Senin, 22 Oktober 2012

P Morotai : MUTIARA DI BIBIR PASIFIK DAN JEJAK PERANG DUNIA II




-->
Dengan keluasan 1.800 km2 Pulau Morotai  yang terletak di utara Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara menjadikannya sangat penting sebagai  daerah beranda  RI yang berbatasan dengan negara Filipina.  Morotai  merupakan salah satu pulau terluar atau paling utara di Indonesia dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara  pada 29 oktober 2008.
Objek wisata sejarah Perang Dunia II merupakan  satu hal yang menarik dari Morotai karena daerah ini memiliki  memiliki peranan penting dalam Perang Dunia II sebagian peninggalan sejarah tersebut masih dapat kita saksikan, karena ini semualah di tambah dengan kekayaan   panorama alam membuatnya dijuluki sebagai  “Mutiara di Bibir Pasifik” dan daerah ini akan dikembangkan sebagai Cagar budaya sebagai mana di ungkankan wamen Pendidikan  ibu  Wiendu Nuryanti  yang  bekerja sama dengan Yayasan Douglas MacArthur dari Amerika Serikat.   Daruba adalah Kota paling besar di Morotai yang berlokasi di sebelah selatan yang disebelah utaranya terbentang  keindahan perairan Pilippina dan sebelah  timur dihiasi perairan  Samudera Pasifik  sebagai daerah penyelaman  yang kaya akan biodiversity  flora dan fauna serta peninggalan sisa perang dunia yang tenggelam di sana.
Pulau yang memiliki luas sekitar 1.800 km persegi dengan jumlah penduduk  53,000 jiwa. Pulau ini dikelilingi oleh beberapa pantai dengan pemandangan memukau serta memiliki keindahan alam bawah laut yang kaya akan misteri sehingga tidak salah jika menjadikan Morotai sebagai salah satu Destinasi tour untuk objek kegiatan menyelam atau wisata bahari lainnya karena keindahan tersebut.  Kegiatan wisata yang telah menjadi kalender  Wisata Internasional yang rutin dilaksanakan setiap tahun adalah " SAIL MOROTAI ".   Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Marotai ibu Revi Dara  mengatakan akan menggelar Festival Marotai 2013, dengan melaksanakan kegiatan  di sejumlah obyek wisata di Pulau Morotai seperti berselancar yang dipusatkan di Sopi Morotai Jaya, menyelam di Pulau Tabailenge, Kecamatan Morotai Timur,  renang, mancing, kuliner, festival perahu kora-kora dan kegiatan pendukung lainnya akan dilangsungkan di sejumlah lokasi berbeda di Morotai. Sedangkan Untuk perahu kora-kora nantinya akan dirancang perahu yang berciri khas Tobelo-Galela karena menyimbolkan budaya daerah.

Selama abad ke-15 hingga abad ke-16 Pulau Morotai berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate yang beragama Islam.  Sehingga misi Yesuit Portugis yang sempat singgah di sini tetapi tidak diterima Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera yang membuat mereka angkat kaki dari bumi Marotai.   Pulau Morotai  lebih terkenal sebagai bagian dari sejarah Perang Dunia II karena dimanfaatkan Jepang kemudian direbut Amerika Serikat pada September 1944. Amerika menggunakan pulau ini sebagai landasan serangan pesawat sebelum menuju Filipina,  Borneo bagian timur dan Merupakan basis utama untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945, serangan ini tak jadi dilaksanakan karena terjadi penyerahan diri Jepang pada sekutu pada bulan Agustus 1945.
Penduduk lokal di Pulau Morotai yang masih mengingat Perang Dunai II akan bercerita kepada Anda bahwa tahun 1944-1945 tempat ini merupakan lokasi pertempuran sengit dari puluhan pesawat tempur yang menderu ketika lepas landas dan mendarat di sepanjang Teluk Daruba. Puluhan ribu tentara bertebaran di setiap sudut pulau dan kapal angkatan laut berlabuh membawa pasokan kebutuhan harian tentara. Morotai saat itu merupakan salah satu markas tentara Amerika Serikat saat berperang menghadapi Jepang dalam Perang Pasifik selama Perang Dunia II.   Disana anda masih dapat melihat sebuah museum mini perang Dunia II yang didirikan oleh dua orang masyarakat Morotai yang bekerja sebagi petugas Purbakala yang mereka kumpulkan dengan usaha sendiri, dibangunan tersebut anda dapat melihat selongsong peluru dan beberapa senjata serta peralatan yang digunakan Jepang atau sekutu saat perang dunia ke II.
Pada 15 September 1944, tentara sekutu dari Amerika Serikat dan Australia di pimpinan Panglima Pasifik Barat, Jenderal  Douglas MacArthur mendarat di Morotai tepatnya di bagian barat daya pulau ini.   Sebelum kedatangan sekutu ke Morotai yang juga dikelilingi beberapa pulau seperti Pulau Zum zum, Pulau Dodola  Besar dan Dodola Kecil, tentara Jepang sudah terlebih dahulu menduduki tempat tersebut dan membangun sebuah landasan pesawat. Jepang kemudian meninggalkan Morotai untuk mendukung pertempuran di Pulau Halmahera. Ketika itu hanya tersisa sebanyak 500 tentara Jepang di Morotai yang bertugas untuk menjaga pulau tersebut. Oleh karena itu, dengan jumlah tersebut mereka dapat langsung ditaklukkan pasukan Amerika Serikat kemudian mendirikan Pangkalan di Pulau Zum zum. Angkatan Laut Jepang berikutnya berusaha merebut kembali pulau ini tetapi gagal.
Di bawah Jenderal MacArthur sekutu menggantikan posisi Jepang  yang  meniggalkan Morotai, kesempatan emas itu digunakan sekutu untuk memanfaatkan posisi Marotai yang strategis dalam merebut kembali Philippina dan Borneo Timur dari pendudukan Jepang,    Tidak kurang 9 Devisi atau sekitar lebih dari 50 ribu tentara, 3.000 pesawat,   Tank Ampibi  sekutu ditempatkan di Morotai  dan   pembangunan 5 buah landasan pesawat serta rumah sakit besar dengan kapasitas 1.900 tempat  tidur.
Kini, Morotai menjadi saksi sejarah Perang Dunia II sebagai pusat sekutu di wilayah Indofasikbarat  yang dipimpin Jenderal McARTHUR dalam stategi sekutu untuk menghancurkan Posisi Jepang yang berada di Filipina, Borneo Timur dan Jawa.
by Bakri Supian









Anak Desa main ketapel  melakoni perang Dunia,
Pulau Marotai objek wisata Perang dunia kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH MASJID AGUNG SANG CIPTO RASA DIBANGUN WALI SONGO PADA ZAMANNYA, MESJID TERTUA DAN PERNAH DIBANGUN SATU MALAM !

NusaNTaRa.Com  byBambanGBiunG,   S   a   b   t   u,    2   7    A   p   r   i   l     2   0   2   4 Masjid Agung Sang Cipto Rasa di Cirebo...