Kamis, 30 Juli 2015

KERONCONG MUSIK ASLI INDONESIA BERAKAR PORTUGIS




NusanTaRa.Com.

Musik Keroncong yang mengalun dengan lembut dan indah diiringi petikan dawai gitar, biola dan tiupan suling merupakan musik asli Bangsa Indonesia yang awal berkembangnya di Betawi, meski awal dari keberadaan musik tersebut bukan murni Keroncong tapi perpaduan dan pengaruh berbagai jenis musik yang saat itu tumbuh di  Nusantara baik daerah,  modern maupun luar negeri.   Bangsa Portugis yang pertama mengenalkan cikal bakal musik keroncong tersebut ketika masuk ke Indonesia tahun 1511 dengan membawa musik portugis yang disebut FADO, musik ini banyak dipopulerkan para pelaut dan budak kapal portugis di Nusantara pada abad ke 16 yaitu di Malaka dan Batavia.

Bentuk awal musik Portugis tersebut di Nusantara abad ke - 17 disebut Moresco yang merupakan sebuah tarian portugis yang diiringi musik dawai seperti Biola, Ukulele serta Selo.  Sampai saat ini Set orkes demikian masih ditemukan di Kampung Tugu Jakarta Utara yang berkembang menjadi Keroncong Tugu yang saat ini masih dimainkan keturunan Portugis dari Ambon yang menetap disana.

Musik asal Portugis berkembang terus hingga terbentuk Keroncong Tugu yang berkembang ke Kemayoran dan Gambir, sehingga berbaur dengan musik Tanjidor Betawi pada tahun 1880 sampai 1920.   Johan Sopaheluwakan Sekretaris  Ikatan Besar Keluarga Tugu, mengatakan : " di tengah gelombang modernisasi yang melanda Jakarta saat ini, sangat sulit bagi orang-orang keturunan Portugis di Kampung Tugu mempertahankan identitas mereka, termasuk Keroncong Tugu. ", namun sampai saat ini masih dapat bertahan.

Perbauran selanjutnya musik tersebut yang terus merangsek ke seluruh Nusantara khusus ke jawa seperti Solo (1920-1960) dengan sendirinya membawa pengaruh bagi perkembangan Musik Keroncong  seperti pengaruh musik Jawa yang lembut. sehingga sampai saat ini terbentuk berbagai irama Musik Keroncong yang juga tidak lepas mengadaptasikan musik modern.   Pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir  yang juga tak lepas dari dipengaruhi irama lagu Hawai yang terasa dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia saat itu bersamaan dengan Musik Keroncong (lihat Musik Suku Ambon atau The Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng).

"Ada suatu nada yang mungkin kita tidak mengenal, karena mungkin lebih sering mendengar musik dangdut dan lainnya," ujar Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPMM) Unika Atma Jaya, Clara Ajisuksmo.   Kesenian Keroncong Tugu harus dilestarikan agar tidak hilang. Selain itu, menjadi suatu budaya yang bisa menjadi salah satu daya tarik pariwisata, termasuk di Jakarta.   " Kita tidak hanya memikirkan science dan teknologi, tetapi juga budaya. Karena dengan budaya Bangsa Indonesia juga bisa maju," tutupnya.

Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Bermula perkembangannya di daratan India (Goa) kemudian masuk  pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku.   Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya).    Satu lagu Kusbini yang kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai.  Pertumbuhan musik Keroncong tak lepas dari masuknya pengaruh alat musik tradisonal  Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. 

Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya grup musik Beatles dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.   Lagu di Sumatera Barat (budaya Arab) seperti Ayam Den Lapeh masuk jenis Keroncong sumatera.  Beberapa penyanyi keroncong yang mengharumkan nama Indonesia seperti " Mus Muliadi " disebut Buaya Keroncong dan King of Keroncong, Waljinah dan Penyanyi ayu " Sundari Sukoco " Ratu Keroncong.

Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti Sitar (India), Rebab, Suling Bambu, Gendang, Kenong, Gong dan Saron sebagai satu set Gemelan.    Sekarang musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup Ukulelel cuk berdawai tiga yang menyuarakan crong-crong seingga disebut Keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai tonggak awal mulainya musik Keroncong),  Ukulele-Cak berdawai empat, Gitar akustik sebagai melodi, biola (menggantikan rebab), flute (pengganti suling bambu), Selo, dan Kontrabas (menggantikan Gong)

Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.    Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).

Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah
(a) Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920),
(b) Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
(c) Masa keroncong modern (1960-2000), serta
(d) Masa Keroncong millenium (2000--kini)
byMcDonald Biung.


Ini Keroncong Pertemuan ..... yang hadir pada berbahagia,
Musik yang tumbuh dan berkembang di alam dengan Budaya Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...