Kamis, 02 Juli 2015

KOTA TUA JAKARTA KOTA SEJARAH DENGAN BANGUNAN LAMANYA


NusanTaRa.Com

Gedung Gubernur Belanda di Jakarta

   Kesan yang terpatri dikepala kita kala menyebut Kota Jakarta, sebuah kawasan metropolitan yang berhias dengan bangunan tinggi, Mall megah yang komplit, Mobil mewah yang berkeliaran dan Monas serta berbagai atribut kota yang serba moderen.   Sebenarnya jika kita lebih jeli menyimak kawasan Jakarta maka kita akan menemukan beberapa atribut tersebut masih menggambarkan keberadaan Jakarta di masa lalu yang masih dapat kita saksikan disana ditengah kemeriahan kehidupan metro kota Jakarta,  yang masih eksis tertata dengan baik seperti Pelabuhan Sunda Kelapa yang dulunya merupakan pusat pelayaran Nusantara dengan Perahu layarnya yang besar, Keberadaan Kota Tua pusat pemerintahan Hinda Belanda pertama di Batavia, Delman bergaya Betawi,  berbagai Gaya kehidupan Betawi yang masih dilestarikan hingga kini dan sebagainya.



   Kota Tua Jakarta disebut Batavia Lama sebuah wilayah kecil di Jakarta Barat Kecamatan Pinangsia atau sekitar Sungai Kali Besar dengan keluasan 1,3 km persegi.  Dalam kawasan ini banyak terdapat bangunan lama yang masih berdiri dan terawat  dengan baik karena daerah ini telah menjadi satu daerah tujuan wisata Kota Jakarta sejak tahun 1972 sejalan dengan Keputusan Gubernur Jakarta Ali Sadikin yang mengeluarkan keputusan resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs Warisan kota Batavia dengan tujuan melindungi sejarah bangunan yang masih tersisa.


Musium Bank Mandiri
   Sejarah keberadan kawasan bermula dengan Pelabuhan Sunda Kelapa yang sejak tahun 1526,   Fatahillah menyerang kawasan Hindu Pajajaran dan menamainya dengan Jayakarta dengan tata kota sebagai Pelabuhan Tradisional.  Tahun 1619 pasukan VOC dibawah pimpianan Jan Pieterszoon Coen mendarat dan menghancurkan Jayakarta serta membangunya kembali dengan Nama Batavia sesuai nama leluhur mereka  Batavieren.


   Mengunjungi kawasan disekitar Sungai Kali Besar yang dulunya pada abad ke 16 pernah mendapat julukan “ Permata Asia “ dan “ Ratu dari Timur “ dari pelaut Eropah karena posisinya yang strategis dan kaya akan rempah-rempah nusantara, kita masih menemukan beberapa bangunan peninggalan zaman dulu baik yang masih terawat dengan baik atau yang agak tidak terawatt hingga ditumbuhi pohon beringin tentunya dengan fungsi tidak sebagaimana dulu kecuali Stasiun Kota Lama yang hingga kini masih berjalan secara rutin menuju keberbagai kota Jakarta dan luar Jakarta.



   Untuk menuju lokasi Kota Tua tidaklah terlalu sulit karena disini terdapat Halte Basway Kota merupakan perhentian paling Ujung di utara kota Jakarta dari berbagai arah angkutan.   Halte ini terletak pas ditengah bangunan bersejarah kota tua yaitu diantara Gedung Museum NHB (Nationale Handels Bank HV/Bank Mandiri),  Gedung Bank Mandiri dan Stasiun Kota.   Dari Halte melalui terowongan bawah tanah kita menuju dua arah Gedung NHB atau Stasiun Kota.

 
Musium Bank Indonesia

   Gedung Museum NHB merupakan bangunan empat lantai peninggalan Belanda dulunya merupakan Bank VOC, untuk masuk kita harus melalui piket dengan harga tiket Rp 5.000 per orang dalam bangunan ini di pamerkan sejarah pembangunan gedung tersebut, Sarana dan prasarana yang digunakan dari tahun ke tahun selama bank tersebut beroverasi, sistem kerja, dan sejarah pertumbuhan Bank tersebut hingga menjadi Bank Mandiri pada 2 oktober 1998.



   Di sebelahnya terdapat Gedung Museum Bank BI sebuah bangunan lama berwarna putih berlantai dua dulunya merupakan Gedung De Javasche Bank berdiri Tahun 1828 yang kemudian berubah menjadi Bank Indonesia tahun 1954 ,  peresmian gedung ini sebagai museum dilakukan Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono 21 Juli 2009.   Untuk masuk Musium inipun harus membeli tiket Rp 5.000 per orang.   Dalam gedung ini dipamerkan berbagai sejarah Bank Indonesia, Sejarah keuangan dan Sejarah perekonomian seperti Pengguntingan Uang, Pidato PM Sjafruddin Prawiranegara dalam peringatan 25 tahun De Javasche Bank  (DJB) 24 Januari 1953 tentang peralihan DJB menjadi BI, ORI (Oeang Republik Indonesia) mulai berlaku oktober 1946 dengan pecahan pertama Rp 100 , ORI Daerah, Uang RIS, Krisis moniter Pra Reformasi 1998 dan sebagainya.

 
Sungai Kali Besar

   Dari depan gedung ini membelok ke kiri sekitar 150 meter kita akan menemukan Sungai Kali Besar selebar 70 m namun dengan air hitam dan berbau, disebelah sungai terlihat barisan bangunan lama sebagian telah dirawat dengan berbagai kegitan.  Jalan Kali Besar Timur terdapat disisi sungai yang ditepinya ditumbuhi pohon dan disebelahnya lagi berdiri Bangunan lama dari beton seperti Bangunan BGR No. 5-7 dan berbagai perkantoran pelayaran dan hukum.   Diujung belok kekanan terdapat Jalan Kali Besar Utara dengan dua jalur terdapat bangunan tua milik pengusaha seperti toko dan perusahan, hampir semua bangunannya masih bangunan lama diantaranya Kantor Pos Indonesia tiga lantai.



   100 meter sebelah kanan terdapat taman Fatahillah seluas dua hektar yang terbuat dari Ubin dikelilingi beberapa bangunan tua seperti Kantor Gubernur Belanda pertama di Jakarta, Meriam, Musium Wayang, Kantor Pos Indonesia, Musium Seni Rupa dan Keramik, Caffe dan beberapa bangunan lainnya.  Diseputaran Taman ini juga terdapat penjaja jasa seperti Juru Poto dengan Ondel-ondelnya, Penyewaan Sepeda dengan topi seperti Tempo Doeloe, Penjaja berbagai kuliner khas Betawi Kerak Telor, Pecal, Air Aren murni  dll dengan harga sangat murah sekitar Rp 3.000 dijamin Puas.



   Museum Wayang yang terdapat disisi Barat Taman Fatahillah berisikan berbagai wayang baik Indonesia maupun luar negeri dan baik wayang kulit sampai kewayang orang yang dipajang secara menarik dalam berbagai etalase.   Di museum ini kita akan mendapatkan berbagai gambaran dan sejarah perwayang dengan jelas yang tertera di setiap peragaan atau melalui petugas museum yang bertugas saat itu.   Berbagai wayang setiap negarapun dipajang disini seperti Wayang Indonesia, China, Vietnam, Thailand, Korea, Jepang, Amerika, Eropa, Afrika, Belgia seperti Pinokiapun anda dapat temukan duplikatnya disini.

 
Taman Fatahillah

   Gedung Staadhuis atau Gedung Museum Sejarah Jakarta yang pernah difungsikan sebagai Kantor Balai Kota pertama di Jakarta, Jabatan Pegadaian dan Pengadilan, berdiri megah didepan taman Fatahillah resmi digunakan 10 Juli 1710 oleh Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeeck.   Meski demikin bangunan dengan warna putih berlantai dua tersebut telah mengalami empat fase pembangunan yang dimulai tahun 1620 oleh Jenderal Jan Veetersczoon Coen sekaligus penghuni pertama.   Bangunan berlantai dua beratap genteng dan lantai atas terbuat dari kayu jati dan terlihat itu masih lantai asli, bangunan ini setiap lantai terdri dari empat ruang besar, kita dapat melihat ruang pertemuan Gubernur, Ruang kegiatan kantro lain, Ruang Tamu Gubernur, Ruang main anak-anak Gubernur, Ruang Tidur Gubernur, Ruang pakaian, Ruang Rias, Ruang makan, Dapur, Bebagai perabotan rumah serta Beranda di lantai dua.   Dibagian Baestman setinggi 1,70 Cm terdapat ruang tahanan,  Gudang musiu dan Gudang penyimpanan barang.  Bagian belakang bangunan terdapat taman dihiasi meriam dan bunga serta Kantin sekaligus jalan keluar taman Fatahillah.



   Tak jauh dibelakang Kantor Balai Kota Jakarta tua tersebut 200 meter terdapat Stasiun Kota, merupakan stasiun Kereta Api tertua di  Jakarta, bangunan lama tersebut masih aktip dan ramai para penumpang yang datang untuk bepergian keberbagai jurusan di Kota Jakarta atau keluar Jakarta, stasiun Kereta Api disini merupakan stasiun bawah tanah yang terdiri dari Empat rel.   Stasiun cukup bersih, Rapi dan tertib dengan bagian dalam terdapat Loket Tiket, Ruang Tunggu, Kantin, KFC, StarBuck Coffe, Penjual barang dan Bank.   Keluar di Pintu Selatan Stasiun belok kiri kita telah berada di pintu terowongan bawah tanah menuju Halte Busway Kota.
byBakriSupian 

Stasiun Kota Jakarta


Anak Duri berjalan kaki sendiri ke Cendana,
Kota Lama Indah bukan bangunan,  tapi bagaimana sejarah melintasinya. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...