Sabtu, 08 Februari 2014

PESONA WISATA MALINO DI PUNCAK PERBUKITAN GUGUSAN BAWAKARAENG



     Rabu, 01  Januari  2014 setelah mengikuti penyambutan malam tahun baru di Pantai Losari, paginya  Jam 08’30 kami pun meluncur dari Perumahan BTN Pao-Pao dengan mobil rental  Innova bertarip Rp 500.000 seharian ke daerah Malino suatu daerah wisata diatas  perbukitan, masuk  gugusan gunung Bawakaraeng pada ketinggian  1.100 m dpl yang berhawa sejuk  suhu 5o – 25o C  dan terkenal dengan buah Markisa yang banyak dibudidayakan di daerah ini.

     Perjalanan ke Malino bersama Rian S, Upik dan Pak La Baco, bagiku hanya merupakan  kunjungan yang kesekian kalinya karena waktu Mahasiswa di Makassar dulu  sudah sering kesini  bahkan  punya kisah Lucu juga dan  pernah mengikuti  Marathon    42 km dari daerah sini menuju Sungguhminasa Gowa.   Perjalanan ke Malino yang berjarak 75 km dari Makassar,  akan melalui lereng perbukitan  kecil dan disisi sungai Je’ne Berang yang bermuara di Makassar dan makin lama jalanan makin menanjak serta suhu semakin dingin  hingga tiba di Peristirahatan Malino kelurahan Bulutanah.

    Melewati  jalan di desa Mawang Kecamatan Parangloe Gowa terlihat Pabrik kertas Gowa yang sudah tutup,  bangunannya disulap mewah menjadi  Campus Fakultas Tehnik Universitas Hasanuddin dan sebelah kiri perumahan eks karyawan Kertas Gowa.   Kemudian melewati area latihan Militer Pakatto di kanan yang terkesan rapi dan berwarna hijau,  tak lama kemudian mobil melewati  barisan penjaja buah-buahan yang cukup panjang di  km 20, kami berhenti untuk membeli sebagai makanan dalam perjalanan, buah yang dijajakanpun bermacam – macam seperti Mangga, Pisang, Durian Bangkok (Rp 70.000/kg), Pisang,  Rambutan (Rp 20.000/kg), Alpokat, Jambu Air, Jeruk Sunkist,  Markisa (Rp 25.000/kg), Apel dll, dan akhirnya Rian membeli 2 kg Rambutan dan La Baco membeli pisang.   Tak jauh dari situ terlihat banyak  kendaraan parkir dikiri kanan jalan membuat arus lalu lintas terganggu, setelah membaca gapura ternyata mereka pengunjung Taman Wisata Pertanian.

     Di kilometer 35  tak jauh dari sungai Je’ne Berang yang lebarnya mencapai 200 m meski tidak semua dilalui air  sebagian berupa pasir, batu sungai dan sebagian terlihat sebagai lahan pertanian seperti sawah dan kebun.   Sepanjang  jalan  kami menyaksikan banyaknya aktipitas penambang batu dan pasir di sungai yang diangkut mobil truk untuk  dijual ke Makassar sebagai bahan bangunan,  disamping kiri jalan kami dapat menyaksikan keindahan kebun dan rumah penduduk dengan dihiasi  berbagai pohon buah-buahan.

     Melintasi Jembatan besi di desa Lonjong Boko perkampungan petani dengan sawah yang tersusun indah di tengah kawasan sungai sepertinya  baru musim tanam di kanan jalan  yang berlatarkan gunung  kehijauan dikejauhan sebagai anak gunung Bawakkaraeng,   di kiri jalan ada perkebunan masyarakat dan  3 air terjun kecil atau aliran air pegunungan yang tanahnya  terdiri dari batu gunung  besar dan sesekali terlihat hutan pinus. 

      Memasuki  Kawasan Danau buatan Bili – bili sebagai danau buatan terbesar di Indonesia Timur  suhu mulai terasa semakin dingin dan sesekali  menemukan kabut tipis yang menghala ditengah jalan.   Pembutan Danau ini  telah menenggelamkan beberapa desa untuk dijadikan sebagai tampungan air sungai  dengan ketinggian dam 120 meter dan panjang  dam  yang menghubungkan dua kaki bukit  1 km.   Bendungan ini digunakan sebagai Pembangkit Listrik, Sumber air minum PDAM dan sebagai objek wisata  menikmati alam danau, Memancing, kuliner di warung – warung yang banyak berdiri  disekitar danau dan di daerah ini banyak Villa atau rumah-rumah sewa  tersedia dengan harga yang sangat enjoy.   Ketika kami tiba di sini saya melihat beberapa pemancing  duduk santai dibawah pohon Jati mendapatkan ikan Nila.    Jika anda ke Malino tidak ingin melalui jalur yang saya lalui tadi yaitu melewati  Sungguhminasa Kabupaten Gowa anda bisa menggunakan jalur  memotong langsung ke Bili –Bili  yang  masuk  dari Tello melewati Antang Makassar.

     Setelah melewati kawasan villa dengan  tikungan tajam  bertebing curam di atas perbukitan yang ditumbuhi  hutan wisata Pinus  kami  menemukan satu dinding bukit  bertuliskan  “ MALINO 1927,   Rewako Gowa “  sebagai pertanda  memasuki kawasan Wisata Malino yang merupakan tempat peristirahatan sejak zaman  Belanda,  lokasi wisata ini mulai dibangun tahun 1927 ketika Gubernur Belanda  Caron Speelman  berkuasa untuk kalangan militer utamanya  perwira dan pejabat pemerintah saat itu serta tempat pelatihan militer,  ini dimungkinkan karena suasananya yang nyaman, aman asri dan dingin  mirip dengan daerah asal mereka di Eropah.
     Dengan berlatarkan tulisan tersebut kami mengabadikan lokasi ini dengan poto bersama serta istirahat sejenak di gubuk yang berbaris disekitar situ.  Perjalanan dilanjutkan mendaki bukit Pinus tersebut yang ada di atas tulisan tadi menuju gubuk peristirahatan yang ada di puncak bukit sejauh  300 m, di tumbuhi   hutan Pinus yang sejuk dan beberapa  bedengan tanaman sayur masyarakat.  Di puncak bukit terjal ini  terlihat  keindahan lembah nun jauh dibawah bak ngarai yang dihiasi desa pertanian, sungai,  sawah dan kebun serta gugusan bukit bagian dari jajaran gunung Bawakaraeng yang sangat mempesona,  sehingga sangat rugi bila di abaikan dari aktipitas BerPoto dan tak lupa La Baco, Upi, Rian dan saya mengambil  landskap hutan pinus yang memenuhi puncak peristirahatan ini.

     Melewati simpang tiga dengan tikungan tajam dilereng bukit terpatri tulisan berwarna Orange “ PASANGGRAHAM  MALINO “  yang mana di sebelah atasnya terdapat mess peristirahatan dan  Villa dari beton peninggalan Belanda dengan model bangunannya yang masih asli sebagaimana  peninggalan Belanda yang ada di Nusantara.   Di depan tulisan tadi terdapat sederet warung dan Caffe tempat menjamu selera kala lapar sebagaimana yang kami lakukan saat mengakhiri  tour  nanti,  sebelum pulang kami mampir di Restouran SyahFira dengan memesan  Nasi Ayam Bakar, Sop dan Minum teh Rp 160.000m/4 org.  Asiip.

     Memasuki kawasan wisata utama Malino di Kelurahan Bulutana dengan suhu cukup dingin sekitar 18o C dan berkabut tipis, waktu menunjukkan jam 12.20  banyak pengunjung yang telah tiba dari berbagai daerah sembari merayakan Tahun baru 1 januari 2014 dan dalam perjalanan kesini tadi kami berpapasan dengan banyak kendaraan yang telah merayakan malam tahun barunya di Puncak ini.  Sepanjang jalan sesekali terlihat kabut tipis menghala didepan kami, disebelah kiri berdiri Pusat pelatihan Militer Kodam Wirabuana berwarna Hijau dan sekolah SMA N 1 Tinggi Moncong   sedang sebelah kanan terlihat Home stay dan warung yang melayani pengunjung.    Melewati Jalan beraspal sedikit mendaki dan berkelok kami sampai di kawasan wisata Hutan Pinus yang rimbun sebagai  area bermain, perkemahan, joging, berkuda dll, saat itu Upi menikmati wisata berkuda keliling dengan tarip Rp 15.000/trip.  Kawasan ini pun banyak dikunjungi kaula muda mudi yang datang sambil bersuka ria dengan family di kerindangan alam Pinus.


     Dari lokasi ini kita dapat menikmati beberapa objek wisata Malino lainnya seperti  Menikmati Air terjun Takapala yang cukup tinggi dengan menuruni anak tangga sebanyak 1000 buah, menikmati perkebunan Teh sisa jaman Jepang saat menduduki Indonesia tahun 1943, dan menikmati perkebunan Straberry yang diusahan masyarakat dengan memetik/memakan  secara langsung dari pohon dengan harga Rp 25.000/kg semua lokasi ini berjarak 9 km dari Hutan Pinus tadi.   Jika anda berkesempatan mengunjungi  Malino saya sarankan untuk menyempatkan menyinggahi Pasar Tradisonal Malino di jamin tidak bakal nyesal disamping kwalitas hasil hortikultural seperti Buah Mangga, Markisa, Pisang, Strawberry, Adpokat,  dan berbagai sayuran daerah dingin Kool, Sawi, Kontang,  Wortel, Lombok dll yang masih segar juga harganya sangat meringankan kocek dan penjajaan penganan oleh-oleh olahan masyarakat seperti Dodol, Manisan, keripik, tenteng kacang dll yang lezat serta   jangan lupa membeli seikat bunga Addelweis  yang dipetik dari puncak G Bawakaraeng untuk dipajang di rumah semoga memberi hokky yang baik sebagaimana anggapan masyarakat di sana, biasanya setiap  pengunjung yang memasuki pasar ini pasti membawa bungkusan kedalam mobilnya saat keluar dari Pasar.

     Ketika mobil melewati arah pulang dengan jalan sedikit menurun kemudian membelok ke kanan disini terlihat berbaris indah gardu penjaja tanaman hias di sepanjang jalan dan Rumah sewa dan Villa sewaan yang dibuat masyarakat buat pengunjung yang ingin menginap dengan suasana yang asri.   Tak lama kamipun sampai di arena Pasanggraham peninggalan  Belanda yang sejuk yang ditumbuhi bunga dan Pinus, kemudian kami berbelok ke kiri menuruni bukit  dan didinding ujung tertuliskan  “ PASANGGRAHAM MALINO “ bagi kami sebagai pertanda Good by Malino See  Again  Next  Time.




Indah Perbukitan dengan kesejukan dan Hijaunya,
Berlibur baik bila dapat menyegarkan hidup dan  melupakan Derita. 

2 komentar:

  1. Entah kapan lagi balik kosana .... suasananya Enjoy banget

    BalasHapus
  2. Daerahnya dingin pas untuk beristirahat sokoluarga

    BalasHapus

PETUALANGAN PERAHU BOROBUDUR 2003 HINGGA CAPE TOWN, DALAM EKSPEDISI JAKARTA – GHANA AFRIKA

NusaNTaRa.Com byLaDollaHBantA,            S   a   b   t   u,    2    7         A    p    r    i    l        2    0    2    4           P...