasih dikaruniai 6 anak tiga diantaranya putri.    Pendidikan yang ia pernah lalui antara lain, Frater School Makassar, HBS Makassar, Tokubetsu Tjugako, SMA C Makassar, Physical Security, The Provost Marshal General’s School, Fort Gordon-USA.

Kepergian Maulwi Saelan, satu dari dua legenda sepak Bola tahun 1960an kelahiran Makassar bersama Ramang,  merupakan satu atau dua orang saja yang tersisa dari Tim tangguh Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956.  Bahkan mungkin    Benteng Beton  “ yang mengakhiri hayatnya dalam usia 90 tahun lalu, satu – satunya sisa  “ Laskar Indonesia “ di Australia.  Innalillahi wainnalillahi Rojiun dan Selamat jalan    Pahlawan    olahraga nasional,  yang  pernah mengharumkan nama Indonesia dilapangan Hijau tahun 60an silam.
byMcDonalDBiunG 






Menepis bola menyelamatkan Gawang,
Maulwi Saelan si  Benteng beton penjaga Gawang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH MASJID AGUNG SANG CIPTO RASA DIBANGUN WALI SONGO PADA ZAMANNYA, MESJID TERTUA DAN PERNAH DIBANGUN SATU MALAM !

NusaNTaRa.Com  byBambanGBiunG,   S   a   b   t   u,    2   7    A   p   r   i   l     2   0   2   4 Masjid Agung Sang Cipto Rasa di Cirebo...